webnovel

21. Melepaskannya...?

Leonna beranjak keluar kamar dengan sudah rapi untuk pergi ke kampus. Di luar toilet terlihat Verrel sudah memakai pakaiannya kembali dan terlihat gelisah.

"De" panggil Verrel, Leonna menatap Verrel dengan tatapan marahnya dan mata yang berkaca-kaca.

Tanpa menjawab sapaan Verrel, Leonna beranjak pergi keluar kamar dan Verrel langsung mencekal pergelangan tangan Leonna. " De, aku mohon jangan marah" ucap Verrel

"jangan menyentuhku !!!" Pekik Leonna menepis tangan Verrel dengan tangisannya yang sudah luruh, membuat Verrel terpekik kaget.

"De, kakak bisa jelaskan semuanya" ucap Verrel

"kakak jahat !!!!hikz...hikz.... kakak masukin obat perangsang kan di minuman itu, dan kakak mengijinkan aku untuk meminumnya. Kakak menjebakku !!!!" pekik Leonna terlihat marah

"tidak de, aku berani bersumpah aku tak pernah menjebakmu. Itu minuman dari Randa dan aku tidak tau kalau minuman itu ada di tasku" ucap Verrel

"BOHONG !!! kakak bohong,, kakak menjebakku untuk mengambil keperawananku"

"DE !!!" pekik Verrel yang tak rela di tuduh seperti itu. "apa kamu pikir aku sebejat itu?? Aku tak pernah ada niat seperti itu. Kalau aku memang berniat seperti itu, kenapa tidak aku lakukan sejak awal. Kenapa harus sekarang??" ucap Verrel mencoba meyakinkan. "aku berani bersumpah tak ada niat buruk padamu" ucap Verrel mulai merendahkan nada suaranya.

"lalu kenapa kakak melakukan ini? Tau darimana kalau kak Randa mencampurkan obat perangsang di dalam minuman itu? Dan kemarin kakak langsung mengiyakan saat aku meminta ijin untuk meminumnya. Kenapa kak???? Kenapa kakak gak larang aku ?????" pekik Leonna sudah menangis sejadi-jadinya.

"aku tidak tau kalau minuman itu yang kamu maksud" ucap Verrel

"masih mau ngeles,," senyum ejekan dari Leonna. " aku tidak percaya sama kakak !!!" pekik Leonna

"kakak memanfaat situasi kan, kakak mengambil kesempatan dalam kesempitan !!" jerit Leonna menangis

"De, aku berani bersumpah aku tak berniat seperti itu. Aku mohon maafkan aku" Verrel hendak memegang tangan Leonna tetapi di tepis Leonna

"jangan menyentuhku !!! aku membencimu, kak... aku pikir kamu bisa menjadi temanku, tetapi aku salah. Kamu sama saja dengan lelaki mata keranjang diluaran sana yang memanfaatkan situasi !!" pekik Leonna, Verrel merasa terluka mendengar tuduhan Leonna padanya. Verrel tak habis pikir, Leonna akan menganggapnya serendah itu.

"kakak pikir, setelah ini Leonna akan luluh dan mencintai kakak???? Tidak,, !!! Leonna tidak akan pernah mencintai kakak sampai kapanpun juga, tak akan pernah !!! dengar itu kak, jangan berharap apapun dariku..."

Deg

"statusku boleh sebagai istrimu, kamu mengambil harta berhargaku. Aku akan merelakannya karena kamu suami sahku. Tetapi jangan harap kamu bisa memiliki hatiku juga" ucap Leonna dengan tajam, Leonna beranjak menuju lemari dan memasukan semua pakaiannya ke dalam tasnya.

Verrel masih mematung di tempatnya mencerna semua ucapan Leonna yang sangat menyakitkan itu. Leonna beranjak untuk pergi, tetapi di halangi Verrel.

"kamu mau kemana?" Tanya Verrel

"aku mau pulang" ucap Leonna

"tidak de, kamu tidak bisa kemana-mana" ucap Verrel

"kenapa?" Tanya Leonna dengan tajam

"biar aku yang keluar dari kamar ini, aku mohon jangan pergi dari sini. Aku tidak ingin orangtua kita mengetahuinya" ucap Verrel. "ini masalah kita berdua de, orangtua kita bahkan tak tau hubungan kita selama ini bagaimana" tambah Verrel

"tidak !! aku ingin pulang" ucap Leonna berjalan melewati Verrel.

