"Kok sepi," celetuk Reyhan.
"Bang Deren kuliah, lo mau minum apa? " Kelli menundukkan dirinya di sofa ruang tamu, diikuti Reyhan.
"Kalau lo maksa, ya gue pengen minum yang adem - adem," Reyhan nyengir, sedangkan Kelli memutar bola matanya. Perempuan itu beranjak dari duduknya.
"Eh, tapi..., " ucap Reyhan yang menggantung itu membuat Kelli mengurungkan niatnya untuk berjalan meninggalkan ruang tamu, ia kembali duduk. Kelli menaikkan salah satu alisnya.
"Gue nggak jadi minum, soalnya liat wajah lo aja udah adem," goda Reyhan seraya tertawa.
Kelli bergidik,"Lo sehat?"
Reyhan tertawa kencang. Tanpa sadar mengelus puncak kepala Kelli, perempuan itu mematung. Wajahnya memanas, jantungnya berdisko ria.
"Pulang sana," usir Kelli seraya mendorong Reyhan, laki - laki itu tidak berhenti tertawa apalagi ketika melihat pipi Kelli yang merona.
'Diusap aja udah salting, apa lagi kalo gue... eh gue mikir apa sih,' batin Reyhan dengan senyum tipis, kemudian menggeleng.
"Jangan kangen, nanti...." Belum sempat Reyhan melanjutkan, Kelli menatap laki - laki itu tajam.
"Bacot, udah sana pulang" umpat Kelli mengusir laki - laki itu, Reyhan pun meninggalkan rumah Kelli masih dengan senyuman di wajahnya.
***
"Maaf ya Nit, kemarin gue duluan. Si kampret ngambek," ucap Kelli seraya meletakkan tasnya dan mendudukkan tubuhnya di kursi sebelah Nita. Perempuan itu hanya mengangguk. Nita masih kesal dengan Kelli, ia tidak bisa kencan dengan Reyhan gara - gara Kelli.
Kelli yang melihat respon Nita, ia hanya mengangkat bahunya tidak peduli. Ini bukan salahnya, tapi salah Reyhan. Ia pun menggunakan earphone dan meletakkan kepalanya di atas lipatan tangan, setelah ini pelajaran yang ia benci. Matematika, pelajaran horror. Lebih baik ia tidur, semalam ia begadang menonton bola.
Belum ada sepuluh menit ia tidur, tapi Bu Yuni sudah mengusiknya dengan teriakan nyaring. Mau tidak mau, ia harus bangun. "Hoamm... kenapa, Bu? " tanya Kelli seraya mengerjapkan matanya.
"Kamu tanya kenapa?! Kamu niat sekolah nggak sih?!" tanya Bu Yuni berang, Kelli hanya nyengir tanpa dosa.
"Sekarang ibu kasih kamu soal, kamu kerjakan di depan. Kalau kamu nggak bisa, temui ibu di ruang guru," tegas Bu Yuni, Kelli beranjak dari duduknya dengan ogah - ogahan. Melihat soal matematika di hadapannya membuatnya mendadak ingin mual.
"Kenapa sih Bu harus nyari 'X', mantan itu nggak usah di cari lagi. Mending cari yang baru," celetuk Kelli mengundang gelak tawa anak satu kelas, kecuali wanita paruh baya itu.
"Berdiri di pojok kelas, nanti istirahat temui saya di ruang guru." Dengan wajah cemberut Kelli berjalan menuju pojok kelas, sedangkan Nita tersenyum sinis.
Jam pelajaran matematika habis, istirahat pun tiba. Kelli mengekori Bu Yuni ke ruang guru. Tidak salah lagi, ia pasti akan di sidang. Sepanjang koridor, seperti biasa Kelli menjadi pusat perhatian. Kelli mengedarkan pandangannya, hingga matanya bersitatap dengan manik mata gelap milik Reyhan. Ia memilih membuang muka. Mengingat kemarin, membuat pipinya bersemu.
Sesampai di ruang guru, sebagian guru disana menggeleng. Sudah sangat hafal dengan perilaku Kelli, tergolong murid baru tetapi catatan poin pelanggarannya sudah sangat memprihatinkan. Kelli mendudukkan dirinya di kursi yang berhadapan dengan Bu Yuni, wanita itu menatapnya tajam.
"Ibu capek dengan tingkah kamu. Kelli kamu sekarang sudah SMA, bukan SMP lagi," omel Bu Yuni dengan memijat pangkal hidungnya.
