webnovel

ERZA Junisar Part 2

(POV Erza)

Pagi ini, gue sedang berdiri di depan pintu Kelas 1-F. Ternyata, bukan gue doang murid barunya. Di sebelah gue, ada cewek cantik berambut panjang dan berwarna pirang. Gue udah kenalan sama cewek itu, namanya Yurina. Katanya, dia murid baru dari Russia. Tentu saja, dia juga punya kekuatan aneh, sama kayak gue.

"Erza, Yurina, silakan masuk," panggil Jui-sensei dari dalam kelas. Gue lumayan gugup, tapi sekaligus senang.

Dengan memakai seragam SMA Subarashii, gue membuka pintu dan mulai berjalan ke depan ruangan.

Gue memandang seisi ruangan. Gue merasa takjub sendiri. Mungkin inilah pemandangan yang selama ini gue idam-idamkan. Para siswa aneh itu memandang gue dengan tatapan penasaran, ya biasanya emang gitu kalo ada murid baru.

Yang paling mencuri perhatian gue adalah cewek yang duduk paling depan. Cewek itu berambut hitam pendek dengan mengenakan syal berwarna merah. Kayaknya dia baru aja potong rambut. Sialan, dia cantik banget. Senyumnya juga manis.

"Perkenalkan, namaku Erza Junisar. Aku murid pindahan dari Indonesia. Kekuatan anehku adalah bisa memperbaiki barang yang sudah rusak. Mohon bantuannya teman-teman seperjuangan!" Gue kenalan pake Bahasa Jepang.

Anak-anak tertegun mendengarnya. Bahasa Jepang gue fasih banget.

Setelah itu, giliran cewek di sebelah gue yang memperkenalkan diri. Dia kenalan pake Bahasa Russia. Anak-anak gak ada yang paham. Gue juga gak paham. Yang paham cuma Jui-sensei sama murid lelaki berambut abu terang.

Setelah perkenalan, kami berdua dipersilakan duduk. Kami berdua duduk di bangku paling belakang.

***

Tak butuh lama bagi gue biar bisa akrab sama temen sekelas. Murid-murid di sini baik-baik dan ramah-ramah. Bahkan si Rock yang mukanya garang kayak Yakuza, sifatnya amatlah ramah. Meski omongannya emang kayak orang ngajak berantem.

Anak-anak di Kelas 1-F menyambut gue dan Yurina dengan suka cita. Apalagi di kelas juga ada seorang Otaku, namanya Hashimoto. Dia suka nama gue. Katanya nama gue sama kayak karakter di anime Devil Tail. Gue sering ngobrol tentang anime sama si Hashimoto. Kapan-kapan gue mau ke Akihabara sama dia.

Gue juga sering nongkrong di café tiap hari Jum'at bareng si Lev dan Gen. Mereka berdua suka banget ngopi, sama kayak gue. Biasanya, kalo di café gitu yang kita obrolin gak jauh dari cewek, hobby sama obrolan gak jelas. Yang penting ngopi bareng.

Yang gue suka dari kelas ini, teman-temannya gampang banget akrab sama gue. Meski belum akrab semua, bisa dibilang gue udah temenan sama semua anak. Gue bisa bercanda dan mengobrol santai sama mereka. Termasuk dengan para murid cewek.

Cewek yang paling akrab sama gue mungkin Yurina. Soalnya, kita sama-sama murid baru. Selain Yurina mungkin Nana sama Emili. Mereka nyambung banget ngobrol sama gue.

***

Oke. Sekarang bagian lucunya.

Selama sebulan gue di sini, kekuatan aneh gue gak pernah aktif sama sekali. Soalnya, gue emang gak pernah nemu barang yang rusak.

Kekuatan aneh gue baru pertama kali aktif saat sedang berada di ruang multimedia.

"Anak-anak... nonton filmnya kita batalkan, yah. Soalnya, proyektornya rusak," kata Hinako-sensei.

Semua anak melihat ke arah gue.

"Oke oke. Aku paham. Serahkan saja padaku!" kata gue dengan semangat.

Gue pergi keluar sekolah dan mulai berlari. Gue cuma berlari sejauh 1km, kemudian balik lagi. Dengan begitu, sama aja gue berlari sejauh 2km. Bener, 'kan?

