webnovel

Fake Love

Fake Love

- BTS -

.

For you I could pretend to be sad

For you, I could pretend to be strong even if it hurts

May love be perfect just by love

I hope all my weaknesses are hidden

I grew a flower that can't be bloomed in a dream that can't come true

I'm so sick of this fake love, fake love, fake love

I'm so sorry but it's fake love, fake love, fake love

I wanna be a good man just for you

I gave you the world just for you

I changed everything just for you

Now I don't know me, who are you?

=======

Suara sendok dan garpu beradu di ruangan khusus. Meja bundar besar berhiaskan berbagai hidangan lezat. Ada lobster, sup krim jagung, ebi furai, oseng jamur kancing, dan beberapa jenis roti.

"Ying'er, makan yang banyak. Tubuhmu itu terlalu kurus. Beri asupan juga ke otakmu. Kau sudah mahasiswa." Ruby menyendokkan banyak-banyak ebi furai dan sup jagung untuk keponakan tersayang.

"Ah, Tante. Tante juga sangat kurus, tuh..." balas Feiying, menggoda. "Tante harus banyak makan karena sekarang ada Om Benetton yang harus Tante ladeni."

Ruby tampilkan wajah protes. "Hei, hei, kenapa malah kau balas ke aku? Dasar mahasiswa nakal." Gemas, ia tarik lembut hidung Feiying sambil keduanya tertawa.

Obrolan ringan dan enak terjadi sepanjang makan siang. Benetton bersyukur tidak ada lagi keributan. Dia sendiri heran kenapa istrinya jadi cerewet dan gampang marah soal Vince dan Feiying?

"Feifei, habis ini kita jalan-jalan, yah!" ajak Vince, masih di meja makan.

Ruby menyesap minuman di tangan. Melirik keduanya bergantian.

"Jalan-jalan? Boleh! Sudah lama aku tidak punya waktu luang. Setahun ini aku sibuk urusan kuliah." Feiying blak-blakan. Ia jadi lebih santai karena mengira tantenya sudah tak marah lagi.

"Tapi... kurasa bajumu kurang cocok untuk jalan-jalan." Vince seolah sedang men-scanning gadis di sebelahnya. Kening dikerutkan, dagu dijepit dua jari seakan berpikir keras.

Feiying jadi salah tingkah. "Eh? Ini... kurang cocok, yah? Tapi aku cuma ada ini dan sepasang kaos dan jins saja di koper."

"Huumm..." Vince mengusap-usap dagunya. "Bagaimana kalau tantemu pinjamkan sebentar baju santai dia untukmu."

"Hah? Pinjam Tante?" Otomatis Feiying menoleh ke Ruby.

"Gimana, Bu? Tidak apa-apa, kan? Jangan kuatir, aku beli atau aku ganti nanti." Vince ikut menoleh ke Ruby.

Ruby ganti salah tingkah dipandang keduanya seolah sedang dinantikan. "A-ahh... bajuku? Tapi... entah apakah cocok dengan selera Ying'er."

"Biarkan Ying'er memilih sendiri baju yang cocok bersamamu. Ajak dia ke kamar setelah selesai ini." Tuan Hong menimpali dengan nada bijak.

Usai acara makan, dua wanita itu pun naik ke kamar Benetton untuk memilih baju bagi Feiying.

Keluar dari kamar, Feiying sudah mengenakan baju milik Ruby, lalu turun dibarengi sang tante.

Mata Vince berbinar. Mulutnya ternganga takjub. "Woah... benar-benar cantik, Feifei! Luar biasa!" puji Vince. Lalu menoleh ke ayahnya. "Lihat, Papa, gadis pilihanku hebat, kan?"

Feiying tersipu, mengusap tengkuknya. Sedangkan sang tante tersenyum kecut. Mungkin dia harus membiasakan diri mendengar ucapan seperti yang dilontarkan Vince tadi.

Vince menggandeng Feiying keluar mansion, masuk ke mobil sport dia, dan memacu kuda besi ke arah pusat kota.

Tiba di sebuah Mall, Vin terus menggandeng Feiying bagai enggan terpisah. Apakah Vince telah jatuh cinta sungguhan pada gadis itu?

Vince mengajak Feiying ke beberapa butik di sana dan memilih berbagai busana untuk Feiying.

"Vince, ini sudah terlalu banyak. Kenapa ada baju renang juga?" Feiying merona seraya angkat two-pieces bikini berwarna merah tua bermotif bunga.

"Sstt... aku ingin mengajakmu berlibur," bisik Vince sambil dekatkan wajah mereka.

