webnovel

11. Accident - Two

"ya tuhan!!!!" pekikan seseorang membuat verrel segera melepas ciumannya.

Di samping mereka, thalita berdiri dengan menutup mulutnya kaget. Verrel maupun leonna sama-sama berdiri tegak. Leonna menundukkan kepalanya karena sangat malu.

"ada apa sayang?" Tanya dhika yang datang menghampiri mereka. Thalita tak menjawabnya, tetapi dhika memahami apa yang membuat istrinya kaget. Karena rambut leonna terlihat berantakan dan bibirnya bengkak. Verrel tak jauh berbeda, kaos yang dia pakai terlihat lecek karena ulah leonna tadi.

"leonna masuk kamar" ujar dhika

"pa, nana tadi-" leonna kebingungan harus menjawab apa.

"masuk kamar, leonna" perintah dhika dan leonnapun berjalan menuju kamarnya setelah mengambil hp dan boneka hanboknya. Leonna bahkan tak berani melirik ke arah verrel.

'oh sial, apa yang loe lakuin rel' batin verrel.

"duduklah verrel" ujar dhika. Verrelpun duduk di sofa dengan sedikit tegang. Dhika dan lita ikut duduk di sana.

"om, tante. Verrel minta maaf masalah barusan, verrel yang salah. Verrel hilang kendali" ujar verrel

"apa kamu mencintai leonna?" Tanya dhika membuat verrel terdiam sesaat.

"verrel, leonna itu masih kecil. Dia belum memahami apapun" ujar lita

"saya paham tante. Om dhika, sebenarnya verrel sudah jatuh cinta sama leonna sejak kita masih kecil" ujar verrel berkata jujur.

'apa laki-laki yang nyakitin leonna itu verrel? Tapi kurasa bukan' batin dhika.

"kalau om dan tante tidak mempercayainya, saya siap melakukan apapun untuk membuktikannya" ujar verrel

"nikahi leonna"

Deg... ucapan dhika membuat verrel sekaligus lita terpekik kaget.

"ni-kahi?" gumam verrel

"yah verrel, kalau kamu serius padanya. Bukankah ayah kamu sudah melamar leonna untukmu" ujar dhika santai

"ayah? Ngelamar leonna untuk aku?" Tanya verrel kaget

"iya, kamu tidak tau?" Tanya dhika

"saya belum tau mengenai itu om, tapi kalau memang om meminta saya untuk menikahi leonna. Saya akan bersedia om, saya siap menikahi leonna" ujar verrel mantap. "tapi bagaimana dengan leonnanya om?" Tanya verrel

'kalau bukan verrel, berarti ada laki-laki lain yang leonna cintai. Sebaiknya aku segera menikahkan verrel dengan leonna daripada leonna terus menerus terluka karena cinta bertepuk sebelah tangannya' batin dhika

"leonna itu urusan om, nanti om yang akan bicara sama ayah kamu" ujar dhika

"kamu serius kan sama leonna, rel? dia anak perempuan tante satu-satunya. Tante ingin yang terbaik untuknya" ujar lita

"iya tante, saya akan berusaha untuk selalu membahagiakan leonna" ujar verrel membuat lita dan dhika saling pandang.

"om percaya sama kamu verrel" ujar dhika tersenyum.

Setelahnya verrel dan dhikapun membahas masalah pekerjaan yang niat awalnya ingin verrel rundingkan dengan dhika. Verrel tengah membuat struktur proyek pembuatan klinik khusus anak, dan verrel meminta bantuan dhika untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan klinik itu.

Di dalam kamar leonna munda mandir tidak karuan, jantungnya berdetak sangat kencang. Bayangan verrel yang menciumnya dengan begitu intens terus mengganggu pikirannya. Bahkan leonna terus bercermin memperhatikan bibirnya yang masih bengkak.

"ya tuhan, apa yang baru saja aku lakukan?" gumam leonna menyentuh bibirnya. " kenapa aku bisa sampai terbuai sama ciuman kak verrel. Oh leonna kenapa kau selalu bersikap konyol" gumam leonna terus mondar mandir tak karuan.

