webnovel

Trapped in Secret Marriage

Autor: CitraGtw_
Urbano
Contínuo · 296.5K Modos de exibição
  • 6 Chs
    Conteúdo
  • Avaliações
  • N/A
    APOIO
Sinopse

Aku, Clarissa Aulia Fransiska, seorang artis papan atas yang jatuh karena skandal perselingkuhan. Di saat aku berusaha untuk bangkit, aku justru terjebak dalam pernikahan rahasia. Bagai keluar dari mulut singa lalu masuk lubang buaya. Sebelum aku bisa memulihkan kehidupanku, aku justru terlibat dalam kehidupan Adimas Raden Pratama, Direktur Utama perusahaan Moza. Seorang iblis berwajah malaikat. Dia selalu tersenyum pada siapapun. Tapi padaku, dia tidak sungkan menunjukkan wajah aslinya. Dia benar-benar berbeda dari Adimas yang pernah menjadi bagian dari masa laluku. Setelah menjalani kebersamaan dengannya dalam pernikahan rahasia ini, aku menemukan sesuatu, bahwa ingatannya tak pernah melepaskan masa lalu itu. "Hanya karena kita menikah, jangan harap kamu bisa bertingkah sebagai istriku. Pernikahan ini hanya jalanku untuk mengikatmu. Aku kan, enggak mau uangku yang banyak lepas gitu aja." -Adimas Raden Pratama- -oOo-

Tags
8 tags
Chapter 11. Terjebak

Kehidupan manusia bermula di titik nol. Dari seorang bayi yang tidak tahu apa-apa, lalu merangkak, dan terus berusaha sehingga membuatnya mampu berdiri sendiri.

Pencapaian hanya akan didapat jika orang-orang terus berusaha.

Tapi, apa itu pencapaian?

Apa itu akhir dari perjuangan?

Ya. Pencapaian adalah akhir dari sebuah perjuangan. Tapi, apa kehidupan juga akan berakhir sampai di sana?

Tidak. Karena kehidupan tidak hanya berisi satu perjuangan saja.

Setelah berhasil menggenggam sebuah pencapaian, perjuangan lain akan dibutuhkan. Sebuah perjuangan untuk bertahan. Sayangnya, Clarissa telah gagal dalam perjuangannya kali ini.

Kemarin, Clarissa menghubungi Rega untuk bertemu di satu tempat. Dan Rega memilih bar di hotel di mana Clarissa menginap, sebagai tempat pertemuan mereka. Kebetulan, hotel itu milik seorang teman Rega dan ia memang sering ke situ.

Aroma minuman beralkohol dari gelas Rega menggelitik hidung Clarissa. Rega pun mendorong gelas lain mendekati Clarissa dan memaksanya untuk meminum.

"Nanti saja," kata Clarissa yang belum haus.

Rega mengangguk. "Tumben kamu mau ketemu aku berdua saja?" tanya Rega. Entah kenapa, suaranya terdengar genit di telinga Clarissa. Suara yang sangat ingin Clarissa jauhi. Namun, tidak semudah itu. Karena ia mendapatkan tawaran untuk bermain film dan menjadi pasangan Rega.

"Aku akan menolak film yang ditawarkan kepada kita," ujar Clarissa.

Gelas ditangan Rega pun ia turunkan. Ia terkejut. "Kenapa? Apa ada yang kurang? Apa bayarannya kurang?" Rega terdengar sangat tidak bisa menerima keputusan itu.

Clarissa bergeleng. "Enggak, kok."

"Lalu kenapa?" Rega amat penasaran.

"Aku hanya merasa enggak cocok saja." Jawaban Clarissa terdengar begitu enteng.

"Enggak cocok sama apanya? Sama sutradara? Sama bayarannya? Atau kamu enggak cocok karena harus berpasangan denganku?" Rega menembakkan pertanyaan.

Kembali Clarissa bergeleng. "Enggak, kok. Aku enggak mikir sampai sana. Hanya saja, feeling-ku tiba-tiba bilang kalau aku enggak cocok buat main film ini. Film ini akan gagal di tanganku."

"Tapi, kan, itu cuma feeling. Kamu belum mikirin itu baik-baik, kan?" Rega merasa alasan Clarissa tidaklah masuk akal.

"Ayolah, Rissa. Feeling itu cuma perasaan biasa. Bisa saja salah. Banyak banget malah," imbuh Rega.

Sekali lagi Clarissa bergeleng. "Enggak mungkin. Aku sudah bermain di banyak film sepanjang dua belas tahun aku berkarier. Jadi, feeling-ku gak mungkin salah."

"Tolonglah, Rissa. Tolong pikirkanlah ulang keputusanmu ini. Aku berjanji film ini akan laku besar di pasaran," pinta Rega.

"Maaf, Rega. Ini sudah keputusan terakhirku." Clarissa bersikukuh.

Rega menggabungkan tangannya di depan dada. Ia memohon dengan wajah memelas. "Sekali ini saja. Aku sangat ingin bermain dalam satu film denganmu. Ini akan menjadi kebanggaan besar dalam hidupku."

