Pandangan mereka saling beradu. Iris gelap cerah bertemu iris kelam kecokelatan yang tampak berkilau seperti berlian. Untuk sepersekian detik mereka terdiam dalam pikiran masing – masing.
Ursulla dengan rasa kesalnya berpikir untuk memikat Raja. Sementara dalam pikiran Raja Reijin, dilihat seksama, gadis ini memiliki mata yang indah. Bola matanya gelap seperti malam berbintang dilindungi bulu mata lentik yang membuatnya menjadi sempurna.
"Yang Mulia, maafkan hamba!"
Pernyataan Ursulla membuat Raja Reijin tersadar dari lamunannya. Dirinya mengerjap sebelum akhirnya mengerutkan kening ketika pemikiran tadi terlintas di benaknya. Ia sudah menjumpai banyak perempuan cantik dengan berbagai ciri khas, tetapi tak pernah sekalipun merasuk dalam pikirannya. Ia hanya melihat perempuan – perempuan itu sambil lalu dan menganggap semua tak penting. Selain insomnia dan tak bisa tersenyum, ia mempunyai masalah psikis yakni tak bisa terpesona kepada siapapun. Termasuk selir – selirnya yang masuk jajaran wanita tercantik di seluruh negeri.
"Yang Mulia, jika anda berniat menghukum saya~" Jeda sejenak, "Saya bisa terima jika memang saya salah." Ursulla menatap Raja Reijin penuh tekad, "Tetapi peristiwa tadi, saya sungguh tidak melakukannya."
Ursulla menunduk. Meremat roknya cemas. Dia takut jika ucapannya menyinggung Raja Reijin. Bagaimanapun selir Gun ialah selirnya, mereka pasti dekat satu sama lain. Lalu dengan tidak mengakui kejadian tadi, bisa menimbulkan kejahatan lain yaitu menuduh selir Gun berdusta meski hal itu benar adanya. Meski ia bisa menebak Raja Reijin akan marah, namun Ursulla tak sudi mengakui kesalahan yang tidak ia perbuat. Ursulla siap akan konsekuensinya. Tetapi..... jawaban Raja Reijin begitu di luar dugaan.
"Aku tahu."
Ursulla seketika mendongak menatap tak percaya, "Yang... Yang Mulia tahu?"
Raja Reijin mengangguk.
"Benarkah Yang Mulia percaya pada ku?" Tanya Ursulla sekali lagi. Dan Raja Reijin kembali mengangguk.
Tetapi Ursulla belum puas. Ia ingin benar – benar memastikannya, "Ta... tapi beliau adalah selir anda. Bukankah Yang Mulia lebih mempercayainya?"
Raja Reijin mendengkus. Dia seakan melihat anak kecil yang baru belajar mengenal dunia dan terus menerus bertanya.
"Dia memang selir ku. Tapi aku tidak bodoh, Sulla."
Mendengar itu, Ursulla seketika menghela nafas lega. Ternyata Raja Reijin bukan pemimpin yang berpikiran sempit. Dia bisa mencermati siapa yang salah dan siapa yang benar tanpa memandang status orang tersebut. Dalam hati, Ursulla meminta maaf lantaran sempat berpikir bahwa Raja Reijin akan melindungi selirnya tanpa mendengar penjelasannya.
"Terimakasih Yang Mulia, terimakasih."
"Tapi kau tetap akan dihukum."
Ehh... apa? Ursulla sontak menatap Raja Reijin bingung. Bukankah dia tahu kalau dirinya tak bersalah? Kenapa ia tetap menerima hukuman?
Sudut bibir Raja Reijin tertarik ke atas. Bukan hendak tersenyum, melainkan sebuah reaksi untuk mempermainkan.
"Karena kau tadi tidak langsung mempercayai ku." Raja Reijin mendekat, "Nanti malam datanglah ke taman bunga. Aku akan memikirkan hukuman untuk mu." Ujar Raja Reijin dan langsung melangkah pergi meninggalkan Ursulla yang ternganga tak percaya.
Apa-apa'an ini? dia dihukum hanya karena itu?
Tetapi anehnya.... dirinya tidak merasa takut, melainkan ia merasa ucapan Raja Reijin terdengar seperti sebuah candaan.
****
Ursulla sampai ke dapur setelah bertemu dayang Han yang ternyata sedari tadi mencarinya. Ia menceritakan kejadian beberapa waktu lalu dan dirinya mendapat tatapan simpati dari beberapa dayang. Mereka sangat hafal akan tabiat selir Gun, wanita itu bisa melakukan apa saja untuk menyingkirkan orang yang tidak ia suka. Dahulu, ada seorang dayang muda yang dirusak wajahnya hanya karena mempunyai bentuk wajah yang mirip dengannya. Bukan hanya itu, dayang muda itu juga mendapat penindasan hingga berakhir bunuh diri. Oleh karenanya, mereka berpesan agar ia berhati – hati kepada selir Gun kalau perlu tak usah berurusan dengannya.
"Selir Gun benar – benar kejam." Ursulla merinding mendengar cerita itu. Tak mau terus menerus memikirkan kekejaman sang selir, ia pun memilih fokus membantu memasak.
Ursulla menggulung lengan pakaiannya kemudian mengambil pisau memotong beberapa wortel. Saat hendak memotong, tiba – tiba suara terkejut mengalihkan atensinya.
"Apa itu yang nona pakai?" Tanya dayang Sora. Matanya membelalak terkejut saat melihat benda aneh melingkar di pergelangan tangan Ursulla.
"Ohh... ini namanya jam." Ursulla tersenyum menjelaskan, "Benda ini berfungsi untuk melihat waktu. Lihat! sekarang menunjukkan jam 12 siang."
Penasaran, dayang Sora dan beberapa dayang lain mendekat mengerubuni Ursulla. Mereka terpana melihatnya. Bagi jaman modern, jam tangan bukanlah sesuatu yang luar biasa. Namun tidak bagi zaman ini. Berbagai macam reaksi datang. Ada yang heran, tercengang dan takjub bagaikan melihat harta karun. Tapi.... ada satu orang yang melihat jam itu dengan berbeda. Dia menjerit histeris.
"Ahhh.. Ini seperti benda yang dipegang pria itu." Ujar Dayang Sora dengan pandangan tak percaya.
Pria itu? Ursulla mengerutkan kening.
"Seminggu lalu aku melihat seorang pria berpakaian aneh duduk di atas genting kediaman Raja Reijin. Pria itu memegang benda seperti ini." Dayang Sora bersorak bahagia, "Itu bukan halusinasi. Ya, sekarang aku yakin itu bukan halusinasi."
Seminggu ini, dia dihantui rasa penasaran tentang apa yang ia lihat saat itu. Teman – teman sesama dayang tak percaya dan menganggap dirinya berhalusinasi lantaran stres bekerja. Tetapi setelah melihat benda yang dipakai Ursulla mirip dengan benda yang dipegang pria itu... ia menjadi yakin 100% bahwa yang dilihatnya adalah nyata.
"Tetapi kau bilang pria itu langsung menghilang. Jangan-jangan kau melihat hantu." Komentar salah satu dayang.
Dayang Sora sejenak merinding. Namun hantu atau bukan, yang jelas dia tidak berhalusinasi.
Sementara itu, Ursulla terdiam. Ia mencerna cerita dayang Sora dan berpikir,
'Mungkinkah ada orang modren selain dirinya yang berada di Dinasti Cheon?'