Bagaimana seorang wanita biasa dapat mendekati orang nomer satu di negeri ini. Bahkan penjabat sekalipun juga tidak mudah berada di samping Raja. Apalagi dirinya, orang asing yang tak memiliki kuasa apapun.
Ursulla mendesah. Memikirkan 1001 cara mendekati Raja Reijin, tapi pria kaku itu benar-benar tipe orang yang sulit didekati. Bukan hanya karena statusnya sebagai Raja, tetapi pria itu memang memiliki aura yang membuat orang takut untuk mendekat.
Ursulla bahkan sudah mematikan rasa malunya demi bisa akrab dengan Raja Reijin, tetapi pria itu sungguh arogan. Beberapa kali ia mencoba menyapa Raja Reijin namun pria itu sama sekali tak membalas sapaannya. Bahkan sekedar menatapnya pun tidak. Pria itu hanya berjalan begitu saja melewatinya dengan pandangan lurus ke depan didampingi para pengawal.
Bagaimana ia bisa dekat jika Raja Reijin bahkan tak menatapnya?
Ursulla mendengkus kesal. Rasanya ingin menyerah. Tapi jika menyerah, hidupnya akan teracam. Oke, kalau begitu ia akan berusaha lebih keras.
Mencari info tentang kegiatan raja, Ursulla mendapati bahwa pria itu memang sangat sibuk. Tetapi selain berlatih pedang di sore hari, pria itu biasanya menghabiskan waktu santainya di taman bunga yang letaknya dibelakang kediaman raja.
Mengendap-endap, Ursulla menuju ke taman bunga. Memastikan bahwa pengawal Raja tak mengetahuinya. Jika tidak seperti itu, mungkin ia akan diusir lagi seperti kejadian beberapa hari lalu.
Dia akan menggunakan cara berpura-pura secara tak sengaja bertemu Raja Reijin. Jika dia melakukan secara terang-terangan, Raja kaku itu pasti akan menjaga jarak darinya.
Dari kejauhan, ia melihat Raja Reijin termenung menatap guguran bunga berwarna merah muda. Di zamannya, bunga itu bernama Tatebuya. Tetapi ia tidak tahu di zaman ini, apakah namanya juga sama?
Ursulla melihat ekspresi Raja Reijin yang selalu sama di sepanjang waktu. Yaitu datar. Dengan wajah seperti itu, jika ada senyuman di bibirnya pasti Raja Reijin akan menjelma sebagai Dewa yang turun dari langit. Tetapi sayang sekali, hal itu tak pernah terjadi. Lalu tiba-tiba Ursulla merasakan hatinya bergetar. Seperti kesedihan mendalam saat dengan cermat ia melihat tatapan mata Raja Reijin. Ada kilat tersembunyi di dalam iris kecokelatan milik Raja dinasty Cheon itu. Dan tanpa sadar, Ursulla mendekat. Melupakan rencananya untuk berjalan sembunyi-sembunyi.
Raja Reijin berbalik begitu mendengar suara panglima Hito menghadang seseorang. Itu adalah gadis yang sama. Yang beberapa hari belakangan terlihat ingin mendekatinya. Gadis asing itu rupanya tidak menyerah dan Raja Reijin sudah terbiasa dengan sikap seperti ini. Seperti para selirnya yang berusaha menarik perhatiannya.
Dan itu membuatnya muak. Oleh karena itu dia selalu mengacuhkan. Tak merasa punya minat, karena dia hidup hanya karena dia masih bisa bernafas dan sama sekali tidak memiliki rasa. Ia melihat seluruh dunia ini terasa hitam putih.
"Wanita keras kepala. Sudah beberapa kali aku bilang Raja Reijin tidak ingin diganggu."
Ursulla terkesiap. Tersadar dari lamunannya. Tadi dia tiba-tiba melamun dan berjalan menghampiri Raja. Melupakan ada panglima Hito yang setia berjaga di sudut jauh.
"A... Aku tidak bermaksud mengganggu Raja." Tiba-tiba ia ingin menangis. Jika dihitung sudah 10x setelah seminggu dia berada di istana ini, ia telah menerima penolakan tanpa dasar. Seakan dia adalah serangga menjijikkan yang harus dihindari.