"leonna" panggilan sang papa membuat leonna melotot sempurna, leonna langsung loncat ke atas ranjangnya dan menutup tubuhnya dengan selimut hingga batas leher.

"leonna" panggil dhika lagi memasuki kamar, dan terlihat leonna sudah memejamkan matanya. Dhika berjalan memasuki kamar dan duduk di sisi ranjang membuat leonna semakin berdebar takut papanya menyadari kalau dia hanya pura-pura tidur.

"bangunlah, kamu tak pandai berbohong" ucapan dhika membuat leonna menciut, perlahan leonna membuka matanya dan berangsur duduk dengan kepalanya yang di tundukkan.

Leonna memainkan ujung selimutnya karena takut di marahi papanya itu.

"apa laki-laki itu, verrel?" Tanya dhika to the point dan leonna menggelengkan kepalanya.

"berarti bukan yah, apa kamu mencintai verrel?" Tanya dhika membuat leonna menengadahkan kepalanya menatap manik mata coklat tajam milik papanya.

"katakanlah, apa kamu mencintai verrel?" Tanya dhika

"tidak pa" cicit leonna

"kalau kamu tidak mencintainya, kenapa kamu mau di cium olehnya?" pertanyaan dhika membuat leonna terdiam.

"nana, papa sangat mengenal kamu sayang. Papa sebenarnya kesal saat tadi verrel memperlakukanmu seperti itu" ujar dhika membuat leonna menatap ke arah dhika.

"maafkan leonna pa" cicit leonna

"papa sudah memaafkanmu, karena verrel mau bertanggung jawab dan menikahimu" ujar dhika

Deg...

"me-menikah, pa?" gumam leonna terpekik kaget

"iya nana, papa tidak mau kejadian tadi terulang lagi" ujar dhika

"tapi pa, leonna kan gak melakukan sesuatu yang patal. Leonna kan Cuma-" ucapan leonna terhenti.

"itu sama saja, sayang. Papa takut selanjutkan akan lebih dari itu" ujar dhika membuat leonna merengut.

"nggak papa, leonna tidak mungkin melakukan hal itu" ujar leonna

"kalau begitu, kenapa tadi kamu tak melawan dan hanya diam saja?" Tanya dhika membuat leonna terdiam. "papa tidak akan memaksa kamu, keputusan tetap ada di tangan kamu. Kamu pikirkan saja, apa kamu menerima lamaran verrel atau tidak" ujar dhika membuat leonna terdiam.

"kamu pikirkan saja dulu, dan jangan mengambil keputusan terlalu cepat. Tapi-" dhika memberi jeda dalam ucapannya. "tapi kalau papa atau mama memergoki kalian lagi, papa akan seret kamu ke KUA" ujar dhika terkekeh membuat leonna terkekeh malu.

"papa selalu menganggap kamu anak berumur 10 tahun, tapi papa salah. Princes papa sekarang sudah sangat dewasa" ujar dhika membelai pipi leonna .

"leonna akan selalu jadi princes papa kan" cicit leonna memeluk dhika dengan manja.

"pasti sayang, kamu akan selalu menjadi princes kecil papa" ujar dhika mengecup kepala leonna dengan sayang.

***

Di spanyol, vino baru saja pulang dari pekerjaannya. Dengan masih memakai seragam pilotnya dan menderek koper kecilnya vino memasuki rumahnya.

"vino pulang" ujar vino dan seorang gadis kecil dengan masih memakai seragam smanya berlari ke arah vino.

"abanggg" teriaknya dan memeluk vino.

"halo jen, kamu baru pulang sekola?" Tanya vino membuat jen mengangguk antusias.

"abang, bawa oleh-oleh kan?" Tanya jen

"jen, biarkan abangmu masuk dulu. Kamu sudah menagih oleh oleh saja" ujar seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik.

"mama tidak ke klinik?" Tanya vino

"tidak sayang, tidak terlalu banyak pekerjaan di klinik" ujar wanita itu yang tak lain adalah claudya. "jen, biarkan abangmu beristirahat dan mandi dulu" perintah claudya

"yes ma" ujar jen seraya melepas pelukannya dan membiarkan vino pergi.