Gak butuh waktu lama buat gue lari 2km, gue cuma butuh waktu 5 menit aja. Soalnya, lari gue emang cepet.

Setelah selesai, gue masuk lagi ke ruang multimedia dan benerin 'tuh proyektor. Setelah gue pegang, proyektornya jalan lagi. Semua anak bersorak gembira.

Tak lama kemudian.

"Anak-anak... nonton filmnya kita batalkan, yah. Soalnya, remotnya rusak," kata Hinako-sensei.

Semua anak melihat ke arah gue.

"Iya, aku paham. Santai saja."

Gue lari lagi sejauh 2km. Kemudian balik lagi ke ruang multimedia. Setelah gue pegang, 'tuh remot jalan lagi. Semua anak bersorak gembira.

Tak lama kemudian.

"Anak-anak... nonton filmnya kita batalkan, yah. Soalnya, laptop ibu rusak," kata Hinako-sensei.

Semua anak melihat lagi ke arah gue.

"Oke-oke, aku masih kuat!"

Gue lari lagi sejauh 2km. Kemudian balik lagi ke ruang multimedia. Gue ngos-ngosan banget. Rasanya capek juga bolak balik lari sejauh 2km sebanyak tiga kali.

Dengan ekspresi kelelahan, gue pegang laptopnya Hinako-sensei. Tentu saja, setelah gue pegang, laptopnya langsung jalan lagi. Semua anak bersorak gembira.

Tak lama kemudian.

"Anak-anak... nonton filmnya kita batalkan, yah. Soalnya mati lampu," kata Hinako-sensei.

Gue tertunduk lesu saat itu.

Semua anak laki-laki bergegas mijitin gue secara bergantian, dan yang cewek beliin gue minuman dingin.

***

Meski sangat bermanfaat, di satu sisi kekuatan aneh ini bisa jadi boomerang buat gue. Kalo gue terlalu baik, gue bisa jadi babu satu anak sekolahan. Akhir-akhir ini, barang-barang temen sekelas banyak yang rusak. Tapi, gue gak nolongin semua. Gue cuma nolongin permintaan yang penting aja. Permintaan yang gak penting gak gue tolongin, biar mereka urus sendiri. Gue gak peduli. Dari sinilah, gue mulai belajar betapa pentingnya menolak sebuah permintaan.

Contoh permintaan yang gak penting itu, seperti ini:

"Erza, ban sepedaku bocor. Benerin dong!" ADA TAMBAL BAN!

"Erza, headsetku rusak. Benerin dong!" BELI BARU, MODAL DIKIT!

"Erza, pulpenku habis. Benerin dong!" HABIS GAK BISA DIBENERIN!

"Erza, aku lagi patah hati. Benerin dong!" GUE JUGA LAGI PATAH HATI!

Ya, begitulah.

Kalau permintaannya gak terlalu penting, gue selalu mengabaikan. Soalnya, gue harus lari dulu 2km buat ngaktifin kekuatan aneh gue. Males banget kan?

Anak-anak yang gue tolak gak pernah protes atau ngambek sama gue. Soalnya, mereka ngerti betapa lelahnya berlari sejauh 2km. Anehnya, kadang gue malah makin akrab sama orang yang permintaannya gue tolak.

Tapi, kalau permintaan mereka sangat penting pasti bakal gue tolong kok. Meskipun gue sedang males atau kelelahan, gue pasti tolong.

Contoh permintaan penting itu, seperti ini.

"Erza, bisa kau menolongku? Tali BH-ku putus. Bisa kau perbaiki?" Lemon berbisik sama gue.

Dia terlalu mendekatkan wajahnya ke gue. Gue tau, Lemon itu aslinya laki-laki. Tapi, tetep aja gue jadi merinding. Karena permintaan si Lemon sangat darurat, gue dengan senang hati nolongin si Lemon.

Gue berlari sejauh 2km, setelah itu gue megang BH-nya si Lemon. Entah kenapa, gue gak merasa nafsu sama sekali.

"Makasih bro. Rasanya gak nyaman kalo gak pake BH," ucap si Lemon dengan suara ceweknya.

Tak lama setelah itu, ada yang minta tolong lagi ke gue.

"Erza. Aku butuh bantuanmu! Sepatuku rusak. Aku gak bisa bermain bagus kalo gak pake sepatu ini. Pliss... pertandinganku 10 menit lagi." Kensel mendatangi gue dengan ngos-ngosan.