"Pijat aja Bu, kalau capek," balas Kelli enteng, wanita paruh baya itu mengusap wajahnya kasar.
"Ibu bakalan minta seseorang buat jadi tutor matematika kamu, tidak ada penolakan."
Tegas Bu Yuni, Kelli berdecak kesal.
"Bu, tapi...," ucap Kelli menggantung, karena suara seseorang yang menginterupsinya.
"Permisi,Bu." Kelli menoleh lalu terkejut. Laki - laki itu tersenyum.
"Ini tutor matematika baru kamu."
***
"Rey, dua minggu kedepan bakalan ada pertandingan basket antar sekolah," ucap Vion memberitahu, Reyhan mengalihkan pandangannya dari ponsel.
"Bilang ke anak - anak yang lain, ntar pulang sekolah kumpul di lapangan," perintah Reyhan, Vion dan Bian mengangguk. Ia mengalihkan pandangannya, tanpa sengaja matanya bersitatap dengan mata cokelat kayu milik Kelli. Perempuan itu terlebih dahulu memutus kontak mata, membuat Reyhan tersenyum tengil. Ia masih ingat pipi merona perempuan itu kemarin.
Bian dan Vion mengikuti arah pandang sahabatnya, Bian teringat sesuatu. "Gimana kencan lo kemarin? Sukses? "
Reyhan tersenyum lebar, "Gue ga ikut kemarin. "
Bian berhenti makan potato chips-nya. Ia menatap Reyhan seraya mengerutkan keningnya, begitu juga dengan Vion.
"Maksud gue, kemarin gue itu nggak jadi kencan sama Nita. Tapi kencan sama Kelli," papar Reyhan dengan senyuman yang tak lepas dari bibirnya.
"Kok lo keliatan senang banget? Lo beneran suka sama si barbar?" tuding Vion dengan seringaian di bibirnya, Reyhan mematung.
"G-gue nggak suka, gue seneng aja. Soalnya kesempatan gue buat bikin dia terpesona terbuka lebar," sanggah Reyhan, Vion menaikkan sebelah alisnya tidak percaya. Bian tertawa, sahabatnya itu tidak mungkin mengaku. Kita lihat saja sampai kapan sahabatnya itu menyangkal perasaannya sendiri.
***
"Gimana? Di sidang sama Bu Yuni? " tanya Nita begitu Kelli menelungkupkan kepalanya di atas meja.
"Ini lebih parah dari di sidang, gue sekarang punya tutor matematika. Dan gue wajib buat bimbel matematika pulang sekolah sama dia, Bu Yuni bakalan terus pantau gue," jelas Kelli, Nita manggut - manggut.
"Emang siapa yang bakal jadi tutor lo? " tanya Nita, Kelli menegakkan duduknya.
"Rian." Mendengar nama Rian di sebut, membuat Nita senang. Ini bisa menjadi peluang yang besar, agar sepupunya itu mendekati Kelli. Nita tersenyum.
"Kok lo keliatan seneng gitu? " tanya Kelli, membuat Nita gelagapan.
"Engga, bukannya gitu. Gue seneng kalau yang jadi tutor lo itu si Rian, soalnya dia kalau ngajarin matematika enak banget," jelas Nita dengan senyuman yang dipaksakan.
"Tapi tetap aja gue nggak bakalan bisa suka plus jago sama mata pelajaran horror itu Nit," gerutu Kelli seraya mengacak rambutnya.
"Soalnya lo udah terlanjur nggak suka atau benci, makannya lo nggak bisa jago." Kelli yang mendengar itu hanya mendengus.
Pelajaran selanjutnya, Kelli hanya menatap papan tulis tanpa minat. Ia bahkan sudah berkali - kali, matanya terasa berat. Bel pulang berbunyi, Kelli menegakkan duduknya terkejut.
"Kita lanjutkan minggu depan," ucap Pak Milan dan berlalu keluar kelas. Semua anak satu kelas bersorak, bel pulang sekolah memang surga dunia.
Kelli mencari ponselnya yang ada di loker meja, hingga tangannya menyentuh sesuatu yang pastinya bukan ponselnya. Ia mengambil benda itu, ia terkejut. Disana ada lolipop, permen favoritnya. Di lolipop itu ada secarik kertas note yang menempel di pita lolipop itu.
'Hi Kells'
Tubuh Kelli bergetar, ia tidak percaya. Dia berada disini, laki - laki itu ada disini. Kelli menggigit bibirnya, ia berusaha menahan isak tangisnya. Jantungnya berdetak sangat cepat, tidak seperti biasanya.