webnovel

BAB 23

Seseorang muncul di samping Hinata, ia menggerakkan bola matanya ke samping, walau kenyataannya, ia tidak dapat menemukan apa-apa, semuanya tampak gelap. Namun langkah pelan tersebut mulai dikenal baik, itu adalah langkah Mito. Benar—wanita tua itu memberi salam kepadanya kemudian. "Selamat pagi."

"Selamat pagi, Mrs. Uzumaki."

"Maaf untuk pagi ini, aku tidak ikut sarapan satu meja. Jadi, kau tidak boleh berharap banyak aku bisa bangun dengan kondisi baik-baik saja, dan ikut sarapan bersama kalian setiap saat."

Hinata merengut sedih. "Tapi apakah Anda baik-baik saja sekarang?"

"Jauh lebih baik." Balas Mito. "Apakah kau mau menikmati secangkir teh chamomile bersamaku?"

"Tentu saja, suatu kehormatan bisa menemani Anda."

Lima menit kemudian, pelayan-pelayan wanita berdatangan, mengatur pesta minum teh di pagi hari, deretan scone, kukis, dan roti isi yang disusun dalam kerangka, di atas piring porselen yang indah. Sayang sekali, bahwa Hinata tidak mampu memuji di bagian itu sebab masalah penglihatannya.

Seorang pelayan membantu Hinata mengambil cangkir tehnya. Dan gadis itu tahu caranya untuk menikmati teh dengan menghirup aroma dalam-dalam, serta merasakan uap panas dari teh yang mengudara.

Mito begitu tersentuh, mendapati gadis itu terlatih untuk tetap tampil cantik dan anggun dalam situasi yang jauh dari kata baik-baik saja. Ia seharusnya tidak perlu memikirkan lagi apakah dia menyetujui ide gila cucunya. Karena ini menyangkut hati, harusnya ia tidak boleh berperan sebagai orang jahat untuk memisahkan mereka. Dan diam-diam, Mito mulai mencari cara supaya keluarga Hyuuga tidak kepanasan mengetahui anggota keluarga mereka ada di sini.

"Bagaimana caranya kau menghadapi orangtuamu?" pertanyaan itu sedikit membuat Hinata menegang. Gadis itu sendiri tidak yakin untuk menjawab, karena dia tidak memiliki rencana yang pasti—menghadapi amukan ayahnya, menghadapi ibunya yang hanya bisa menangis sepanjang waktunya, dan memohon tanpa arti. Hinata merasa terhanyut oleh rasa miris yang begitu saja muncul. Benar-benar sulit ketika masa itu kembali mengingatkannya, karena dia tidak pernah bisa berkutik.

Mito yang menyadari bahwa pertanyaan itu cukup berbahaya, dia menyentuh punggung tangan gadis itu. "Kukira Naruto sudah merencanakan sesuatu. Jadi, kau tidak perlu mengkhawatirkan apa pun lagi."

"Mohon maafkan saya, jika nantinya saya benar-benar menyusahkan Anda."

Mito kembali tersenyum. "Aku senang bahwa cucuku bersikap dewasa seperti sekarang. Mengingat hampir dari kami selalu menganggap dia masih anak-anak—mungkin karena dia anak tunggal bagi orangtuanya, dan satu-satunya cucu bagiku, hingga kami selalu merencanakan sesuatu untuknya dengan amat pasti. Dan ketika dia mengambil keputusannya sendiri, memang, aku agaknya khawatir dengan apa yang dipilihnya itu, tapi sekarang tidak lagi, karena aku mulai sadar, dia bukan lagi anak-anak yang pantas kami atur."

Penjelasan itu sedikit meringankan beban Hinata. Ia sangat senang Mito benar-benar menerimanya di sini tanpa keterpaksaan.

"Saya rasa mengucapkan terima kasih tidaklah cukup."

Mito tergelak. "Bagaimana kalau aku menginginkan kau bahagia bersama cucuku?"

Próximo capítulo