Viona menatap rumah milik profesor Frank memang jauh lebih kecil dari istana milik Fernando tapi ia merasa lebih aman berada disana, dengan masih digandeng oleh profesor Frank Viona menaiki tangga rumah itu lalu masuk ke dalam rumah. Profesor Frank hanya tinggal seorang diri di rumah itu, pekerja rumah tangganya hanya datang di pagi hari untuk membersihkan rumahnya dan membuat makanan untuknya lalu pulang di sore hari.
Profesor Frank mengajak Viona masuk ke dalam kamar yang ternyata adalah kamar utama dirumah itu yang berarti itu adalah kamar milik profesor Frank.
"Duduk disini biar aku bersihkan luka di keningmu" titah profesor Frank sambil meminta Viona duduk di ranjangnya.
Viona mengangguk pelan, ia meletakkan tas punggungnya di ranjang besar milik pria tampan itu. profesor Frank kemudian mengambil perlengkapan dokternya dikamar sebelah lalu kembali menghadap Viona yang sudah duduk manis sambil mengikat rambutnya ala kuncir kuda. Profesor Frank kemudian mulai memberikan anestesi pada sekitar kening yang terluka itu karena ia ingin merapikan bekas jahitan yang terlepas itu. Dengan menahan sakit Viona hanya diam saja ketika profesor itu bekerja menjahit kembali luka di keningnya.
"Kenapa kau bisa terluka seperti ini dokter? Luka ini akan berbekas kalau tidak ditangani secara tepat," ucap profesor Frank setelah selesai memasang kain kasa di luka Viona.
Bukannya menjawab pertanyaan mantan atasannya itu Viona justru menangis hingga membuat pria yang ada dihadapannya bingung, profesor Frank hanya memeluk Viona sebagai dukungan moral yang dapat ia berikan sambil menunggu Viona puas menangis .
"Kalau kau tak mau cerita aku tak memaksa dokter"ucap profesor Frank sambil melepas pelukannya pada Viona yang sudah terlihat lebih tenang itu.
"Buka bajuku," pinta Viona tiba-tiba hingga membuat kaget profesor yang ada dihadapannya itu.
"Do it!!" imbuh Viona sambil memejamkan matanya.
Darah profesor muda itu langsung berdesir mendengar permintaan wanita yang ia sukai itu, ia hanya tak menyangka kalau dokter yang terkenal tertutup itu bisa sevulgar ini. Profesor Frank kemudian membuka pakaiannya sendiri terlebih dahulu lalu membuka celana jeans yang ia kenakan lalu ia buang dilantai, dengan cepat ia berjalan ke arah Viona yang masih memejamkan matanya itu. Perlahan ia mencium pipi Viona yang masih tak bergeming itu namun terasa sangat dingin tapi profesor Frank tak menyadarinya, ia terlalu fokus mendengar kalimat yang terucap dari bibir Viona tadi untuk membuka pakaiannya.
Perlahan profesor Frank membuka resleting jaket yang Viona pakai dan ia tersenyum ketika melihat kemeja yang ada dibalik jaket itu, setelah berhasil membuka jaket itu profesor Frank dengan pelan membuka kancing baju Viona satu demi satu. Mendadak ia hentikan kegiatannya saat melihat bekas kissmark yang berhamburan di sekitar leher dan dada Viona, ia kaget saat melihat tanda merah keunguan yang masih baru itu. Saat ia akan mengkonfirmasi pada Viona ia baru menyadari bahwa Viona sudah menangis tanpa suara sejak tadi hingga membuat profesor Frank makin bingung.
"Aku belum menyentuhmu dokter, kau kenapa? Siapa yang melakukan ini padamu ??" tanya profesor Frank sedikit kecewa karena melihat Viona yang mempunyai tanda cinta buatan pria itu.
Alih-alih menjawab pertanyaan profesor muda itu, Viona justru bangkit dari duduknya lalu membuka tas miliknya dan mengerluarkan amplop yang berisi surat kontrak dari Fernando. Dengan ragu profesor Frank menerima amplop pemberian Viona dan membaca isi amplop itu.
"Fernando bajingan!! Jadi semua yang terjadi padamu adalah perbuatan hewan itu??" teriak profesor Frank marah setelah membaca dokumen dokumen itu. "Jawab dokter Angel,"hardik profesor Frank tak sabar.
"Dia ingin membuatku sebagai pemuas nafsunya, aku tak mau profesor tolong selamatkan aku ... hiksss hiksss ..aku tak mau hidup seperti itu huhuhu,"tangis Viona akhirnya pecah saat diberondong pertanyaan oleh profesor Frank.
Profesor Frank langsung memeluk Viona dengan erat, ia merasa bersalah karena sudah berfikir yang tidak-tidak sebelumnya. Dia benar-benar sudah sangat marah pada kakaknya saat ini, kalau saja Viona tak menahannya ia pasti sudah langsung pergi sejak tadi untuk membuat perhitungan dengan kakak kandungnya itu.
"Menikahlah denganku dokter Angel," pinta profesor Frank pada Viona yang sedang tertunduk lesu di kursi.
"Apa ?? " pekik Viona kaget mendengar perkataan dari profesor yang ia kagumi itu.
Bersambung