You Managed to make our
acquaintance not just a mirage
that I enjoyed for moment ,
then ignored if afterwards
•••
Liburan semester telah usai. Kini saatnya aku kembali lagi belajar ke sekolah. Yang pasti dengan suasana dan lingkungan yang baru. Tidak ada Dea, tidak ada Jemi. Jemi itu sahabat ku. Dia jurusan IPS. Yang kata Dea dia masuk 11 IPS3 .
Bisa dibilang Jemi itu laki laki yang mudah bergaul dengan semua orang. Mulutnya yang suka ceplas ceplos dan tingkahnya yang selalu bikin aku naik darah setiap berdebat dengannya.
Jemi itu anak tunggal , Jemi tidak pernah cerita apapun tentang masalah pribadinya ke aku maupun ke Dea. Karena dia tipe orang yang tertutup dan berusaha so tegar padahal mah sebenarnya dia rapuh.
Dan pagi ini aku sedang menunggu sahabat sahabat ku didepan gerbang. Rasanya kangen sekali sama mereka. Setelah 2 minggu tidak bertemu. Akhirnya sekarang bertemu kembali. Selama liburan aku dan sekeluarga pergi ke kampung halaman ayah-karawang-. Berkumpul dengan semua keluarga besar dari ayah.
Ku lambaikan tangan dengan senyuman bahagia, saat mataku melihat seorang gadis mungil menggunakan hijab melambaikan tangan ke arah ku.
"Gue kangen sama lo" Ucapku.
"Ah masa sih? alay lo" Syalan aku di bilang alay.
"Ikh gue serius ogeb." Aku pura pura merajuk pada nya.
"Haha." Dea tertawa. "Eh udah jam tujuh kurang lima menit , masuk yuk?" Ajak Dea.
Ku lirik ke arah arloji yang melingkar di tangan kanan. betul saja , sekarang sudah jam 06. 50 , tapi kemana Jemi? apakah dia sudah berangkat sebelum ku?
Pandangan ku terus menatap depan. Memastikan bahwa barang kali di depan saja masih ada siswa. Namun nihil. Ku tak melihat Jemi disana.
Lalu ku mengangguk dan mengandeng tangan dea.
"Lo harus semangat yah belajarnya? Gue yakin. Lo pasti bisa kaya gue" Ucap Dea menyemangatin ku.
Uchh dea emang moodboster ku banget nih. Haha
Aku dan dea memasuki kolidor sekolah. Hingga akhirnya di persimpangan kami berpisah. Karena kelas kita yang berbeda. Kelas ku didepan kelas IPA2. Jadi tidak terlalu jauhlah untuk bertemu dengannya.
Saat memasuki kelas yang di atas pintu sudah terpampang jelas di papan yang bertulis 'IPA1'.
Aku langsung mencari tempat duduk yang kosong. Hingga ada seorang cewek bertubuh gempal menawari untuk duduk dengannya.
"Duduk sini aja Rin" aku tersenyum padanya.
Ah iya, aku ingat dia itu teman nya Jemi. Kalau tidak salah namanya Fika.
Aku hanya mengangguk dan duduk di bangku kosong sebelah dengan Fika.
"Terimakasih yah"
"sama sama." Ucapnya. "Enggak nyangka yah kita bisa sekelas."lanjutnya.
"Iya"
Aku melihat sekeliling ruangan kelas. Dan mencoba menghafal wajah baru teman teman yang ada dikelas. Walaupun wajahnya sering aku lihat tapi aku tidak tahu siapa nama mereka. Yang aku ingat hanya Salsha . Salsha dan aku dulu dekat banget. Bahkan kita dulu pernah tetanggaan. Bahkan main barengpun aku sering. Tapi semenjak SMP. Kita tidak sedekat itu lagi. Mungkin karena rasa minder aku padanya. Karena dia memiliki otak yang cerdas. Dulu saat SD dia selalu menjadi juara kelas.
Kalau diilihat wajah teman teman baru ku ini. Sepertinya mereka semua orang yang cerdas. Lihat saja mereka, baru berapa hari sudah membuat kelompok geng. Aku sih hanya tersenyum getir.
Aku menaruh tas di atas meja. Dan mencoba lebih diam. Karena itulah sifat ku. Yaitu lebih suka diam.
"Kamu Rindy yah yang dulu kelas IPA2 ?" Tanya seorang gadis berwajah seperti orang arab. Hidung yang mancung, mata yang indah, dan senyum yang manis.
Ku tengok ke arahnya. dan menjawab
"Iya" disertai dengan anggukan.
"Gue Bella Ayu Lestari. Panggil aja Bella"
Dia mengulurkan tangan ke arahku.