Justru karena itulah aku menolak film itu. Karena aku enggak mau terus ketemu kamu, apalagi satu film sama kamu, batin Clarissa.

Semenjak pertama kali dipertemukan dengan Rega oleh sang sutradara, Clarissa sudah merasakan kejanggalan. Rega berlaku aneh. Pria itu seolah menggodanya dan beberapa kali melakukan pelecehan ringan kepadanya. Tindakan itu tidak seharusnya dilakukan oleh pria mana pun, apalagi pria beristri seperti Rega. Clarissa tetap diam demi menjaga nama baiknya dan Rega. Dan ia memutuskan untuk menjauh lebih awal sebelum ada paparazi atau wartawan yang mencium keanehan itu dan membuat berita buruk yang bisa menghancurkan nama baiknya.

Clarissa mengangkat senyumnya. "Peranku pasti akan digantikan dengan aktris lain yang lebih baik dariku. Karena skenario film ini sangat luar biasa."

Rega tidak bisa berkata-kata lagi.

"Sebagai permintaan maaf dariku, aku yang akan menraktir minuman ini," ujar Clarissa berusaha menghibur Rega. Kemudian mengangkat tangan kepada bartender dan menyerahkan sebuah kartu dari dompetnya.

"Kamu yang bayar tapi kamu enggak meminum sedikit pun," kata Rega.

Clarissa menjadi sungkan. Ia pun mengangkat gelas berdiri di depannya dan meminum isinya. Tenggorokannya terasa terbakar karena minuman berwarna putih itu. Di saat bersamaan, sang bartender pun mengembalikan kartu milik Clarissa. Clarissa pun menyimpannya kembali ke dalam dompet. Ia pun berdiri. "Aku balik ke kamar dulu. Kamu jangan sedih." Ia pun menepuk pelan pundak Rega, menyemangati.

Rega tetap diam dengan pandangan tajam menuju punggung Clarissa yang semakin menghilang. Sebenarnya ia tidak sedih. Karena kesedihan hanyalah milik orang yang lemah. Rega amat marah. Ia benci ditolak siapa pun. Diam saja dan pasrah adalah tindakan yang tidak mungkin dilakukan olehnya.

"Kamu pikir kamu bisa tersenyum dan tenang setelah mengecewakanku?" tanya Rega dengan gumaman.

"Enggak, Rissa. Karena aku yang akan membuatmu menyesali keputusanmu itu," gumam Rega lagi, menjawab pertanyaannya sendiri.

Rega pun mengambil ponsel yang ia letakkan di atas meja sebelumnya. Kemudian menghubungi salah seorang temannya.

"Aku butuh bantuanmu sekarang juga," katanya mengawali perbincangan yang mengalir selama beberapa saat.

"Permintaanku memang lancang. Jadi, jangan sampai ada yang tahu kalau aku meminta kunci kamar itu darimu," kata Rega untuk terakhir kali, sebelum memutuskan sambungan telepon itu.

-oOo-

Você também pode gostar

Pernikahan Sementara

Arsyilla Ayunda, gadis menawan yang baru berusia 17 tahun. Gadis itu baru merasakan yang namanya masa puber. Ya … dia telat merasakan puber karena sifatnya yang terlalu kekanakkan, tapi tidak manja. Lagi senang-senangnya mengenal cinta, Cia (panggilan akrabnya) harus menerima kenyataan pahit, almarhum kakeknya yang telah meninggal beberapa tahun silam meninggalkan wasiat yang membuatnya ingin hilang dari muka bumi. Wasiat gila itu berisikan tentang perjodohannya dengan seorang pria yang memiliki selisih usia sepuluh tahun darinya (udah pasti si pria yang lebih tua). Bahkan perjodohan itu sudah terjadi saat dirinya masih menjadi benih dalam kandungan sang ibu. Sialnya lagi ‘situa bangka’ (julukkan Cia untuk pria yang dijodohkan dengannya) itu adalah guru sekaligus kepala sekolahnya. "Saya, nggak mau nikah sama BAPAK!” "Kamu pikir Saya mau?" "Kalau gitu ngomong dong! Jangan diem aja kayak ban kehabisan angin." "Saya tidak mau membuang energi, tidak merubah apapun." * Mahardhika Addhipratma Sanjaya, pria berusia 27 tahun, memiliki wajah tampan dan tubuh sempurna. Pria berkepribadian dingin itu di paksa menikah dengan remaja labil, cucu dari sahabat kakeknya. Bisakah dia menjalani perjodohan ini? Mampukah dia bertahan demi tujuan tersembunyinya? Lalu bagaimana dengan Cia? Bisakah gadis itu melewati cobaan ini dengan waras? Gadis barbar itu menganggap kisah hidupnya seperti sinetron azab. Dimana dirinya terkena karma karena terlalu sering berganti pacar. 'Oh, Tuhan! Bisakah Engkau membuatku menjadi zigot lagi?’ jerit batin Cia. Nikmati kisah mereka yang akan membuat kalian tertawa, menangis, sedih dan juga bahagia. Pastinya baper parah ....

Ardhaharyani_9027 · Urbano
4.9
638 Chs