webnovel

CHAPTER 08

Tatapannya kosong, dengan melipat kedua tangan diperut atasnya, memandangi jalanan komplek yang terlihat dari balkon kamar Freya. Matanya masih sedikit bengkak sisa kejadian semalam. Tak habis pikir, kenapa ibunya Revan melontarkan kalimat pedas seperti itu.

' Keluarga tidak sehat... Pergaulan bebas...'…'

Kata-kata itu masih terngiang-ngiang ditelinga dan ingatan Freya.

" apa perlu aku beritahu kelakuan anaknya selama ini diluar? Harusnya pergaulan bebas itu tepatnya ditujukan pada anaknya sendiri. Salah besar jika aku tidak mengetahui kelakuan bejat Revan dari dulu."

gumam Freya dalam hati.

" tapi kenapa cinta ya sama dia?!"

Lirihnya sambil tersenyum-senyum sendiri.

" dia siapa ?"…"

Freya terkejut menyadari Shofi sudah ada dibelakangnya.

" eh, kapan mama sama papa pulang ? kok aku gak tau."

" tadi malam, jam 11 deh kayanya. Papa mu kekamar katanya kamu udah tidur. Ya sudah."

Freya manggut-manggut. Memang sepulang dari rumah Revan, Freya memutuskan langung tidur karena berusaha melupakan semuanya.

" sarapan dulu yuk, Fre. Udah kesiangan nih. Papa sudah nunggu dibawah."

kata Shofi meninggalkan Freya yang masih berdiri ditepi balkon.

Beberapa saat semudian Freya menyusul Shofi ke lantai bawah dan terlihat James dan Shofi sedang menyantap lapisan sandwich. Freya mengerutkan keningnya.

" tumben sandwich ?! biasanya kalo belum ketemu nasi bukan sarapan namanya."

ledek Freya menyindir Shofi yang hobi makan nasi.

" hahaha... really ?"

james melirik Shofi sambil tertawa.

Shofi melotot pada Freya sambil memonyongkan mulut yang masih penuh dengan makanan. Freya pun ikut tertawa.

" mama harus terbiasa lagi untuk mengurangi makan nasi, Fre. Puas kamu ngeledek mama ?"

ucap Shofi setelah menelan habis sisa makanan yang ada dimulutnya itu.

" lho, kenapa? Kolesterol mama naik lagi ?"

Tanya Freya terkejut.

" no, mama akan ikut papa ke Dublin. "

jawab James Nampak semangat.

" Really, ma ? "

mata Freya membulat tak percaya. Dipandanginya Shofi dan James bergantian.

" trus profesi sebagai guru gimana ?"

Tanya freya kemudian.

" sudah sebulan lalu mama mengajukan pengunduran diri, tapi waktu itu belum ada guru pengganti. Dan sekarang sudah ada guru baru gantinya mama."" Jelas Shofi.

" wow... surprise. kok mama gak pernah bilang sih?"

ucap Freya menggerutu.

" sudah, ayo sekarang makanlah !!!"

balas Shofi menyodorkan piring yang berisi sandwich dan segelas orange jus.

Mereka pun menikmati sarapannya dengan diselingi obrolan-obrolan kecil yang membuat suasana menjadi lebih hangat. Ada rasa bahagia tak terkira dihati freya karena telah lama ia merindukan kebersamaan ini. Kebersamaan yang jarang sekali didapatnya setelah beberapa tahun lalu berpisah dengan James dan jarang bertemu.

10 tahun lalu, shofi memutuskan membawa Freya kembali ke Indonesia dikarenakan eyang tati (ibunya Shofi) yang tinggal seorang diri sering sakit-sakitan. dikarenakan Shofi juga kebetulan anak tunggal maka dirinya lah yang harus mengurus eyang Tati sampai akhirnya eyang tati harus berpulang sekitar 2 tahun yang lalu karena penyakit diabetes yang menggerogotinya.

**

Sore itu Revan datang kerumah Freya karena sebelumnya sudah janjian lewat chat whatsapp mau jalan ke coffee shop sekedar ngopi sambil ngobrol biasa.

" Sore, om..."

sapa Revan pada James yang lagi duduk dikursi teras rumah tengah serius membaca sebuah buku tebal.

James mendongak kearah asal suara itu sambil menurunkan kacamata bacanya diujung hidung mancungnya.

"sore. Kamu siapa?"

Tanya james dengan logat kakunya.

Revan mengulurkan tangannya pada james.

" saya revan, om.""

" oh, kamu Revan. "

james menyambut tangan revan untuk berjabat tangan.

Mereka pun akhirnya terlihat berbincang dengan sesekali diselingi dengan tertawa-tawa kecil. James terlihat welcome dan cocok dengan Revan. Terlihat dengan tatapan hangat James pada revan.

" ayo rev, kita jalan sekarang!! Tar kesorean."

tiba-tiba freya datang dari dalam rumah.

Revan pun beranjak dari kursinya, lalu berpamitan sama James.

" oke, don't back home too late! "

ucap James menatap Freya.

" don't worry, Pa. "

balas Freya sambil mengecup pipi James.

Akhirnya mereka pun"meluncur dengan mobil sedan sport merah milik Revan.

Sampailah mereka di coffe shop langganannya yang berada didaerah seputaran dago. Freya memesan secangkir Macchiato kesukaannya, sedangkan Revan memesan espresso seperti biasanya.

" gimana pekerjaannya sebagai manager? Lancar kan?"

Tanya Freya sambil menyeruput macchiato pesanannya.

Revan tak menjawab. Dia malah menopang dagunya dengan kedua tangannya bertumpu dimeja memandangi lekat-lekat wajah Freya yang ada dihadapannya. Menyadari kelakuan Revan, Freya mengacak-acak rambut Revan.

"Hey..."

Revan menghentikan tangan Freya.

Freya mendengus kesal dan gemes melihat tingkah konyol Revan yang selalu mengobrak-abrik hatinya.

" pekerjaanku lancar-lancar aja, Fre. Seperti jalan tol."

Ucap Revan tak serius.

" kamu sendiri gimana ada rencana ngelamar kerja kemana? Apa mau aku lamar saja ?"

Kata Revan lagi.

" sayang banget kuliah cape-cape kalo harus langsung jadi budak pelampiasan kamu, rev."

Balas Freya santai tapi mengena.

" jadi kamu gak mau aku nikahin ?"

Tanya Revan menohok.

" ya gak secepat itu juga kali, Rev. aku kan masih ingin mengejar mimpi-mimpiku dulu. Lagian melihat sikap ayah ibu mu waktu itu aku jadi ragu."

Ucap Freya kembali sedih.

Revan hanya menghela nafasnya dalam-dalam. Lalu dia meraih tangan Freya, diciuminya punggung kedua lengan Freya berkali-kali.

" sayang, maafin aku ya...", lirih Revan.

Freya hanya membalasnya dengan tatapan lembut dan Senyuman yang tulus dan penuh cinta.

Próximo capítulo