"JANGAN MENYENTUHKU !!!" pekik Leonna saat Verrel kembali menahannya.

"oke, maaf" Verrel mengangkat kedua tangannya untuk tidak menyentuh Leonna " Aku tak akan pernah menyentuhmu, tapi jangan pergi dari sini. Aku akan kembali tidur di sofa, kalau kamu tak ingin melihatku lagi. Aku akan berangkat dan pulang saat kamu tertidur. Aku janji tak akan menunjukkan wajahku di depanmu lagi" ucap Verrel

Leonna terdiam dan mengusap air matanya yang tak berhenti mengalir.

"aku mohon pahamilah keadaannya. Bunda akan bertanya-tanya, mama papa dan ayah sedang di Spanyol. Kalau seperti ini bagaimana kalau mereka ikut kepikiran, bukankah disana juga mereka tengah mengurusi kasus Jen. Aku berjanji tak akan pernah menampakan diri di hadapanku" ucap Verrel membuat Leonna menengok ke arahnya.

"aku pegang janjimu, tapi aku tetap akan menginap di rumah mama selama dua hari" ucap Leonna

"oke, selama dua hari. Tapi tidak dengan bawa tas ini" ucap Verrel

"iya" jawab Leonna menyimpan tasnya.

"aku sangat minta maaf, De"

"minggir, aku mau keluar" ucap Leonna dengan ketus, dan Verrelpun menyingkir.

Leonna keluar dari kamar dengan menghapus airmatanya meninggalkan Verrel yang tengah menjambak rambutnya kebelakang.

Di ruang makan, Serli terlihat tengah menyiapkan sarapan untuk mereka semua. "sayang, ayo sarapan dulu" ucap Serli

"tidak bunda, Leonna langsung berangkat. Assalamu'alaikum" ucap Leonna tanpa menoleh ke Serli membuat Serli bingung.

"Leonna kenapa yah?" gumam Serli.

30 menit kemudian, Verrel turun dengan sudah rapi memakai setelan kerjanya.

"pagi bun" Verrel mencium pipi Serli dan duduk di kursi meja makan.

"kamu ada masalah sama Leonna?" pertanyaan Serli membuat Verrel tersedak teh yang sedang dia teguk.

"kenapa bunda bertanya seperti itu?" Tanya Verrel

"tadi Leonna kelihatan habis nangis. Kamu berantem dengan dia" Tanya Serli membuat Verrel terdiam.

"tidak bunda, hanya ada cekcok sedikit. Leonna kangen Leon dan Adrian, mungkin dua hari ini dia akan menginap disana" ucap Verrel menikmati sarapannya tanpa melihat ke arah Serli

"kamu yakin?" Tanya Serli yang merasa tak yakin

"iya bunda, tenanglah. Verrel dan Leonna baik-baik saja" ucap Verrel tersenyum manis membuat Serli akhirnya berhenti bertanya.

"kamu kerja sekarang?" Tanya Serli yang ikut sarapan bersama Verrel

"iya, siang ini aku ada meeting bareng om gator dan Percy" ucap Verrel

"oh begitu, baiklah. Jangan pulang malam yah, bunda takut sendirian. Apalagi Leonna mau nginap di rumahnya" ucap Serli

"Verrel usahakan pulang sore yah bunda, sekarang Verrel berangkat dulu" ucap Verrel mengecup pipi Serli dan mencium tangannya sebelum benar-benar pergi.