Akupun menerima uluran tangannya.
"Rindy Athaya"
"Gue Malaika. Panggil aja Mala"
"iya"
Malaika adalah teman sebangku bella. Tatapan ku terhenti saat melihat pria disebelah malaika sedang tertawa bersama teman sebangkunya.
'Sepertinya gue pernah liat dia. Tapi dimana?' Batin ku.
sambil mengingat siapa pria itu. Tiba tiba pria itu membalikan badan ke arah ku.
Aku lngsung membalikan badan dan membuang muka.
Berharap dia tidak menyadari bahwa aku bari saja memperhatikannya.
Tidak! Aku tidak geer saat dia tadi menengok ke arah ku. Tapi hanya malu , karena disaat aku sedang memperhatikannya dia malah balik menengok. Ku usap wajah dengan kasar.
"Bel. Pinjem pengkeruk dong"
Tunggu! Sepertinya aku kenal dengan suara ini. Dengan cepat aku nengok ke arah suara itu. Dan sekarang aku baru ingat. Bahwa pria itu adalah pria yang waktu itu pernah ingin menabrak Dea. Tapi gue lupa namanya.
"Enggak modal banget sih har. Pinjem aja" Bella memberikan pengeruk itu padanya.
"Yaelah bentar doang"
Aku menatapnya dengan menggelengkan kepala. Lalu saat dia ingin membalikan badan ku liat dia tersenyum . entah dia senyum sama siapa. Aku enggak mau ke geer-an.
Semua siswa menjadi diam, saat seorang guru wanita paruh baya masuk ke kelas.
"Pagi anak anak" Sapa guru tersebut.
"Pagi bu" Jawab se isi kelas serempak.
"Disini saya sebagai walikelas kalian. Perkenalkan nama Ibu , Erna Haryanti. Panggil saja saya Bu Erna. Ibu mengajar pelajaran bahasa sunda. Mungkin ada yang di tanyakan?"
Hening
"Oke saya kira cukup! Segera di bentuk pengurus kelas. Ibu akan tunggu di ruang guru yah?" kata Bu Erna lalu meninggalkan kelas.
"Ekhem ekhem.. mohon perhatian yah kawan kawanku tercinta"
Tiba tiba Salsha ada di depan kelas. Dengan temen sebangkunya yang namanya Cika.
"Cie elah tercinta ahaha"
Gara gara pria itu, seisi kelas tertawa. Aku nggak tau namanya siapa. Tapi badan dia berisi dan tinggi gitu. Dan akupun enggak pernah liat wajah dia.
Rupanya Salsha berdiri di depan sebagai ketua jalannya musyawarah untuk buat pengurus kelas.
"Berdirinya saya di sini. Ingin kita semua membuat musyawarah untuk pengurusan kelas okey?"
"Buruan napa sih dibuat. Gue laper nih"
"Dasar lo perut gentong. Makan terus kerjaannya" Balas Salsha dengan sedikit meledeknya.
Semua seisi kelas tertawa melihat perdebatan mereka.
Untuk sekian kalinya menggelengkan kepala saat melihat situasi kelas IPA1 yang sangat berbeda sekali dengan kelas ku dulu IPA2. Teman teman di IPA2 dulu lebih cenderung cuek dan tidak seheboh ini. Tapi disini berbeda. Sungguh kelas ini kelas paling ramai di banding kelas yang lain.
Kalau tidak percaya. Lihatlah keluar . Semua kelas duduk manis dan tertib tak ada banyak suara. Hanya kelas IPA1 lah yang heboh.
Kepengurusan kelas sudah di buat. Ketua sudah di tentukan Kalau Salsha lah yang akan menjadi Ketua Kelas, Cika dan Malaika sebagai Bendahara , Wakil Ketua kelas adalah Gio, Sekertaris adalah Mika dan Bella. Dan Bahar sebagai seksi kebersihan.
***
Jam istirahat sudah berbunyi , aku bergegas membereskan buku buku untuk di masukan ke dalam tas. Lalu keluar kelas dan menghampiri Dea di kelasnya. Ku lihat Dea sedang duduk dikursi dan mengobrol dengan teman sebangkunya. Yang aku sendiri tidak tahu siapa namanya.
"Hai Dea"
aku masuk ke dalam kelas IPA2. Kelas sejuta kenangan ku dengan Dea.
"Eh hai Rin. Kenalin ini Monik. Monik kenalin ini Rindy"
"Monik"
"Rindy"
"Eh. Gimana kalau kita ke kantin?" Usul Dea.
"Boleh juga tuh. Yuk?"
