---
"Kak?" tanyaku pada kak Tristan untuk memecahkan keheningan yang terjadi sesaat setelah Bryant mengatakan hal tersebut.
"Ah iya ada apa?" jawab kak Tristan sambil memasukkan sesendok makanan ke dalam mulutnya.
"Gak gak ada!" ujarku bete.
Aku melirik ke arah dimana Bryant saling tatap dengan kak Tristan.
Njir kalau gak segera di akhiri makan malam ini malah akan menjadi semakin riuh nanti jadinya.
Vino bingung memikirkan apa yang harus dia lakukan dengan segera, karena kalai tidak maka rasanya ruang makan akan menjadi lebih panas dari sebelumnya.
"Ehem, Bryant bukanya kamu harus segera pulang ya untuk membelikan mamamu Sate ayam!"
"What?"
"Ehem!" gertak Vino sambil memberikan kode bahwa Bryant harus segera pulang, karena kalau tidak akan terjadi sesuatu setelah ini.
"Ah iya, hampir saja aku lupa! Oh iya thanks ya untuk Dinner nya, aku go home dulu!" ujarnya sambil beranjak meninggalkan ruangan makan.
"Susshhh biar dia pulang sendiri, dia tahu jalannya kok!" tukas Tristan sambil memegang tangan kiri Vino yang hendak mengantarkan Bryant untuk keluar.
"Aish apaan sih kak dia kan tamu!" ujar Vino jengkel.
"Bryant!!" panggil Tristan.
"Yup!" Bryant yang hendak keluar dari ruang makan pun terhenti pada saat tiba-tiba Tristan memanggilnya.
"Kamu tahu kan jalan keluar dari rumah ini..." ujar Tristan setelah itu.
Dan dengan cepat Vino langsung membungkam mulut kakaknya. Karena kalau ndak, akan semakin panas kalimat yang keluar dari mulutnya.
"Ahhh maksudnya kamu pulang hati-hati ya!" jelas Vino kemudian.
"Ahh okay! Bye!" jawab Bryant sambil memberikan senyuman manisnya.
"Bye!" jawab Vino singkat sembari memalingkan wajah dari pandangan Bryant berubah ke orang yang sekarang dia sedang bungkam mulutnya.
"Puas!" ujar Vino sambil melepaskan bungkaman tangannya dari mulut Tristan.
"Hahaha lo suka sama dia?" ceplos Tristan spontan sambil memakan makan malamnya.
"Hiss apaan sih Kak! Gak jelas deh!" jawab Vino sambil menggebrak meja dan kemudian pergi meninggalkan ruang makan.
"Eh Vin mau kamana!!" ujar Tristan mencoba mengejar Vino namun usahanya sia-sia karena Vino sudah masuk kamar terlebih dahulu.
BRAKKK
Tristan kaget mematung di depan pintu pada saat Vino masuk kamar dan menutup pintu dengan keras di hadapannya.
Wih serem banget nih anak! Nih anak ngambek atau gimana coba!. Batin Tristan sambil mencoba berpikir apakah ada yang salah dengan yang dia katakan barusan.
"Vin, buka pintunya dong... Vino!" Tristan mencoba mengetuk pintu dan meminta Vino untuk membukanya, namun rasanya usahanya sia-sia karena Vino pun masih diam tanpa kata dan tidak menjawab sama sekali panggilan dari kakaknya itu.
Tristan bingung jalan mondar-mandir di depan pintu dari kamar adiknya itu, sambil berpikir apa sebenarnya yang salah sehingga Vino tiba-tiba masuk ke kamar dengan seperti itu tadi.
Astaga Tristan lo goblok banget sih, malah bilang ke adek lo kalau dia suka sama Bryant, kalau tiba-tiba dia marah dan masuk kamar kan brati aku nya yang salah ngomong barusan gara-gara aku bilang seperti itu, duh pasti gara-gara itu. Batin Tristan sambil menggaruk-garuk kepalanya akibat baru menyadari apa yang salah dengannya tadi.
Sedangkan di dalam kamar Vino berbaring dengan lemas, sambil memeluk boneka beruangnya itu.
Kenapa sih kok kak Tristan malah dukung aku buat suka sama si Bryant, jelas-jelas yang aku suka siapa, terus jelas-jelas aku main... Ehmm anunya juga sama siapa, kok malah dia bilang kayak gitu sih... Sakit hati lah ini...
Eluh Vino sambil memukuli boneka yang berada dalam pelukannya itu untuk melampiaskan amarahnya.