***

Leonna duduk di taman kampus sendirian, hatinya terasa sakit. Sesuatu yang berharga harus di renggut dalam situasi seperti ini dan oleh pria yang tidak dia cintai. Sesekali Leonna menghapus air matanya,

"kenapa Loe?" Tanya Datan yang baru saja datang, Leonna menggelengkan kepalanya. "heh Ona, loe pikir gue buta, itu mata udah mirip mata kodok" ucap Datan

"gue baik-baik saja, kunyuk. Pergi loe sono, gue pengen sendiri. Jangan ganggu kesendirian gue" ucap Leonna yang merasa sebal

"yaelah loe so puitis, kenapa sih" Datan duduk di samping Leonna

"gue gak apa-apa" ucap Leonna

"ini pasti ada hubungannya sama Vino atau Verrel" tebak Datan

"so jadi cenayang loe, peak" ucap Leonna

"hay hay" sapa Chella dengan membawa minuman dan cemilan. "eh, Ona loe kenapa?" Tanya Chella kaget melihat Leonna yang menangis dalam diam.

"gak apa-apa, udah ah gue mau ke club dance" Leonna beranjak pergi meninggalkan kedua sahabatnya yang masih melongo bingung.

"dia kenapa?" Tanya Chella

"meneketehe, sini gue bagi" ucap Datan mengambil cemilan Chella, Chella ikut duduk di samping Datan.

"dia kenapa yah, tumben dia murung gitu" gumam Chella

"paling masalah Vino dan Verrel, siapa lagi" ucap Datan cuek dengan menikmati cemilannya.

'Vino? Ada apa yah Leonna sama abang. Apa jangan-jangan abang mengatakan sesuatu yang menyakiti Leonna' batin Chella

"woyy malah ngelamun, autis loe ah. Gue ngomong kagak di sahutin" gerutu Datan

"berisik loe kunyuk, makan yah makan saja" ucap Chella dengan perasaan yang berkecamuk.

Di dalam club dance, Leonna duduk di mejanya. Ruangan yang luas itu Leonna sengaja kunci dan mengurung diri di dalamnya. Leonna menangis sejadi-jadinya, rasa sakit bukan hanya di bagian intimnya tetapi juga di hatinya.

'aku percaya sama kamu kak, aku pikir kamu bisa menjadi sosok kakak dan teman yang aku butuhkan. Tetapi ternyata aku salah' batin Leonna

"kamu jahat kak, kamu jahat sama aku,,hikz....hikz.... kenapa kakak hancurkan kepercayaanku, aku pikir kakak sangat baik sama aku. Ternyata kakak sama saja, kakak memanfaatkan situasi yang ada, hikzz...hikz... bahkan sakitnya masih terasa" isak Leonna sejadi-jadinya.

Tak berbeda jauh dengan Verrel yang berada di ruangannya, pandangannya menatap ke jendela di depannya yang memperlihatkan jalanan ibu kota yang ramai.

Cinta bukanlah sebuah Obsesi....

Ucapan Okta terus terngiang di kepala Verrel seperti kata yang di putar berulang-ulang. "haruskah aku melepaskannya...." Gumam Verrel menatap keluar dengan pandangan sendu. Verrel menatap cincin pernikahan mereka di jari manisnya.

Jangan menyentuhku !!! aku membencimu, kak... aku pikir kamu bisa menjadi temanku, tetapi aku salah. Kamu sama saja dengan lelaki mata keranjang diluaran sana yang memanfaatkan situasi !!

kakak pikir, setelah ini Leonna akan luluh dan mencintai kakak???? Tidak,, !!! Leonna tidak akan pernah mencintai kakak sampai kapanpun juga, tak akan pernah !!! dengar itu kak, jangan berharap apapun dariku...

statusku boleh sebagai istrimu, kamu mengambil harta berhargaku. Aku akan merelakannya karena kamu suami sahku. Tetapi jangan harap kamu bisa memiliki hatiku..

Verrel menekan hatinya yang sangat terluka, Verrel merasa ini sudah sangat berlebihan. Dan mungkin Verrellah yang bersalah disini karena terlalu mencintai Leonna dan itu menjadinya terobsesi pada Leonna.

Mungkin dengan melepaskan Leonna, Verrel bisa melihat Leonna lebih bahagia lagi bersama Vino. Verrel menarik dasinya yang terasa sesak di leher. Verrel tak menyangka penantiannya selama beberapa tahun ini tidak membuahkan hasil apapun.

Leonna tak akan pernah mencintai kakak sampai kapanpun Juga....

Leonna tak akan pernah mencintai kakak sampai kapanpun Juga....

