Raja Reijin duduk di sebuah batu besar yang berada di samping kolam istana, ia menghela nafas panjang. Perdebatan antara dirinya dengan ibu suri tadi benar-benar membuatnya kesal. Ada rasa marah, emosi, serta kepedihan di benaknya. Sorot mata Raja Reijin menyendu, menatap ke arah bunga Tabebuya. Menerawang sesuatu.
Pikirannya menerawang kejadian beberapa tahun lalu ketika dirinya masih muda. Masih belum bisa mengenal mana yang baik dan mana yang buruk. Kala itu, sebuah kejadian buruk membuat dirinya merasakan trauma mendalam. Bahkan trauma itu sampai sekarang belum juga sembuh. Kesedihan, amarah, rasa bersalah menyelimuti dirinya. Raja Reijin tidak pernah bisa menghilangkan perasaan itu meski lebih dari 10 tahun berlalu.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com