Vino tengah membersihkan tubuhnya di bawah guyuran air shower, sudah tiga minggu berlalu. Tetapi bayangan chella tak pernah hilang dari benak vino. Bahkan sekarang nomor dan beberapa kontak lainnya milik chella sudah tak aktiv lagi membuat vino kesulitan untuk menghubunginya.

'mungkin kami tak di takdirkan untuk bersama' batin vino, kedua tangan vino menyentuh dinding di depannya dan membiarkan tubuhnya di guyur air shower.

'apa sebegitu besarnya cinta chella untuk leon? Sampai sampai dia tak bisa menerimaku?' batin vino.

Tiga puluh menit sudah berlalu, dan vino menuruni tangga dengan sudah memakai pakaian rumahannya.

"hallo pa" sapa vino, saat melihat farel baru saja datang.

"kau sudah kembali, boy?" Tanya farel

"iya beberapa saat yang lalu" ucap vino dan mengambil duduk di kursi meja bar.

Claudya menyuguhkan minuman untuk vino dan farel di atas meja bar.

"jen mana, nanda?" Tanya farel

"tadi sih bilangnya mau mandi" ujar claudya. "bagaimana? Tidak ada masalah di pabrik?" Tanya claudya

"tidak, syukurlah semuanya kembali berjalan lancar" jawab farel.

Farel memang membangun sebuah pabrik besar khusus untuk memproduksi tanaman yang dia tanam. Dan sekarang perkebunannya mulai maju pesat, banyak pesanan dari dalam dan luar negri yang memesan hasil olahan perkebunan disana. Dan ada beberapa yang claudya racik hingga menjadi sebuah obat.

"vino, kamu kenapa? Akhir-akhir ini kamu sering sekali melamun" Tanya farel

"tidak apa-apa pa, hanya lelah saja" dusta vino seraya meneguk minumannya.

"papa harap begitu" ujar farel, vino tak bergeming dan tetap menyeduh minumannya dalam mug miliknya.

"halo papa" ujar jen dengan cerita. Sifat periang jen tak jauh berbeda dengan leonna, hanya saja leonna lebih aktiv dari jen.

"hallo sayang, gimana di sekola?" Tanya farel

"lumayan papa, jen di buat pusing sama pelajaran matematika" ceroscos jen

"kalau matematika, masternya papamu jen. Dia sangat jago dalam hal perhitungan" ujar claudya

"bener pa?" Tanya jen

"jangan di dengar mamamu, lagian papa sudah lupa sama pelajaran" keluh farel

"papa payah nih" celetuk jen.

Claudya melirik vino yang diam saja tak ikut berbicara, tidak seperti biasanya. Kecanggungan itupun di rasakan oleh farel. Farel tau anak laki-lakinya sedang tidak baik-baik saja.

***

Chella sesekali melirik leonna yang hari ini menjadi seseorang yang pendiam, entah apa yang di pikirkannya.

"na, loe kenapa?" Tanya chella menyadarkan leonna

"gue gak apa-apa, chell. Hanya ada sedikit masalah" ujar leonna dengan malas.

'apa leonna marah sama gue yah? apa dia baru tau kalau vino nembak gue?' batin chella, tidak sesuai dengan pemikiran leonna.

'ya tuhan, apa aku harus terima lamarannya kak verrel? Lalu abang gimana? Tapi kana bang gak cinta sama aku, dan kak verrel? Aku bahkan tidak tau apa aku mencintainya atau tidak' batin leonna

"selamat siang semuanya" ucapan tegas dari depan kelas menyadarkan semua mahasiswa dan mahasiswi di dalam kelas yang tengah berbincang-bincang. Keadaan mendadak hening dan menegangkan saat wanita berkaca mata itu masuk ke dalam kelas.

Semua siswa dan siswi mulai membuka pelajaran study Biosains. Kecuali leonna, chella dan datan, ketiganya sibuk dengan aktivitas mereka sendiri.