Leonna tak akan pernah mencintai kakak sampai kapanpun Juga....

"Arggghhhh !!!" Verrel meninju meja kerjanya hingga membuatnya retak. Verrel memejamkan matanya dan menghembuskan nafasnya berat untuk mengontrol emosinya.

"kenapa gue bisa seegois ini" gumam Verrel menjambak rambutnya kebelakang. "gue gagal dalam segala hal" gumam Verrel .

Saat ini Leonna sedang mengurung dirinya di dalam kamarnya, langit seakan menangis melihat kegundahan hatinya. Hujan turun dengan derasnya...

Pandangan Leonna menatap rintik rintik hujan yang membasahi ukiran kipas dari kertas yang Leonna buat, di balkon kamar.

"aku hanya menginginkan abang Vino, tapi dia tak pernah bisa membalas cintaku. Padahal aku sudah menunggunya sekian lama, tapi dia tak bisa membalasnya. Kenapa tuhan??? Kenapa aku harus terjebak dalam situasi seperti ini? Apa salahnya aku ingin hidup bahagia bersama orang yang aku cintai" gumam Leonna.

Bip bip bip

Leonna menghapus air matanya dan menyambar handphonenya yang dia simpan di dalam tasnya. Tertera nama Vino disana.

"Hallo abang"

"hallo Princes,, kamu sudah pulang kuliah?"

"hmmm"

"kamu kenapa? Kamu menangis?"

"tidak apa-apa abang. Jen bagaimana, abang?" Tanya Leonna mencoba mengalihkan pertanyaan.

"katakan ada apa, Leonna? Abang tau kamu sedang tak baik-baik saja"

"a-aku.."

"katakan"

"aku hanya merasa lelah saja abang" ucap Leonna kembali menangis

"lelah kenapa?"

"aku lelah menunggu seseorang yang tak pernah bisa membalas perasaanku"

"....."

"Aku sudah lama mengharapkan balasan cinta darinya, tapi dia bahkan tak memandangku sedikitpun. Aku tidak bisa mencintai pria lain lagi"

"....."

"aku harus bagaimana, abang? Kenapa abang diam saja?"

"....."

"Abang Vino...."

"i-iya princes"

"kenapa abang hanya diam saja?"

"tidak. Emmm,, apa pria itu tau kalau kamu mencintainya?"

"tidak abang, aku tidak mau dia sampai tau"

"kenapa?"

"karena aku sangat malu, aku tidak mau hubungan kita jadi renggang karena perasaan ini"

"Tapi kalau begitu, bagaimana dia bisa membalas perasaan kamu. Katakan saja"

"eh,,!! Itu-" Leonna terdiam sesaat bingung harus menjawab apa.

"ungkapkan saja, Leonna"

"a-aku tidak bisa"

"kamu pasti bisa,, katakanlah"

"abang, aku tidak bisa. Aku tak punya keberanian untuk itu"

"katakanlah Leonna"

Tok tok tok

"Onaa,,, buka pintunyaa !!"

"abang, sepertinya Leon membutuhkanku. Aku tutup yah bang, titip salam untuk yang ada disana. Dah abang" Leonna segera menutup Telponnya, dan bernafas lega. "syukurlah, aku tak sampai mengatakannya.

"Ona cepetan buka !!!"

Dor dor dor

"sebentar es batu" Leonna menghapus air matanya dan berjalan menuju pintu untuk membukanya. Terlihat Leon disana dengan pandangan intimidasinya. "kenapa liatin gue kayak gitu?" Tanya Leonna dan berpaling menuju ranjangnya.

"ngapain loe kesini?" Tanya Leon yang ikut masuk ke dalam kamar

"heh es balok, ini rumah nyokap bokap gue. Suka suka gue dong kalau gue mau pulang kesini juga" celetuk Leonna dengan sebal

"Loe dah nikah, Ona. Sekarang dimana suami loe?" Tanya Leon

"kagak tau, gue bukan baby sisternya" ucap Leonna dengan cueknya.

"loe berantem sama kak Verrel?" Tanya Leon

"kepo loe es balok. Udah sana, gue mau bobo" Leonna merebahkan tubuhnya tetapi Leon menarik Leonna hingga berdiri dan berhadapan dengan Leon.