Dan di sisi lain, ada yang sedang kepikiran dengan yang terjadi pada saat makan malam di rumah Vino barusan. Tidak henti-hentinya Bryant senyam-senyum sendiri berjalan memasuki rumahnya itu. Entah mengapa ekspresi wajahnya sangat berbeda dengan biasanya.
"Eh kamu udah pulang dari kerja kelompoknya sayang!"
"Ahhh udah dong mah!" jawab Bryant sambil memalingkan wajahnya karena hendak di cium oleh mamanya, ya karena itu adalah salah satu tradisi yang di miliki oleh keluarga besar Hernandez.
"Ih kok gitu sih, kan mama kangen minta cium masak gak mau!" Ujar mamanya Bryant sambil mencubit pipi Bryant.
"Ahhh Mom, not this time okay!"
"Ahhh pasti anak mama lagi jatuh Cinta ini, iya kam hayo ngaku!"
"Aduhh apaan sih mah!" jawab Bryant sambil berlari menuju ke kamar untuk menghindari ejekkan dari mamanya itu.
Setelah berhasil masuk ke dalam kamarnya Bryant langsung melemparkan diri ke ranjangnya dan lagi-lagi senyum-senyum sendiri...
Apakah dia merasakan apa yang aku rasa saat ini ya? Apakah Vino juga menyukaiku, lantas kalau dia tidak menyukaiku mengapa dia membiarkan aku mencium bibirnya astaga rasanya gak hilang-hilang sampai saat ini. Bibirnya yang kenyal dan manis itu, membuat aku candu ingin merasakannya lagi. Aku harap dia juga merasakan hal yang sama dengan diriku. Batin Bryant dengan penuh semangat hingga membuatnya terbuai dalam mimpi yang mulai mendatanginya.
***
📤 "Vin... Lagi ngapain?"
📤 " Bls dong, jangan di read doang!"
📤 " Ya Elah ni anak kenapa diem mulu yak!"
📤 "Vinnnnnnn!!!! jawab napa"
📤 " Ya udah aku minta maaf deh kalau salah sama kamu"
📥 " Aku lagi pengen sendiri!"
📤 " Vin"
📤 "Vin"
📤 "P"
📤 "P"
📤 "."
Rasanya kali ini Vino beneran ngambek sama kakaknya, karena ucapan yang di katakan oleh kakaknya membuat Vino kepikiran terlalu dalam.
Males ah Jawab Wa nya kak Tristan, toh dia juga ngomongnya gak jelas tadi. Untung aja aku minta Bryant untuk segera pulang, kalau ndak, udah pasti semakin panas tuh ruang makan.
Huhhhh duh kenapa sih aku ini...
(Dering Telfon Masuk)
Hah ini nomor siapa ya kok nelfon gue malam-malam gini, kurang kerjaan aja.
Males ah ngangkat telfonnya, biarin aja palingan juga iseng doang buat ngerjain gue.
(Dering Telfon Masuk)
Duh siapa sih ini, kok bolak-balik telfon aja.
Hmmm aku angkat gak ya.
"Halo!"
"Eh Vin, ini aku Bryant... Hp ku ketinggalan gak di rumah kamu? Soalnya aku bary nyadar kalau aku gak pegang Hp waktu sudah sampai kamar!"
"Ahh kirain siapa, hmm aku check dulu ya!"
"Ok, ok!"
Hmmm masa sih Hp nya dia ketinggalan, kok teledor banget nih anak kalau misalkan iya.
Aku beranjak dari ranjang turun dengan perlahan, ku buka pintu dengan perlahan.
Pada saat aku berhasil membukanya tanpa suara, yang selanjutnya aku lakukan adalah aku mengintip apakah kak Tristan masih ada di sekitar ruang makan atau ndak.
Dan ternyata aman.
Dengan cepat aku menuju ke ruang makan dan mencoba mencari Hp Bryant. Hmmm di meja gak ada, apa jangan-jangan di simpan Bi Inah ya.
Hmmm.
Eh ternyata Hp nya ada di bawah meja, pada saat aku gak sengaja melihat ke bawah meja.
Aku mengambil Hp nya dan dengan segera aku kembali lagi ke kamar.
"Ah iya Bryant Hp kamu ada di rumahku masihan"
"Ah thanks God, thank ya Vin, btw ketemu dimana?"
"Iya, ini ketemu di baw..!" njir kok tiba-tiba kejadian itu keingat di pikiranku sih kejadian yang benar-benar gak sengaja itu, astaga.
"Vin, Vino? Halo?"
Aduh gimana sih, kalau aku bilang di bawah meja pasti dia juga bakalan ke inget kejadian itu.
Rese sumpah
.
.
.