Leonna dan chella sibuk dengan pikiran dan lamunan mereka, sedangkan datan tengah menikmati alam mimpinya bersama para bidadari-bidadari dari kayangan. Dosen yang berdiri di depan kelas itu melirik kea rah meja mereka bertiga.

Dosen yang terkenal galak dan tegas itu berjalan kea rah meja ketiganya yang sejajar. Dengan membawa rotan yang selalu dia bawa kemana-mana.

Brak

"maafin gue na"

"aku mau kak verrel"

"Jangan ninggalin gue bidadari"

Teriak ketiganya spontan membuat semua siswa dan siswi tertawa terbahak-bahak. Leonna dan chella langsung menatap takut ke dosen di depannya, berbeda dengan datan yang nyawanya belum terkumpul semua.

"ya tuhan siapa yang mengganggu tidur siangku. Bidadari itu pada kabur kan" keluh datan mengucek kedua matanya.

"saya yang mengganggumu" ucapan tegas seseorang membuat datan menengok dan melotot sempurna melihat wajah menyeramkan seseorang.

'oh god, emaknya annabelle ngamuk' batin datan

"eh ada ibu fitri yang cantik dan manis" kekeh datan membuat siswa dan siswi yang lain terkekeh.

"DIAM!!!" teriak dosen bernama fitri itu. "kalian bertiga, ke ruangan saya setelah pelajaran selesai" ujarnya tegas membuat leonna, chella dan datan menelan ludahnya sendiri.

"tutup buku kalian semua, hari ini kita akan mengadakan tes!!" ujarnya melangkahkan kaki ke depan kelas dengan angkuh.

"Wuuhuuuuuuuu" teriak semua siswa karena ada tes.

Plak

"diam, ini bukan taman kanak-kanak dan kalian jangan berisik!!!" ujarnya lagi membuat semuanya terdiam.

"tau nih emaknya Annabelle bakal nongol, gue kabur ke ruang kesehatan tadi" gumam datan yang di angguki leonna yang duduk di sampingnya. Ibu fitri membagikan soal tesnya kepada semua mahasiswa.

"yang bergerak tangan kalian, bukan mata dan mulut kalian" ucapnya dengan tegas.

"kalau mata gak bergerak gimana bisa baca soalnya bu?" ujar datan.

"kamu amati saja terus soalnya, tanpa perlu lirik kanan dan kiri" ujarnya dingin

"senyum dulu dong bu, baru aku mau nurutin" ujar datan membuat semuanya terkekeh. Ibu fitri memasang tatapan tajam pada datan membuat datan terkekeh.

"gak bisa senyum yah, oke deh bu. Tutup mulut" ujar datan menutup mulutnya dan menunduk membaca soal di depannya.

Ibu fitri mondar mandir di depan kelas dengan memegang rotan panjang itu.

"Ai jangan melirik kanan kiri" tegur ibu fitri tepat sasaran.

"ba-baik bu" cicit ai.

Plak

"shilla, jangan mencontek" tegur ibu fitri menggebrak meja shilla membuat shilla terpekik kaget.

"ma-maaf bu" cicit shilla.

"alifah,, jangan lirik kanan kiri" tegur ibu fitri lagi membuat alifah menunduk.

"kalian, para calon dokter kelakuannya sangat memalukan. Baru di beri tes saja, sudah kelabakan" ocehnya

'hadeh, nih emaknya si Annabelle makan apaan sih. Tuh mulut ngoceh mulu kagak berhenti, gedeg gue dengernya mana nih soal sulit semua lagi' batin datan

"waktu habis, kumpulkan dalam waktu 1 menit!!" ujar dosennya

"Whaaaaaaa!!!!!" pekik semuanya

"tak ada bantahan, Anya kumpulkan semuanya sama kamu" perintahnya dengan tajam membuat anya beranjak dan mengambil kertas di meja teman-temannya.

"leonna, datan dan michella ikut ke ruangan saya" tambahnya seraya beranjak keluar kelas diikuti anya.

"aishhh tuh emaknya Annabelle kenapa ngoceh mulu sih, udah ngalahin burung beo saja" keluh datan membuat chella dan leonna terkikik.