"loe mewek?" Tanya Leon

"kagak, kelilipan" jawab Leonna acuh

"hah, pea bener" Leon memutar bola matanya jengah. "ada apa sih Ona? Loe baik-baik aja kan? Gue kembaran loe, gue bisa merasakan keresahan hati loe" ucap Leon mulai melembut.

Leonna sadar, dia tak bisa membohongi Leon kembarannya sendiri. Mereka seperti punya ikatan batin yang kuat, mereka bisa merasakan perasaan gelisah dan sakit secara bersamaan. Mereka pernah berbagi tempat selama 9 bulan di dalam perut Thalita.

"gue..." Leonna menunduk dan kembali menangis, Leon menarik Leonna kedalam dekapannya.

"Menangis saja, gue akan selalu ada buat loe" ucap Leon mengusap punggung Leonna

"kak Verrel jahat,,, hikzz...hikz..." isak Leonna menangis di dada bidang Leon.

"apa yang dia lakukan?" Tanya Leon

"Di-dia..." Leonna bingung harus berkata apa pada Leon. "pokoknya dia jahat" ucap Leonna

"hah, dasar bocah. Dewasa dikit kek, kalau ada masalah sama suami jangan main kabur aja. Selesain baik-baik, permasalahan dalam rumah tangga kan udah biasa, Ona. Loe lihat deh mama Lita, loe contoh dia" ucap Leon.

"mama gak pernah keluar rumah ataupun kamar saat berantem sama papa, bahkan mereka kalau berantem ngurung di kamar dan cekcok di kamar tanpa kita tau. Kamu contoh mama Lita, gak ada masalah yang bisa di selesaikan Ona sayang" nasehat Leon membawa Leonna duduk disisi ranjang.

"tapi kan" cicit Leonna membuat Leon melepas pelukannya.

"tapi apa?" Tanya Leon menatap Leonna dengan seksama.

'Tapi kan mama sama papa saling cinta' batin Leonna

"ya elah nih anak malah ngelamun. Kesambet dedemit tau rasa lho" Leon mencolek hidung Leonna yang merah.

"gue gak kabur, gue hanya menginap disini selama dua hari. Emang gak boleh?" Tanya Leonna

"ya boleh, tapi loe serius kan gak kabur?" Tanya Leon dan Leonna menggelengkan kepalanya.

"loe telpon aja kak Verrel, dia tau gue menginap disini selama dua hari" ucap Leonna

"bagus deh" ucap Leon. "ya udah loe istirahat aja, gue mau pergi" ucap Leon

"loe mau kemana?" Tanya Leonna

"ada deh, kepo loe" ucap Leon dengan wajah yang berbinar

"loe keliatan seperti yang lagi kasmaran" celetuk Leonna

"emang" kekeh Leon. "bye Ona sayang" Leon keluar dari kamar Leonna.

"gadis malang mana yang bisa jerat hatinya si es balok. Penasaran gue" gumam Leonna.

***

Verrel duduk di atas ranjang dengan pandangan yang mengarah ke ranjang di sampingnya dimana Leonna selalu tertidur. Ingatan Verrel melayang ke kejadian malam kemarin dimana mereka menghabiskanwaktu bersama, saling menyalurkan hasrat dan gairah keduanya.

Bayangan wajah Leonna saat itu terus terbayang di benak Verrel. "mungkin aku yang salah karena memanfaatkan situasi disini" gumam Verrel

kakak pikir, setelah ini Leonna akan luluh dan mencintai kakak???? Tidak,, !!! Leonna tidak akan pernah mencintai kakak sampai kapanpun juga, tak akan pernah !!! dengar itu kak, jangan berharap apapun dariku...

statusku boleh sebagai istrimu, kamu mengambil harta berhargaku. Aku akan merelakannya karena kamu suami sahku. Tetapi jangan harap kamu bisa memiliki hatiku..

kata-kata itu kembali terbayang di benak Verrel. Hatinya sakit mendengar penuturan Leonna saat itu.

