webnovel

Hantu

Editor: Wave Literature

Mereka masing-masing membawa sebuah senter. Lin Xiao memiliki kepala yang kecil, tubuhnya kurus, dan kulitnya berwarna putih. Sepanjang malam ia berjalan sambil gemetaran. Orang-orang menjulukinya si penakut.

Ziyang memiliki perawakan yang sedikit lebih besar daripada Lin Xiao. Dia juga memiliki mata yang bulat besar. Tentunya dia lebih berani jika dibandingkan dengan Linxio.

Kedatangan mereka mencariku malam-malam membuatku kaget.

Si gendut dengan wajah pucat datang menghampiriku. Dia melirik cepat ke arah rumah, memastikan tante Ji Li tidak ikut keluar denganku. Kemudian dia cepat-cepat menatapku, dengan suara berat dan pelan ia berkata, "Sixi, kami merasa akhir-akhir ini Sha Er seperti bukan Sha Er."

Ku kira si gendut ingin bicara apa, ternyata tentang Sha Er. Jika hal itu, tentu saja aku sudah tahu sejak awal kami pulang dari pemakaman.

Si gendut juga berkata, "Kami melihat gudang rumah Sha Er dipenuhi dengan mayat-mayat anjing."

Mendengar hal itu membuat aku tertegun, seluruh tubuhku menjadi kaku.

Aku juga tidak tahu apa sebenarnya hubungan anjing-anjing itu dengan Sha Er maupun alasan Sha Er membunuh anjing-anjing itu.

"Anjingku hilang, aku rasa ini juga ulah Sha Er. Aku ingin pergi menyelamatkannya."

"..."

Anjing si gendut memiliki warna coklat kemasan. Dulu anjing ini selalu melolong saat melihatku, sehingga aku tidak terlalu menyukai anjing ini.

"Kamu ikut dengan kami ya."

Aku kebingungan dan berkata:, "Anjingmu hilang, kemudian kamu ingin pergi menyelamatkannya. Lalu mengapa kalian mengajakku?"

Si gendut memaksaku, "Pokoknya kamu harus ikut!"

"Aku tidak mau."

Aku berbalik badan untuk kembali ke rumah, tapi si gendut menarik tanganku dan berkata, "Ini semua karena kita pergi pemakaman. Semenjak kembali dari sana Sha Er menjadi aneh. Bukankah kamu dapat melihat hantu? Jadi kamu harus ikut dengan kami. Jika tidak kami tidak akan tenang."

Aku sedikit merasa terganggu dengan perkataannya. Memang aku dapat melihat hantu tapi tidak bisa menangkapnya, jadi sebenarnya aku pergi atau tidak pun tidak akan membuat perbedaan. Tadi saat aku mencampuri urusan Sha Er, dia hampir saja membunuhku. Jika aku pergi lagi kali ini, bukankah itu berarti aku melakukan misi bunuh diri?!

Aku rasa akan lebih baik jika aku menghindari masalah.

Jika tante Ji Li mengetahui aku berurusan dengan hal seperti ini, aku yakin dia akan murka.

Aku melepaskan genggaman si gendut dan dengan wajah serius berkata, "Aku tidak mau ikut." 

"Ayo lah, bagaimana dengan nasib anjingku?"

"Itu terserah kamu, bukan urusanku."

Aku menyadari bahwa pintu halamanku tertutup dengan rapat yang berarti mereka bertiga memanjat tembok untuk masuk ke dalam halaman rumahku. Tembok halaman rumahku tidak tinggi tentu mereka dapat dengan mudah memanjatnya.

Aku dengan berterus terang menunjuk ke arah mereka bertiga dan berkata: "Jika kalian memanjat tembok rumahku lagi, aku tidak akan segan untuk pergi ke rumah kalian dan melaporkan kalian kepada orang tua kalian."

Setelah aku menyelesaikan kalimatku, si gendut, Lin Xiao, dan Ziyang mengelilingiku.

Sebelum aku dapat bertanya apa yang akan mereka lakukan, Lin Xiao membekap mulutku sedangkan si gendut dan Ziyang mengangkat tubuhku.

Aku meronta sekuat tenaga memberontak melepaskan diri tapi itu semua tidak berhasil. Mereka mengangkatku keluar melalui tembok halaman rumahku.

Mereka bertiga menggendongku dan berlari kecil menuju rumah Sha Er. Sesampainya di rumah Sha Er, mereka menurunkan aku. Aku sangat marah dan tidak berhenti memukul mereka bertiga.

Linx Xiao dan Ziyang kabur dan bersembunyi, aku berakhir dengan memukul si gendut seorang. Dia memegangi kepalanya dan meringkukkan badan, dengan suara pelan berkata, "Sixi berhentilah memukulku. Kami benar-benar sudah kehabisan akal."

"Kalian kehabisan akal? Lantas kalian pikir aku punya?!"

Sha Er, anak itu kerasukan hantu hingga dapat membunuh anjing, tentu saja hantu yang merasukinya bukan hantu yang baik. Aku tidak paham bagaimana cara mengusir hantu tersebut, aku tidak pernah menemui kasus seperti ini. Aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana, untuk saat ini aku hanya ingin menyelamatkan nyawaku.