Aku , monik dan Dea berjalan menuju ke kantin. Di kantin aku pesan es dan somay langganan ku dari kelas satu. Sedangkan Dea dan Monik hanya beli gorengan bakwan di yang di taburin saos.
Saat kami bertiga sedang duduk di kantin. Cowok di depan gue hampir terjatuh.
"HAHAHA" aku nengok kearah Dea yang tertawa melihat pria itu hampir terjatuh. Pria yang bernama Bahar itu tersenyum miring melihat Dea.
"Rasain lo. Emang enak ahaha"
Oh ternyata Dea lah penyebab bahar hampir saja terjatuh. Itu karena kaki Dea mensleding kaki Bahar.
"Wah dasar bocil. Untung gue enggak jatuh" Jawab Bahar.
Dea menjulurkan lidahnya . "satu sama sekarang kita"
"Okey. Liat nanti yah bocil" Bahar memandang remeh kearah Dea.
Udah ah pokonya aku pusing kalau udah liat mereka ketemu. Pasti ujung ujungnya bertengkar.
Namun aku terkejut saat pria bernama Bahar itu menatap ku dengan tersenyum.
"Lo teman sekelas gue kan?" Ku tengguk saliva dengan susah payah. Memandang tak percaya bahwa tangan bahar mengulur ke arahku dan mengajakku berjabat tangan.
"Bahar"
"Rindy"
"Seneng gue bisa berkenalan dengan lo." Kata bahar. "Oh ya Rin. Gue cuman mau ingetin, jangan sampai lo ketularan gilanya Dea yah? AHAHA"
Dia tertawa gurih lalu meninggalkan kami.
Ku tatap Dea yang wajahnya sudah kecut. Wkwk.
"Kalian kenapa sih kalau ketemu pasti aja saling ledek? Nanti yang ada jatuh cinta loh" ku tertawa sambil mengodanya . sedangkan Dea memasang wajah kecut.
"ya enggak mungkin lah. Dari dulu gue sama dia emang kaya gitu. Tapi aslinya kita berteman baik kok. Lagian gue enggak ada perasaan apa apa sama Bahar"
"ya kan siapa tau aja gitu. Kan biasa aja berawal dari saling ledek jadi cinta. Aahaha"
Diantara kami bertiga yang paling sering meledek Dea adalah aku. Karena emang dasarnya Dea enak untuk dijadikan bahan ledekan. Abis muka dia lucu .
***
Saat aku masuk ke dalam kelas. Aku langsung duduk di bangku. Ku lihat seisi kelas sedang asik mengobrol dengan yang lain. Sedangkan aku juga mengobrol dengan Fika.
"Lo tahu enggak kenapa si Jemi nggak masuk sekolah?" Tanya Fika.
Aku menggeleng "gue enggak tahu. Jemi terlalu tertutup soal itu."
"Iya soalnya gue lihat status di facebooknya kaya lagi galau gitu."
"Oh yah?" Ku tanya kembali padanya.
Fika mengangguk.
Saat aku sedang bahas masalah Jemi. Tiba tiba di sebelah gue terdengar ribut. Siapa lagi kalau bukan bella , malaika dengan bahar.
"Mala lo duduk sebentar dulu sana sama miko , gue duduk disini sebentar" ucap Bahar yang sudah berdiri di samping malaika.
"Halah bilang aja lo mau modus sama temen gue"
Aku nengok ke arah bella yang sepertinya tidak suka dengan Bahar duduk di sampingnya.
"Jangan mau mal. Kan dia punya tempat duduk sendiri" Jawab Bella
"Yaelah bentaran doang. Gue nggak keliatan tulisan itu"
Entah benar atau tidak yang di ucapkan bahar. Mala akhirnya mengalah. Dan seluruh ruangan memberi sorokan ria kepada Bahar dan Bella.
"Ciee cwuiitt cwuiitt.."
"Langsung jedor aja har. Jedor"
Aku membuang muka dan kembali mengobrol dengan Fika. Memang sekarang lagi nulis jadwal pelajaran . begitupun dengan Fika.
"Lo enggak nulis?" Tanya Fika.
"Nih baru mau nulis" Jawabku
10 menit kemudia Kelas menjadi riuh seperti pasar yang ramai. Sedangkan aku masih sibuk menulis jadwal pelajaran.
Dan tiba tiba Bel pulangpun berbunyi. Akupun tersenyum lega, karena setelah aku baru selesai menulis, bel pulang berbunyi. Kelas semakin ricuh dengan sorakan seisi kelas.
Aku hanya menggelengkan kepala. Pengalaman pertama masuk kelas baru yang unik, kini aku dapatkan di kelas 12 IPA1.