Abimanyu (27 tahun) seorang pria tampan hidup di dunia malam dan bekerja sebagai penjaga pasar. Abimanyu jatuh cinta pada seorang gadis sederhana yang ternyata seorang dokter. Kasih Afriyani (24 tahun), gadis cantik dengan penampilan sederhana. Kasih Bekerja keras mengumpulkan uang sebagai dokter untuk melunasi hutang kepada tunangan paksa, Gilang. Bertemu dan jatuh cinta dengan Kasih, hidup Abimanyu berubah total. Akankah cinta Abimanyu diterima Kasih? Sementara Kasih terjebak dalam jebakan tipu daya Gilang? Mampukah Kasih lepas dari cengkeraman Gilang yang sifatnya temperamental?
"BUG"
"BUG"
"BUG"
"Bedebahhhh!"
Abimanyu menghajar dua laki-laki yang hampir berbuat tidak senonoh pada Kasih yang sedang menangis terisak meringkuk di sudut depan rumah kosong.
"Bedebah bangun kalian!" teriak Abimanyu kembali melayangkan tinjunya.
"Ayo lawan aku!!! jangan seperti banci!" tantang Abimanyu lagi.
Dengan wajah yang penuh lebam dan tubuh yang hampir patah semua, kedua laki-laki yang berwajah sangar, mundur menjauh dari pukulan Abimanyu.
"Maafkan kami Bi, kami janji tidak akan melakukan di areamu lagi." ucap salah satu laki-laki yang berjambang dengan wajah penuh ketakutan.
Keduanya merangkak menjauh kemudian berlari dengan terbirit-birit tanpa melihat Abimanyu lagi. Abimanyu mengepalkan tangannya, dan menendang kaleng di depannya dengan sangat marah.
Di liriknya Kasih yang masih menangis terisak dengan tubuh meringkuk, kedua tangannya mendekap lututnya dengan erat.
"Hai bangunlah, sudah aman." ucap Abimanyu pada Kasih wanita yang baru di tolongnya.
Kasih mendongakkan wajah takutnya dan menatap kesekeliling tempat, sudah tidak ada lagi dua laki-laki yang tadi hampir melakukan yang tidak senonoh padanya.
Dengan perasaan yang masih takut, Kasih berdiri dan mendekap erat tas di dadanya. Dengan wajah menunduk Kasih menghampiri Abimanyu yang berdiri tidak jauh darinya.
"Trima kasih." ucap Kasih dengan suara gemetar, wajahnya masih tertunduk tanpa melihat Abimanyu.
Setelah mengucapkan trimakasih pada Abimanyu, Kasih segera berbalik dan berjalan dengan cepat menjauh dari tempat di mana Abimanyu masih berdiri.
"Isssshhhhhhhh, sialannnnn aku lupa menanyakan namanya...hemmm lumayan cantik." bibir Abimanyu terangkat membentuk sebuah senyuman kecil.
Dengan kedua tangannya Abimanyu menepuk nepuk celana dan kaosnya yang sedikit kotor karena perkelahian tadi.
Malam sudah mulai larut, jalanan sudah mulai nampak sepi, hanya beberapa mobil yang masih lalu lalang.
Nampak di kiri jalanan wanita-wanita waria berdiri di pinggir jalan dengan penampilan yang begitu menggoda.
Abimanyu melangkahkan kakinya menuju klub bintang terang di mana biasanya dia mangkal. Mata Abimanyu mencari-cari temannya yang bernama Steffi.
"Aaahh itu dia! sialan ngapain dia di sana." rutuk Abimanyu melihat Steffi sedang menggoda seorang bandot tua dengan menempelkan pantatnya di paha bandot itu. Dengan marah Abimanyu mengambil kaleng kosong di atas meja yang di sampingnya, dengan sekali lemparan kaleng tersebut melayang menimpuk kepala Steffi.
"Aaaaauuuhhhh." Steffi mengaduh kesakitan sambil tangannya mengelus kepalanya yang terkena kaleng.
Matanya nyalang dengan wajah penuh amarah Steffi mencari siapa yang telah berani melemparnya.
Wajah Steffi menjadi berseri-seri saat tahu yang melemparnya adalah Abimanyu.
Wajah yang awalnya memerah menahan marah kini menjadi malu-malu.
Abimanyu terpingkal-pingkal di tempatnya melihat sikap Steffi yang menurutnya sangat lucu. Steffi berlari kecil langsung memeluk tubuh Abimanyu yang tegap berdiri.
"Babang Abi...unyu-unyu...kemana aja dua hari ini? Fifi kangen sama Babang Abi." tangan Steffi mencubit pipi Abimanyu dengan gemas.
"Ayooo Bang...kita duduk di sana!" ajak Steffi dengan manjanya, tangannya melingkar mesra di pinggang Abimanyu.
Abimanyu membiarkan Steffi yang sedang memeluknya.
"Duduk Bang." Steffi bergelanjut manja.