"cemceman loe tuh, kunyuk" ledek leonna

"idih, ogah banget gue punya cemceman dosen killer macem dia" ujar datan bergidik.

Saat ini ketiganya sudah berdiri di depan meja ibu fitri, ibu fitri membawa mereka bertiga ke gudang belakang kampus.

"Andreeeeee!!!!!" teriak ibu fitri membuat leonna, datan dan chella menutup telinga mereka.

'sialan nih burung beo, gendang telinga gue hampir pecah' batin datan

Tak lama, seorang laki-laki yang sudah cukup berumur berlari terpogoh pogoh menghampiri ibu fitri.

"iya bu" ujar lelaki yang bernama andre itu.

"buka pintu gudang ini" perintah fitri

"baik bu" andre segera mengambil kunci gudang dan membukanya. Terlihat gudang yang kotor dan berdebu bahkan banyak sekali sarang laba-laba di sana.

"kalian bersihkan gudang ini sampai mengkilat" ujar fitri

"WHATTT?????" pekik ketiganya

"kenapa? Belum cukup? Mau saya tambah lagi hukumannya?" Tanya fitri

"tidak bu, sudah cukup" ujar leonna

"bagus, selesaikan sebelum magrib. Andre, kamu siapkan segala kebutuhan mereka untuk membersihkan gudang ini" perintah fitri

"baik bu" ujar andre dan fitri berlalu pergi meninggalkan mereka semua.

"itu urat wajahnya di kasih pas-pasan yah sama tuhan? tegang banget mukanye, senyum dikit apa susahnya. Senyumkan ibadah" celetuk datan membuat yang lain terkekeh.

"jangan di anggap den, ibu fitri memang begitu sikapnya" ujar andre

"tugas yang berat" keluh leonna. "puyeng gue, mana di kepala aja nih sarang laba-laba belum bersih" keluh leonna

"makanya semprot pakai baigon biar pada mati tuh laba-laba di otak" celetuk datan

"mana bisa laba-laba mati sama baigon. Aishh dasar kunyuk" timpal leonna. "sini mang sapunya" leonna mengambil sapu dan masuk ke dalam gudang

"ini non" ujar andre.

Oho oho oho

Ketiganya terbatuk-batuk saat memasuki gudang. Dan melihat setiap tumpukan kardus yang berdebu.

"astaga, gue kagak pernah bersih-bersih" keluh chella

"Kyaaaaaaa!!!!" pekik datan meloncar ke belakang tubuh chella sambil memegang lengan chella.

"apaan?" pekik chella kaget

"itu kecoa" tunjuk datan ketakutan.

Plak

Leonna membunuh kecoa itu dengan sapu yang dia pegang, sehingga tamatlah sudah riwayat sang kecoa malang.

"widih, mirip Rambo loe ona" ujar datan

"loe badan gede, takut sama kecoa. Reptile aja loe pelihara, sama kecoa takut. Cemen loe kunyuk" ujar leonna

"ya beda lagi sama si conel, gue geli sama kecoa" ujar datan bergidik.

"kecoanya udah wafat kunyuk, sekarang lepas tangan loe. gue bukan emak loe" ujar chella menepis tanga datan membuat datan mencibir.

"ayo deh mulai bersih-bersih, biar cepet pulang" ujar leonna mulai mengangkat dan membereskan beberapa kardus ke tempat lain.

Petangpun menjelang, gudang yang tadinya kotor dan berdebu kini bersih mengkilat tanpa noda. Ketiganya tengah duduk selonjoran di atas lantai dengan wajah yang kusut.

"wahh sudah bersih ternyata, kalian bertiga hebat" celetuk mang andre yang baru saja datang.

"cape mang" keluh chella

"itulah yang selama ini saya derita, non, den" keluh mang andre. "saya bahkan membersihkannya sendiri setiap hari" ujar mang andre curhat.

"itu sih DL, mang" celetuk datan beranjak

"jangan curcol disini, mang. Aku sedang tidak menerima keluhan beban oranglain, bebanku saja sudah sangat berat" keluh leonna beranjak mengikuti datan.