'Bahkan bayanganmu selalu ada muncul di dalam ingatan dan benakku, nama kamu selalu terlukis indah di hati aku. Tapi kamu tak pernah menganggapku ada, kamu melihatku sebagai suamimu tetapi itu hanya status belaka. Sampai kapanpun juga aku tak akan pernah bisa menggapaimu. Mungkin aku hanya bayangannya yang terus mengikuti di belakang dia tanpa bisa bergandengan tangan dan menggapainnya. Mungkin benar yang om Gator katakan, cinta itu bukanlah sebuah obsesi, mungkin mulai sekarang aku harus bisa melepaskan dan memadamkan perasaan yang ada di hatiku ini. Aku akan melupakannya dan menjadikannya menjadi mimpi yang sangat indah.' Batin Verrel

'aku akan tetap menyimpan perasaan ini walau tak akan pernah mendapatkan balasannya' batin Verrel

***

Leonna tengah mengobrol dengan Adrian di ruang televise sambil menikmati cemilan, tak lama Leon datang dengan keadaan basah kuyup.

"loe habis cemplung dimana?" Tanya Leonna

"mobil kak Leon bocor?" Tanya Adrian

Huacimmm

"diem ahh,, gue mau mandi" ucap Leon beranjak menuju kamarnya.

"heh Rian, tuh si es balok kenapa akhir-akhir ini kayak kerasukan kuntilanak, cengar cengir mulu" celetuk Leonna membuat Adrian terkekeh

"Kuntilanaknya cantik lho kak, lebih cantik dari kakak" ucap Rian

"masa sih? Serius?" pekik Leonna

"iya kak serius, seminggu yang lalu di bawa ke rumah. Di kenalin sama papa dan mama" ucap Adrian

"tapi cewek tullent kan?" Tanya Leonna dengan polosnya dan Adrian puas tertawa

"kakak pikir, kak Leon gay" kekeh Adrian

"ya abis dia dingin banget sama cewek. Tapi gue penasaran deh sama cewek yang udah luluhin si es batu sampe meleleh gitu es nya" kekeh Leonna

"nanti kita buntutin dia kak, biar tau apa yang dia lakukan" ucap Adrian

"ide bagus" kekeh Leonna dan bertos ria dengan Adrian.

Huaacimmmm

Leonard berjalan ke tempat adik-adiknya, Leonna terlihat sibuk dengan televise dan Adrian sibuk dengan tugas sekolanya.

"Ona, bikinin wedang jahe dong yang bisa mama bikinin" ucap Leon dengan hidung merahnya.

"udah tau musim hujan, masih aja nekat hujan-hujanan" ucap Leonna dan beranjak menuju dapur.

"ngerjain apaan, Rian?" Tanya Leon yang duduk di tempat Leonna barusan.

"tugas kimia kak, sekalian nanyain kak Leonna" ucap Adrian sibuk dengan tugasnya.

"nih di minum" ucap Leonna menyodorkannya ke Leon dan Leon segera menyeduhnya perlahan.

"abis ngapain sih loe, Leon?" Tanya Leonna yang sekarang duduk di samping Leon

"habis benerin genteng rumah orang" ucap Leon dengan santai

"Pprrttt....hahahahhaha" tawa Leonna dan Adrian pecah seketika.

"kenapa pada ketawa?" Tanya Leon bingung.

"Loe sekarang nyari sambilan jadi kuli bangunan yah" kekeh Leonna

"yang bener saja, masa muka ganteng gini jadi kuli bangunan" ucap Leon cuek dan meneguk minumannya.

"palingan demi cinta kak" kekeh Adrian

"kamu tau apa sih tentang cinta, Rian" kekeh Leonna

Ketiga saudara itu dengan serunya berbincang dan bercanda bersama, hujan diluar rumah tak mengganggu mereka untuk berkumpul bersama dan bercanda. Inilah yang kadang Leonna rindukan, di tempat Verrel, Leonna merasa kesepian tak ada Leon dan Adrian yang selalu mengisi rasa sepinya. Kehangatan keluarga yang selalu Dhika dan Thalita utamakan, walau semuanya sibuk dengan urusan masing-masing. Tapi ada kalanya mereka berkumpul dan bersantai bersama seperti ini.