"Be-berlibur?" ulang Feiying dengan nada tanya.

Vince mengangguk.

"Mmhh... ke mana?"

"Belum kupikirkan matang-matang, tapi yang pasti aku ingin menghabiskan waktu sebulan untuk kita berlibur berdua saja. Kau bisa libur kuliah, kan? Cuti sebulan tidak masalah, kan?" Vince masukkan satu pasang bikini lagi ke dalam keranjang belanja.

Feiying diam, menimbang-nimbang ajakan Vince. "Cuti? Umm... gimana, yah?" Ia terdengar ragu.

"Ayolah, sayank. Temani aku liburan ke Bali dan sekitarnya. Wah, aku sudah menetapkan destinasi kita, rupanya. Hahaha." Vince mulai keluarkan bujukan.

"Bali..." Otak Feiying langsung melanglang ke daerah pariwisata kelas dunia paling terkenal di Asia. Selama ini ia hanya memendam keinginan wisata ke Bali, karena sadar dia hanya anak orang miskin yang hidup sederhana. "Bali, yah?"

Tuan muda Hong kembali mengangguk. "Iya, Bali. Apa kau pernah ke sana?"

Feiying menggeleng malu. "Tidak mungkin aku bisa pergi ke luar negeri. Tak ada ongkos." Lalu ia berikan cengiran lucu ke Vince.

Pria tampan itu menggusak lembut poni Feiying. "Kalau begitu, sempurna. Aku akan bawa kau ke tempat yang kau pasti suka. Kita harus buat kenangan indah di sana."

Keduanya pulang menjelang petang. Dua tangan masing-masing penuh akan tentengan tas belanja.

Ruby yang memergoki sampai berdecak takjub. "Wah, wah, habis menguras butik, yah? Ckckck. Kau gadis beruntung, Ying'er."

Vince letakkan belanjaan di tangan ke atas meja ruang tengah. "Tentu saja. Siapapun yang bisa setia dan patuh padaku, maka akan kujadikan gadis beruntung di dunia ini."

Feiying tersipu. Ia juga letakkan tas-tas belanja di atas meja, sama seperti Vince.

Ruby duduk dan meraih tas-tas itu, penasaran apa saja yang dibeli. "Aku liat, yah. Boleh, kan?" Tangannya mulai meraih pita sebuah tas.

"Tentu boleh, Tante. Ah, ada juga untuk Tante!"

"Untukku?" Ruby penasaran. "Yang mana?"

Feiying menoleh ke Vince. "Tadi Vin yang memilihkan. Katanya kado untuk pernikahan Tante. Vin, yang mana, yah tasnya?"

Vince mencari di antara belasan tas, lalu sodorkan ke Ruby.

"Benar untukku?" tanya Ruby ke Vince.

"Yup. Kado dariku. Maaf baru sekarang memberinya. Karena pernikahan kalian juga dadakan aku baru tau pagi itu." Vince bersikap tenang, lipat dua tangan di depan dada.

Berdebar, Ruby membukanya. Lalu keluarkan selembar kain tipis dari dalam tas. Lingerie warna merah. "Heh? Kok?"

"Bagus, kan Tante?"

"Semoga Ibu suka."

Ruby kehilangan kata-kata, hanya bisa pandangi Feiying dan Vince bergantian. Lingerie di tangannya mirip dengan lingerie yang pernah Vince belikan beberapa bulan lalu ketika mereka sedang intim-intimnya.

Benetton ikut nimbrung, duduk di sebelah Ruby.

"Aku juga belikan Ibu pakaian, semoga sesuai selera Ibu." Vince angsurkan dua tas belanja ke Ruby. Isinya adalah 2 baju merah yang anggun dan cantik.

Ruby menutup mulut memakai tangan kanan, terharu basa-basi. "Ahh, terimakasih, Nak. Kau memang anak manis. Ini benar-benar seleraku."

Vince menyeringai. Ia tau Ruby cuma akting terharu. Apalagi ada ayahnya di situ.

"Bagus, Vince. Papa senang kau mulai bisa akrab dengan ibumu. Aku tak suka ada pertikaian di keluarga kita." Benetton menatap bangga anaknya.

Vince acungkan jempol ke ayahnya. "Jangan kuatir, Pa. Yang Papa sayang, juga harus kusayangi."

Ruby nyaris tersedak mendengar ocehan Vince. Sedangkan Benetton malah terlihat puas akan statement anaknya.

============

Love you so bad, love you so bad

Make a pretty lie for you

Love you so mad, love you so mad

Erase me and try to be your doll

- Fake Love by BTS -

Próximo capítulo