"jangan mengeluh mang, apapun akan terasa menyenangkan kalau kita ikhlas mengerjakannya" timpal chella dan berjalan mengikuti leonna dan datan.

"udah gelap aja nih langit" celetuk datan. Ketiganya berjalan menuju parkiran kampus dan terlihat leon terngah berdiri bersandar ke mobil leonna membuat chella terpana.

Leon terlihat sangat tampan dan bersinar di tengah sinar rembulan malam.

"loe belum pulang?" Tanya datan.

"gue nunggu ona" ujar leon

"tumben bener, perhatian banget loe" kekeh leonna

"loe lagi galau, gue gak mau loe nabrakin diri loe" celetuk leon membuat leonna mencibir. "kalian habis perang dimana sih? Tuh muka sama baju penuh debu" ujar leon

"habis perang sama gudang belakang" ujar datan. "gue balik deh" tambah datan. "chellong, loe mau ngikut mobil gue?" Tanya datan

"gue bawa mobil" ujar chella.

"ya udah, bye semua" ujar datan dan berlalu menaiki mobilnya.

"ona, gue juga pulang duluan yah. bye leon" ujar chella tersenyum manis ke leon.

Leon hanya meliriknya sedikit dan beranjak menuju mobilnya.

"jangan di anggep si es batu, dia memang kaku" ujar leonna membuat chella mengangguk.

"bye ona" ujar chella berlalu pergi.

Tiiiinnn tinnnn tinnn

"iye iye sabar es batu" teriak leonna dan memasuki mobil.

Leon menjalankan mobilnya meninggalkan kampus.

"gue di lamar sama kak verrel" celetuk leonna

Ciiitttttt

Leonna bahkan hampir terpental ke depan kalau tidak memakai sabuk pengaman.

"loe apaan sih es batu, loe pengen gue mati konyol" pekik leonna

"loe bilang apa barusan?" Tanya leon kaget

"gue di lamar sama kak verrel" ujar leonna

"serius loe? terus loe nerima gak?" Tanya leon penasaran

"belum, gue dilemma" ujar leonna

"idih pake acara dilemma segala, kayak manusia aja loe" celetuk leon seraya menjalankan mobilnya kembali.

"menurut nganaa???????" ujar leonna kesal.

"bukannya loe alien yah" kekeh leon

"kalau gue alien, trus loe apa es batu? Loe juga manusia jadi-jadian, kan loe kembaran gue" celetuk leonna kesal.

"udah terima saja" ujar leon membuat leonna menengok

"kenapa?" Tanya leonna

"biar di rumah tenang, kagak rusuh terus karena ada loe" kekeh leon

Plak

"nyebelin!!" leonna menepuk lengan leon membuat leon terkekeh.

"pokoknya, gue akan dukung apapun yang bisa buat loe bahagia, ona sayang. kalau ada yang nyakitin loe, gue yang akan ada di barisan paling depan" ujar leon membelai kepala leonna membuat leonna tersenyum senang.

"manisnya kembaranku ini, sini sini aku peluk" ujar leonna merentangkan kedua tangannya.

"ogah, loe kotor dan bau" celetuk leon membuat leonna mencibir.

***

Verrel tengah berdiri di balkon kamar dengan perasaan yang tak menentu, di tatapnya gantungan handphone yang tadi di pasang, pasangannya ada di handphonenya leonna.

"aku sangat berharap kamu menerima lamaranku leonna, aku akan memberikan seluruh cintaku hanya untukmu." Gumam verrel tersenyum sambil membelai boneka handok wanita yang terlihat lucu.

Di tempat lainpun, leonna tengah duduk di atas ranjang sambil memainkan gantungan boneka handok yang menggantung di handphonenya.

Vino ataukah verrel??????

Leonna dalam keadaan dilemma...

Memilih tetap menunggu dan berharap ke vino...

Atau

Menerima verrel dan memulai kehidupan barunya bersama verrel....

Manakah yang harus leonna pilih??????

Próximo capítulo