***

Leonna tengah latihan Dance di clubnya, hingga 4 orang wanita datang menghampirinya yang sibuk berlatih.

"hai, princes Leonna" sindir salah satu wanita membuat Leonna melirik sinis ke arahnya dan kembali berlatih.

"wuuuu, lihatlah. Dia begitu berlatih keras, hanya untuk memegang jabatan ketua club" tawanya pecah

"berisik lu, wewe gombel" celetuk Leonna berhenti berlatih dan berjalan menuju tasnya untuk mengambil minumnya.

"heh, cewek sombong. Bagaimana kalau kita bertaruh" ucap itu membuat Leonna menengok ke arahnya.

"bertaruh?" Tanya Leonna mengernyitkan dahinya bingung.

"yupz bertaruh, biar tau siapa yang looser disini" ucapnya

"gue gak takut" ucap Leonna dengan tatapan tajamnya.

Keduanya battle dance, saling memamerkan gaya berdance yang mereka miliki. Tetapi saat sedang menari, kaki Leonna di senggol oleh salah satu temannya yang tadi datang membuat Leonna terjatuh kelantai, sorakan looser di tujukan ke Leonna

"heh wewe gombel, loe curang !!" amuk Leonna langsung menuju gadis yang dipanggil wewe gombel itu.

"nama gue, Zarra. Loe seenaknya manggil wewe gombel, dasar looser" ledeknya Zarra membuat Leonna semakin kesal.

"Looser...Looser...Looser" teriak semuanya

"Diam kalian semua !!" pekik Leonna kesal dan langsung menjambak rambut Zarra.

"Awwwwww!!!" pekik Zara. "Lepasin rambut gue, cewek bar bar" pekiknya

"gue, bukan Looser. Loe bermain curang" ujar Leonna dengan tajam

"kalau begitu buktikan" ucapnya melepaskan jambakan Leonna membuat Leonna menatapnya dengan kesal

"sekarang buktikan ke kita semua, kalau loe bukan Looser" ucap Zarra

"buktikan apa?" Tanya Leonna

"Loe harus nembak siapapun cowok yang lewat depan pintu club"

"loe gila !!!!" pekik Leonna

"loe memang Looser,, ayo guys kita balik. Malesin banget ngadepin Looser" celetuk Zarra membuat semuanya menyoraki Leonna

'Arrghhhh sialan wewe gombel ini, gue kan udah nikah. Masa iya gue nembak cowok disini sih, memalukan' batin Leonna. 'Tapi cowok disini kan pada takut sama gue, abis di tembak gue putusin aja langsung, bereskan semuanya. Daripada nih wewe gombel umbarin ke semua mahasiswa kampus' batin Leonna

"heh wewe gombel, gue terima taruhan loe. Tapi harus ada imbalannya" ucap Leonna menghentikan langkah mereka

"ide yang bagus" ucap Zarra tersenyum puas.

"imbalannya, loe harus jadi kacung gue selama seminggu. Bagaimana?" ucap Leonna

"loe gila !!" pekik Zarra

"ya udah kalau loe gak mau, berarti ketauan kan siapa yang looser disini" ejek Leonna seraya beranjak mengambil tasnya.

"gue setuju" ucapan Zara menghentikan langkah Leonna dan tersenyum puas.

"loe harus tembak siapapun" tambah Zarra

"oke, gue setuju" ucap Leonna dengan senyumannya.

Saat ini Leonna tengah berdiri di lorong depan pintu club menunggu pria yang akan lewat. 'Semoga Leon atau Datan yang nongol. Semoga mereka baca chat gue' batin Leonna

Tap tap tap

Suara langkah ringan menyadarkan Leonna, Leonna di larang berbalik untuk mengetahui siapa yang datang. Dia harus langsung berbalik dan nembak pria itu saat sudah sangat dekat. 'ini siapa yah, ya tuhan semoga Leon atau Datan' batin Leonna

Tap tap tap

"Aku ingin kamu jadi pacarku !!!!"

Mata Leonna melotot sempurna saat berbalik dan bertatapan dengan mata milik seseorang, dan itu di rekam oleh Zarra dan teman-temannya.

"Ka....."

Próximo capítulo