webnovel

Awal Dari Sebuah Ancaman

Dengan geram David memukul samsak tinju di depannya. Tepat pukul empat pagi, David berada di dalam sasana tempat ia biasa berlatih seni bela diri campuran--biasa disingkat dengan MMA--sendirian.

Beberapa kombinasi pukulan dan tendangan dilayangkan David kepada samsak tinju tak bersalah itu hingga serbuk yang terlihat seperti pasir berwarna kuning merembes keluar dari samsak itu.

David mengganti samsak tinju itu, melepaskannya dari pengait dan memasang yang baru.

Sudah empat samsak yang ia hancurkan. Kini ia akan menghajar samsak kelima habis-habisan.

Ia benar-benar tidak dapat menahan emosinya. Mereka baru menikah selama dua hari dan itu adalah bulan madu pertama, tapi sudah ada yang mengancam keselamatan istri tercintanya.

Membutuhkan waktu yang cukup lama bagi David untuk menenangkan Angeline hingga gadis itu bisa tertidur pulas di apartment sebelum ia tinggalkan.

Air mata David lolos dari pelupuk matanya tanpa ia sadari. Masih menghajar samsak tak bersalah di depannya secara membabi buta. Dalam pikirannya, ia takut tidak bisa memberikan kehidupan yang indah dan tenang yang pantas untuk Angeline. Jauh dari ancaman pembunuh yang bisa muncul kapan saja.

David pun melayangkan dua kali pukulan keras sebelum mendaratkan tendangan menyamping yang terlampau brutal yang membuat samsak kelima itu hancur.

David pun menghentikan amukannya karena kali ini pengait samsak juga ikut hancur, tidak sanggup menahan buah amarah seorang David.

David berdiri terdiam, memejamkan matanya sambil berusaha mengatur napasnya yang memburu dengan tempo tak karuan.

Ia masih berusaha mengingat siapa wanita yang memiliki tato bunga mawar berwarna hitam di punggung. Bahkan ada namanya di bawah tato mawar hitam itu.

Ia tidak pernah berhubungan dengan wanita manapun dalam hidupnya secara intim. ANgeline adalah wanita pertama, dan yang terakhir baginya.

David merinding mengingat segala hal yang berhubungan dengan wanita misterius itu. Dari pertama ia menerobos masuk apartment tanpa terdeteksi alarm keamanan dan menaburkan kelopak bunga mawar hitam di atas kasurnya, hingga mengirim orang dari daftar balas dendam David kepadanya.

Apakah wanita itu tahu tentang rencana balas dendam David kepada orang-orang yang telah mengkhianatinya ayah angkatnya, Hendrick Brasco?

Tidak.

David tidak pernah memberi tahu siapapun tentang rencana balas dendamnya pada siapapun.

Selama ini ia selalu bergerak sendiri seperti seekor serigala yang kesepian.

Semenjak insiden pengkhianatan itu David tidak pernah mempercayai semua orang. Bukannya dia menjadi sebentuk pertapa yang tidak percaya diri, tapi metodenya untuk mempercayai orang lain jadi berbeda seratus delapan puluh derajat dengan sebelumnya.

Awalnya David selalu mempercayai orang mentah-mentah. Namun kini David bukan lagi makhluk naif seperti itu. David akan mencari tahu segala sesuatu tentang seseorang itu hingga ke akar-akarnya sebelum mulai mempercayainya.

David hanya tidak bisa menerima dan mempercayai siapapun dengan begitu mudah, dan memungkinkan kepercayaannya dikhianati dengan mudahnya lagi.

Oke, David mulai frustasi. Rasanya ia ingin kembali menghajar beberapa samsak tinju tak berdosa lagi jika ponselnya tak berdering.

David berjalan ke pojok ruangan dimana ia menaruh ponselnya di atas bangku panjang.

Nama Angeline muncul di layar ponsel David. Tanpa pikir panjang David menggeser ikon berwarna hijau dan menempelkan layar ponselnya di telinga.

"Kau di mana?" tanya Angeline, suara seraknya menandakan gadis itu baru saja terbangun dari tidur lelapnya.

"Di sasana, ada sesuatu yang terjadi?"

"Tidak. Aku hanya tidak dapat menemukanmu di manapun."

David menghela napas lega. "Kembalilah tidur, sebentar lagi aku akan pulang."

"Aku akan menunggumu pulang saja." jawab Angeline sebelum gadis itu menguap dan kembali tertidur. David tersenyum, tadi gadis itu mengatakan bahwa ia akan menunggu David pulang, lalu sekarang ia sudah tidur.

David merasa beruntung memiliki istri yang menggemaskan seperti Angeline.