Apalagi saat ini Raja Reijin hanya terdiam di tempat meskipun telah melihatnya.
"Aku ingin mengembalikan sapu tangan ini." Terang Ursulla, menyerahkan sapu tangan putih milik Raja Reijin. Sapu tangan itu sudah dicuci bersih dan dibalut wewangian. Ursulla selalu membawanya kemana-mana. Ia berencana mengembalikan ketika ada kesempatan dirinya untuk bercengkerama dengan Raja walau hanya sejenak. Namun sepertinya kesempatan itu tidak akan ada. Dan sekarang dia putuskan untuk langsung mengembalikannya.
Setelah menyerahkan sapu tangan itu ke panglima Hito, Ursulla pamit undur diri dan tak lupa membungkuk hormat. Ia berbalik dan berjalan lunglai. Mendekati Raja benar-benar sangat sulit bahkan cenderung mustahil. Semangatnya hilang.
Sementara itu Raja Reijin tertegun mengamati punggung Ursulla yang berlalu pergi.
****
Ursulla duduk meringkuk di bawah pohon. Entah ini tempat apa, ia tak tahu. Yang ia tahu bahwa tempat ini sangat sepi. Hanya di sini, tempat dalam istana yang tidak terlihat adanya manusia.
Sebuah kolam, gazebo dan pohon besar. Ursulla memilih menyendiri di sini. Ya, tapi ia menyadari bahwa di tempat antah berantah ini dirinya tidak punya siapa-siapa.
"Ayah, aku takut sekali." Gumam Ursulla. Matanya berkaca-kaca, ia menangis. "Kenapa aku bisa berada di tempat ini? Aku tidak mengenal siapapun. Aku juga tidak tahu harus bagaimana? Aku sendirian."
Di zaman modern, ia juga sendirian. Tetapi dia masih mengenal beberapa orang. Setidaknya ada ibu dan kaka tirinya. Meski mereka memerlakukannya buruk, tetapi setidaknya dia tahu seluk beluk tempatnya berasal. Tapi di zaman ini, jangankan seluk beluk tempat ini. Ia bahkan tidak mengenal siapapun. Ia benar-benar sendiri.
Padahal dia tidak bermaksud apapun kepada Raja Reijin. Tidak berniat mencelakai atau hal lainnya. Dia hanya butuh perlindungan. Jaminan. Dia ingin dekat, hanya untuk menunjukkan bahwa dia bukanlah orang jahat. Sehingga pihak istana tak perlu khawatir akan keberadaanya.
Tetapi mereka memang tak menerimanya.
Air mata Ursulla menetes. Dia benar-benar orang asing dan sendirian.
"Yoo... Apa ini perempuan asing yang menyanyi di festival Hanyang waktu itu?"
Suara tiba-tiba menyentaknya. Ursulla buru-buru mengusap air matanya. Lalu berdiri dan berbalik melihat dua wanita cantik berdiri tak jauh darinya.
"Ku dengar, beberapa hari ini ada perempuan tak tahu malu yang berusaha mendekati Yang Mulia. Apa itu dia?" Bisik-bisik sinis dua wanita itu.
Dua wanita itu mendekat. Menatap mengejek, "Apa kau ingin menarik perhatian Yang Mulia? Apa kau ingin dijadikan selirnya?"
"Tidak. Aku tidak berpikir seperti itu." Jawab Ursulla lantang.
Dua wanita itu mendecih, "Lalu apa? Bukankah kau sengaja mendekati Yang Mulia hanya untuk menggodanya bukan?"
"Sungguh bisa ditebak."
Ursulla kaget. Jadi pemikiran semua orang seperti itu?
"Tidak. Aku tidak berusaha menggoda Raja. Aku hanya ingin mendekatinya. Menggoda dan mendekati beda."
"Aku hanya berharap Raja Reijin mengenalku. Menunjukkan padanya bahwa aku bukan orang jahat, bukan orang yang akan mencelakai Yang Mulia atau membawa petaka seperti yang ibu suri tafsirkan." Jelas Ursulla dengan pandangan serius.
Sementara tak jauh dari sana, rupanya Raja Reijin melihat dan mendengar jelas apa yang Ursulla katakan kepada dua selirnya.
****