Aku hanya menggunakan pakaian tidurku saat mereka menggendongku dengan paksa hingga sampai ke rumah Sha Er. Bahkan, sandal yang sebelumnya aku kenakan hilang terjatuh di tengah jalan. Sekarang aku tidak mengenakan alas kaki apapun saat berdiri hingga seluruh kakiku terasa sakit.

Semakin memikirkan hal itu, aku menjadi semakin marah. Baru saja aku berhenti memukuli si gendut tapi tanganku sudah tidak sabar untuk memukulinya lagi.

Si gendut menahanku dengan nada marah, "Hei hentikan. Belum puas kah kamu memukulku? Kita masih memiliki urusan yang lebih penting."

Aku melihatnya dengan mataku yang besar, "Urusan kalian tidak ada hubungannya denganku. Kalian urus saja sendiri, jangan libatkan aku."

Ketika aku berniat untuk pulang, si gendut kembali menahan tanganku.

"Apakah kamu tidak memiliki hati nurani? Sha Er menjadi seperti ini juga karena perbuatanmu?!"

Aku tidak tahu dari mana dia memiliki pikiran seperti itu. Jelas-jelas dia yang membawa Sha Er ke pemakaman itu, kenapa sekarang dia malah menyalahkan aku?

Aku menunjuk ke arahnya dengan nada marah, "Coba katakan sekali lagi, ini semua terjadi karena siapa?!"

Si gendut tertawa masam dan berkata, "Karena aku, puas?!"

"Bagus jika kamu menyadarinya."

Aku menatapnya dengan tatapan tajam. Saat aku berbalik untuk meninggalkan tempat itu, dia menarikku ke arah di pojokan yang gelap. Lin Xiao dan Ziyang juga dengan cepat bersembunyi.

Saat aku ingin bertanya apa yang si gendut lakukan, aku melihat pintu rumah Sha Er terbuka dan aku melihat sebuah bayangan berjalan keluar.

Malam ini bulan cukup besar, sinarnya yang berwarna putih cukup terang untuk melihat keadaan sekitar. Seluruh desa diselimuti oleh kabut.

Di bawah sinar bulan aku dapat melihat bentuk bayangan tersebut dengan jelas. Jika bukan Sha Er lalu siapa itu?

Dia menutup pintu dengan perlahan, kemudian membalikkan badan dan pergi menuju ke arah utara.

Rumah Sha Er memiliki halaman yang sangat luas. Gudangnya berada di sebelah utara, terletak secara terpisah di luar halaman rumahnya. 

Si gendut memberi kode kepada Lin Xiao dan Ziyang, kemudian mereka bertiga menarikku ke menuju ke rumah Sha Er.

Sudah jelas Sha Er sedang menuju ke gudang.

Apakah malam-malam begini dia pergi ke gudang untuk membunuh anjing lagi?

Tanpa kusadari tubuhku mulai gemetar dan jantungku berdegup dengan sangat kencang.

Aku awalnya ingin pergi meninggalkan mereka, tapi mereka bertiga menarikku. Aku bahkan tidak berani bersuara karena takut ketahuan oleh Sha Er.

Malam semakin larut dan suasana sangat sunyi. Jika Sha Er mengetahui keberadaan kami dan melakukan sesuatu kepada kami, tidak akan ada orang yang dapat menyelamatkan kami.

Aku mematikan senter karena takut ketahuan, tapi aku masih dapat melihat bayangan Sha Er dengan bantuan sinar bulan.

Walaupun tubuhnya tinggi, dulu dia selalu berjalan bungkuk. Tapi semenjak kerasukan hantu, dia dapat berdiri dengan tegap, berjalan dengan tenang dan pelan. Membuatku merasakan aura suram dan gelap.

Aku menepuk pundak si gendut dan berbisik, "Kamu tidak takut dengan Sha Er?"

Ketiga orang itu berhenti dan menatapku.

Aku bahkan belum memberitahu mereka bahwa Shan Er kerasukan hantu, tapi sepertinya mereka sudah menebak hal ini.

"Aku mau pulang." kata Lixiao tiba-tiba.

Diantara kami semua, Lin Xiao memang yang paling penakut. Tapi dia selalu mengikuti si gendut kemanapun dia pergi.

Setelah Lin Xiao mengatakan itu, Ziyang juga berkata, "Kita sebaiknya pulang saja."

Si gendut mengerutkan alisnya dan berkata dengan nada tegas, "Tidak bisa. Aku harus menyelamatkan anjingku."

"Bagaimana caramu menyelamatkannya?" tanyaku, tapi si gendut hanya terdiam.

Aku melihat dia sepertinya tidak memiliki rencana apapun, datang kemari tanpa rencana seperti mengantarkan nyawa kepada dewa kematian.

Aku menghela nafas, ingin rasanya menyarankan mereka pulang ke rumah masing-masing, tiba-tiba aku merasakan sesuatu sedang menjilat kakiku.

Aku menoleh dan ketika melihatnya, aku sangat kaget.

Aku tidak tahu sejak kapan di belakangku ada sekelompok anjing, Mereka semua adalah anjing desa. Kurang lebih ada 10 ekor.

Mereka menggoyang-goyangkan ekor mereka, terlihat seperti anjing jinak. Aku mengulurkan tanganku dan memegang mata kiriku, aku baru menyadari aku tidak mengenakan penutup mataku.

Semua anjing-anjing ini adalah… hantu!

Próximo capítulo