Walaupun umur gadis itu sudah menginjak usia sembilan belas tahun, namun kadang tingkahnya kelewat menggemaskan. Angeline adalah paket lengkap bagi David. Dia bisa menjadi seorang istri yang baik, seorang adik yang dapat dimanjakan, dan juga seorang sahabat yang bisa diajak berbagi cerita sehingga mengurangi beban pikiran David walau sedikit.

Di sisi lain seorang wanita duduk di sebuah sofa yang berada dalam ruangan di sebuah bangunan yang kelihatannya lumayan lama ditinggalkan.

Jari telunjuk dan jari tengahnya mengapit sebatang nikotin yang ia hisap dengan bibirnya, perlahan mengepulkan asap kenikmatan itu ke udara.

Seorang lelaki masuk melalui satu-satunya pintu yang berada di ruangan itu.

"Kau yang pertama datang, tuan Isaac Dominic."

Nama : Isaac Dominic

Gelar : Dahulu dikenal sebagai pemasok utama senjata untuk sindikat mafia Hendrick Brasco, orang yang mengajari David cara berpikir tenang di bawah tekanan, dan mengenalkan berbagai macam jenis senjata kepadanya. Sekarang ia menguasai perdagangan senjata ilegal untuk wilayah Pantai Barat.

Spesialis : Ahli strategi dan orang yang selalu bergerak di balik layar.

Status : Salah satu dari tiga orang yang berada di daftar teratas target balas dendam David Stockholm.

Isaac tidak membalas sanjungan dari wanita itu. Ia duduk di satu dari tiga kursi nyaman yang sudah disiapkan oleh si wanita yang masih menikmati batang candunya di ruangan itu.

Tidak lama, seseorang masuk dari pintu itu. Seseorang berbadan tegap dengan tinggi badan sekitar dua setengah meter yang memiliki raut wajah yang sangat mengintimidasi. Garis rahang yang tegas dengan luka sayatan benda tajam di pipinya membuat siapa saja tidak berani mencari perkara dengannya.

"Kau yang kedua, tuab Benedict Rivaro."

Nama : Benedict Rivaro

Gelar : Dahulu dikenal sebagai jendral perang sekaligus tangan kanan Hendrick Brasco. Orang yang selalu berdiri di garis depan dalam setiap pertempuran. Dia adalah orang yang mengajari David bertarung dengan tangan kosong. Saat ini dia sedang berkeliling ke seluruh pelosok negeri, mencari orang-orang kuat yang akan direkrut untuk menjadi bawahannya.

Spesialis : Pertarungan jarak dekat.

Status : Salah satu dari tiga orang yang berada di daftar teratas target balas dendam David Stockholm.

Pria itu juga tidak membalas ucapan dari si wanita itu dan memilih duduk di sebelah Isaac Dominic.

"Berarti tinggal satu orang lagi." ucap si wanita setelah menghembuskan asap nikotin itu melalui saluran pernapasannya.

Tidak butuh waktu lama hingga orang terakhir yang ditunggu pun tiba.

"Akhirnya kau datang juga, Si Misterius yang selalu bergerak sendirian. Tuan Steve Stiffler."

Nama : Steve Stiffler

Gelar : Dahulu dijuluki sebagai mata dari seorang Hendrick Brasco, kartu As dari semua pertempuran. Orang yang mengajari David cara memegang senjata. Kini ia dijuluki Malaikat Maut dari Dunia Bawah. Menguasai taktik geriliya, membuatnya menjadi orang yang paling sulit untuk dilacak.

Spesialis : Pertarungan jarak dekat, menengah dan jauh. Memiliki akurasi tembakan yang setara dengan David.

Status : Salah satu dari tiga orang yang berada di daftar teratas target balas dendam David Stockholm.

Kini ketiga orang yang menjadi incaran David itu duduk di depan seorang wanita yang baru saja mematikan batang nikotinnya ke dalam asbak berbentuk seperti tengkorak manusia.

"Baiklah, karena kalian semua sudah berkumpul, kita langsung ke intinya saja. Aku ingin kalian bergabung denganku."

Tidak akan ada yang menyangka bahwa seorang wanita berani berbicara seperti itu kepada ketiga mantan jendral besar sindikat mafia legendaris Hendrick Brasco. Namun ketiga orang dengan prestrasi menakutkan itu tidak berkata apa-apa untuk menolak ajakan si wanita.

Sikap diam mereka seakan mengiyakan ajakan tersebut, membuat si wanita itu tersenyum lebar.

"Kalian semua pasti sudah tahu siapa target utama dari rencana ini. Mantan kekasih tersayangku, orang yang memiliki dendam terbesar kepada kalian bertiga. Dan setelah ini--"

Wanita itu tersenyum miring sambil melontarkan tatapan tajam yang dapat membuat siapa saja yang melihat akan merasa ketakutan. Tak terkecuali bagi ketiga mantan jendral besar sindikat mafia legendaris Hendrick Brasco yang duduk di depannya.

"Kita akan mulai bersenang-senang."

Próximo capítulo