"Oh ya Bang dua hari Babang Abi tidak kelihatan, sudah ada empat tante-tante yang mencari Babang. Malah ada yang sudah kasik cash Bang. Bagaimana Bang? kapan Babang bisanya temani tante itu?" tanya Steffi dengan mata manjanya.
Abimanyu tersenyum dengan wajah tenangnya.
"Katakan pada tante itu, besok malam suruh ke sini jam delapan malam." jawab Abimanyu dengan menyesap sedikiy wine yang di pesan Steffi untuknya.
"Bang...memang ke mana aja sih dua hari ini gak ke sini? sibuk dengan yang baru ya Bang?" tanya Steffi sedikit cemburu.
Abimanyu menjitak kepala Steffi, kemudian tertawa terkekeh.
Kembali Steffi mengaduh kesakitan,
"Aku ada urusan keluar kota, ada barang yang harus aku kirim dengan cepat." jawab Abimanyu singkat.
"Bang...aku dengar di area pasar tempat Babang mangkal ada yang nempati ya Bang?"
Abimanyu mengambil sebatang rokok yang di atas meja, di nyalahkannya dan di sesapnya dengan kuat.
"Kamu tenang aja...itu akan menjadi masalahku, aku ingatkan kamu jangan terlibat dengan masalahku yang di pasar. Aku tidak mau kamu akan menjadi sasaran balas dendam mereka." tatap Abimanyu tajam.
Hati Steffi berbunga mendengar ucapan Abimanyu sang dewanya.
"Trima kasih Bang...Babang selalu menjagaku dan hanya Babang yang bisa menerimaku apa adanya." mata Steffi berkaca-kaca. Yah.. Steffi adalah seorang waria. Hanya dengan Abimanyu Steffi merasa dirinya aman. Karena Abimanyu selalu menlindungi dan menjaganya. Bagi Steffi, Abimanyu adalah dewa penolongnya yang telah memungutnya dari pinggir jalanan.
Masih teringat dengan jelas waktu itu saat Steffi di aniaya oleh bandot tua. Dengan kasar Bandot tua dan anak buahnya menyeret Steffi ke tengah jalanan menjadi tontonan orang banyak. Dan dengan gagahnya Abimanyu yang sama sekali tidak mengenalnya berani menolongnya dengan menghajar Bandot tua beserta anak buahnya.
"Sudahhhh...jangan menangis...cantikmu akan hilang jika menangis, tuh...jadi terlihat kalau kamu laki-laki." ucap Abimanyu terkekeh.
Wajah Steffi menjadi memerah menahan malu dengan halus jari stefi menghapus airmatanya.
Steffi pun ikut tertawa manja mendengar ucapan Abimanyu yang selalu bisa menghiburnya.
"Aku berjanji Bang...akan aku serahkan hidupku untuk mengabdi padamu, walaupun nyawa taruhannya." dalam hati kecil Steffi berjanji sambil menatap Abimanyu yang asyik dengan isapan rokoknya.
"Bang Abi...ijinkan aku tinggal bersama Babang, aku ingin selalu menemani Babang." ucap Steffi dengan serius.
Abimanyu menatap wajah Steffi ,kemudian meniupkan kembali asap rokok terakhirnya. Dengan menghela nafas panjang Abimanyu menghadap ke arah Steffi.
"Kamu tetap tinggal di sini saja, kamu akan aman. Di sini banyak anak buahku yang bisa menjagamu, kalau kamu ikut denganku kamu akan tinggal di rumah kumuh, dan kamu pasti tidak akan bisa tidur nyenyak." jelas Abimanyu.
"Tidak apa-apa Bang...aku akan menemani Babang Abi kemanapun Babang pergi!" tekad Steffi tanpa ragu.
Abimanyu menatap dalam Steffi kemudian tertawa lepas. Di acaknya rambut kepala Steffi.
"Baik kamu boleh tinggal bersamaku, tapi dengan tiga syarat." jawab Abimanyu.
"Apa itu Bang?" tanya Steffi penasaran.
"Pertama kamu harus jauh-jauh dariku saat aku tidur, kamu tahu kan aku lelaki tulen dan normal jadi kamu jangan pernah menggodaku." ucap Abimanyu terkekeh, spontan Steffi mencubit gemas pinggang Abimanyu karena secara tidak langsung telah menyindirnya.
"Yang kedua...jangan pernah membawa teman kencanmu ke rumahku! ingat itu! dan yang ketiga...kamu jangan pernah keluar rumah tanpa ijin dariku. Aku harus tahu kemana kamu pergi! kamu tahu sendiri musuhku banyak sekali aku tidak mau kamu yang akan jadi sasaran nanti." lanjut Abimanyu
"Siap Bang, gampang kalau syarat hanya itu Bang. Mulai malam ini aja ya Bang, aku pindah?"
"Terserah kamu saja, bilang saja sama Jonny biar nanti bisa bantu kamu berkemas." kata Abimanyu meneguk wine nya yang terakhir.