Untaian kuas menari - nari di atas kertas putih membentuk sebuah siluet. Jemarinya begitu ahli menggores kertas dengan tinta hitam hingga terbentuklah gambaran seorang wanita meski hanya setengah jadi. Sekilas sorot matanya melirik ke arah pintu kamar. Menanti seseorang. Sesaat diletakkan kuas tersebut, lalu melukis kembali. Kemudian diletakkan lagi sambil melirik ke sudut pintu lantas melukis lagi. Hal itu terjadi berulang-ulang. Hingga Raja Reijin dengan kesal membanting kuas tersebut. Sudah selarut ini tapi orang yang ia tunggu tak kunjung datang.
Raja Reijin sejenak memiringkan kepala. Bingung sendiri kenapa ia bersikap seperti ini?
Gadis itu… apa malam ini sengaja melupakan tugasnya karena ciumannya tadi siang?
Raja Reijin merasa frustasi. Mendengkus kesal, ia lalu beranjak menuju tempat Ursulla, tak sabar untuk melihatnya.
Tak peduli malam kian larut, ia tetap akan menemui gadis itu.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com