webnovel

22

Di depan kelas Hinata, anak-anak lain dibuat heboh oleh kedatangan Naruto Namikaze, perihal tidak biasanya laki-laki itu memiliki sejarah untuk mendatangi seorang gadis di kelasnya. Memberi sebuah kotak bekal bersusun yang dibungkus oleh kain bermotif bunga-bunga. "Ini dari ibuku," kata pemuda itu kepada Hinata. "Dia bilang, aku harus membaginya denganmu, kau harus menghabiskannya, awas kalau kau membuat kecewa ibuku dengan menyisakan satu biji nasi di tempatnya."

Keduanya memiliki sikap tidak begitu peduli pada sekitar yang mendarah daging—atau semua keturunan bangsawan memang memiliki sikap seperti itu sejak lahir—yang membuat mereka berdua tidak mempedulikan anak-anak di sepanjang koridor terus mempertanyakan, "Apakah mereka pacaran?" Hinata merampas begitu saja bekal makan itu, lalu pergi dari depan kelas, sementara Naru pun pergi ke arah yang berlawanan dengan kembali memasang headset besarnya, menyumpal telinganya yang terganggu oleh berisiknya koridor.

Sampai di taman yang biasanya ia jadikan sebagai tempat untuk menikmati makan siang, Hinata membuka kain bekal itu, dan buru-buru melihat isinya. Bekal makan siang cantik dengan bermacam-macam bentuk yang terlihat manis maupun lucu. Kushina sepertinya cukup ahli membuatnya sampai akhirnya Hinata mengambil lauk yang cantik itu dengan sumpit, lalu memasukkannya ke dalam mulut. Ia melebarkan matanya karena terkejut.

"Enak!" ungkapnya dalam teriakan menggembirakan. "Tak kusangka rasanya juga luar biasa enak, tidak hanya cantik semua bekal-bekal ini."

Baru sampai di laboratorium yang kosong—dalam segala kesempatan kelas itu akan digunakannya untuk menyendiri, mendengarkan musik, tak terkecuali makan siang, tapi kali ini di dalam sana Naru tidak sendiri. Seseorang muncul dengan api gelapnya, keturunan dalam garis Amaterasu, si Uchiha, lahir dari air mata sang Dewi yang menangis. "Selamat siang, kau membawa bekal dari ibumu lagi?"

"Aku tidak akan membagi makanan ini denganmu kali ini," mencari bangku dekat jendela, Naru memilih duduk di sana supaya dia bisa melihat halaman, di mana banyak anak-anak sedang bermain bola di bawah sana. "Hari ini aku harus ke sana? Kalau tidak penting—"

"Gadis itu lenyap," Naru mengangkat wajahnya, memandangi si Uchiha. "Sakura mencoba melepaskan belenggu, tapi tubuhnya begitu saja terbakar karena sinar matahari."

"Kau pikir dia dari ras siluman?"

"Aku pikir dia seperti para makhluk bulan."

"Putri Kaguya?" Naru menghela napas. "Itu cuma sastra klasik, kau membodohi aku, coba ceritakan hal yang sesungguhnya. Aku tidak mau ditipu siang-siang begini," si Uchiha itu malah tertawa.

"Kau tahu sebelum klan Hyuuga dibentuk?"

"Ya, mereka punya silsilah dengan klan Otsutsuki."

"Nama lainnya adalah klan bulan," Naru mendengarkan secara saksama. "Pernah dipimpin oleh seorang wanita bernama Kaguya, aku pikir dia berasa dari Heian-kyo, dia memiliki garis langsung dari Kaisar Keitai, klan itu tercatat sebagai puncak silsilah dari Hyuuga. Kukira kau harus tahu tentang hal seperti ini."

Naru ingin berkata jujur, dia memang akan melakukannya. "Aku tidak ingin berhubungan dengan Keitai, pria yang melanggar kontrak denganku."

"Bukan Keitai yang melanggar kontrak, tapi kau menodai putrinya sebelum dia selesai memilih."

"Kami saling mencintai."

"Dengar, tidak ada satu pun seorang ayah yang rela menyerahkan putri cantiknya pada siluman, kau telah tercatat merusakkan ibu kota, hingga membuat anggota kerajaan mengungsi di Okutama sampai kastel mereka dapat ditinggali kembali, dan itu tak terhitung berapa kali kau mengamuk dan semua orang ketakutan padamu, sampai akhirnya Amaterasu muncul untuk menghukummu, kau pikir meski saling mencintai, kau perlu menodainya dan mandi bersama berkali-kali?"

"Bibi Tua itu," dengan menggerutu, Naru membungkus kembali makanannya. "Lalu, maksudmu mungkinkah Otsutsuki masih ada?"

"Ya, kukira begitu."

"Bicaralah lebih tegas."

"Masih belum ada bukti, mereka siluman atau manusia abadi dengan kekuatan tinggi. Ada asumsi bahwa mereka mungkin saja sedang membuat barier sihir, dan kita tidak akan dapat menemukannya, hanya anggota bodoh mereka saja yang keluar tanpa sebab, ini bisa dipastikan—maksudnya, sebenarnya mereka tidak ingin melakukan peperangan."

"Tidak ingin melakukan peperangan tapi menghancurkan gedung sekolah ini."

"Mungkin mereka terlibat pertarungan?"

"Ada-ada saja," Naru membuka kembali bekalnya, si Uchiha melirik ke bekal itu dengan air luar yang hampir menetes. "Terima kasih, kau sudah boleh pergi."

"Hei, aku bukan pelayanmu," Naru mengangkat wajahnya. "Kau seenaknya menyuruhku, lalu sekarang kau seenaknya mengusirku setelah aku memberikan info penting?"

"Aku rasa kau tidak menginfokan sesuatu yang penting, tapi kau barusan mengingatkan masa laluku, hanya itu saja," pria berambut gelap itu, mengambil duduk di depan Naru. "Kau ingin bayaran ini? Aku yakin, ibuku membuat makanan ini bukan untuk dijadikan sebagai sesajen."

"Ayolah, bagi sedikit, masakan ibumu enak tahu."

"Menjelma saja jadi manusia, aku akan ajak kau datang ke rumah untuk menikmati masakannya."

"Gila, hanya karena ingin menikmati makanan dari manusia kenapa aku harus jadi manusia."

"Karena aturan alam memang harus begitu."

Heian-kyō (平安京) adalah kota yang ditetapkan Kaisar Kammu pada tahun 794 sebagai ibu kota Jepang. Sekarang letaknya berada di pusat kota Kyoto, Prefektur Kyoto. Pada zaman dulu, letaknya berada di Provinsi Yamashiro, dan menempati dua distrik sekaligus, Kadono dan Otagi. Kota menempati lahan berbentuk persegi panjang, dari utara ke selatan panjangnya 5,2 km, sedangkan dari timur ke barat lebarnya 4,5 km.

BukiNyancreators' thoughts
Próximo capítulo