"Oke, santai saja. Tapi kamu harus memenangkan pertandingannya. Setuju?"

"Gampang!" kata Kensel dengan percaya diri.

Gue pun lari sejauh 2km dengan sangat cepat.

Setelah berlari, gue langsung nemuin si Kensel dan megang sepatunya. Sepatu itu sekarang sudah kembali bagus.

"Makasih, za! Aku berhutang budi padamu!" ucap si Kensel seraya bergegas pergi.

Gue pikir permintaan si Kensel itu yang terakhir. Ternyata tidak.

"Erza-hentai! Tolongin aku. Vas bunga di ruang klubku rusak. Aku gak sengaja menyenggolnya. Aku takut di marahin guru pembimbing-hentai," pinta Nana dengan wajah melas.

Sebenernya, ini bukanlah permintaan yang penting. Salahnya sendiri udah ceroboh. Gue gak perlu nolongin dia.

Tapi, khusus buat Nana, apapun itu permintaannya gue pasti tolongin. Gue gak tega melihat wajah Nana yang sedang minta tolong ke gue. Wajahnya sangat polos dan tanpa dosa. Meskipun dia manggil gue hentai.

Akhirnya, gue berlari dan nolongin si Nana.

"Makasih Erza-hentai! Nih ada permen buat kamu!" Nana ngasih gue satu butir permen. Dengan senang hati, gue nerima permen itu dari Nana.

Tak lama, permintaan lain datang lagi.

"Woy, Erza! Tolong aku, cepat!" Rock terlihat panik.

"Santai dikit, bro. Aku masih kelelahan. Emang minta tolong apa?" tanya gue dengan wajah bosan.

"Laptop yang aku pinjam darimu jatuh dari lantai 2," ucap si Rock dengan wajah tanpa dosa.

Gue kaget, tiba-tiba stamina gue terisi kembali. Gue langsung berlari dengan sangat cepat. Gue berlari sejauh 2km cuma dalam waktu 3 menit. Mungkin, ini rekor tercepat gue.

Setelah laptop gue bener, si Rock berterima kasih.

"Maaf ya bro, udah ngerusak laptopmu. Kalo ada yang mengganggumu, bilang saja padaku. Besok orang itu akan hilang!" kata si Rock dengan gaya ngomong Dilan.

Hari itu, gue bener-bener kelelahan. Gue cuma duduk aja di tangga sekolah sendirian. Gue diem di sana untuk beristirahat. Sekarang, siapapun yang minta tolong, gue bakalan nolak. Gue udah capek. Gue juga gak sempet beli minum. Ah sial, gue haus banget, pengin minum, tapi males beli.

"Erza! Tolongin aku!" Akemi menepuk pundak gue.

Astaga. Kenapa harus Akemi? Gue udah berjanji pada diri sendiri buat nolongin si Akemi. Soalnya, semua anak kelas pernah gue tolong. Cuman si Akemi doang yang belum.

"Oke. Minta tolong apa?" Gue membenarkan posisi duduk, dan pura-pura gak terlihat kelelahan.

"Minta tolong abisin minumanku. Aku tadi salah beli. Aku gak suka minuman yang rasa pisang." Akemi nyodorin botolnya dengan wajah datar.

Astaga. Ini kan minuman favorit gue banget. Kok bisa pas, ya?

Akhirnya, gue menerima minuman itu dari Akemi, dan segera meminumnya. Sungguh, rasanya sangat menyegarkan saat minum dalam kondisi kelelahan.

Bukannya gue yang nolongin Akemi, malah si Akemi yang nolongin gue. Ah, sialan.

"Akemi. Kamu kok gak pernah minta tolong sama aku? Apa barangmu gak ada yang rusak?" tanya gue penasaran.

Akemi yang sudah duduk di sebelah gue, tersenyum.

"Erza, tali BH-ku putus. Apa kau bisa menolongku?"

Gue yang lagi minum, langsung memuntahkannya karena kaget.

"Nggak. Aku cuma bercanda. Hahaha." Akemi tertawa. "Santai saja. Kalo butuh bantuan, aku pasti akan mendatangimu, kok." Akemi tersenyum. Ia kemudian pergi meninggalkanku.

Astaga. Akemi sangat menyeramkan.

Próximo capítulo