webnovel

Bertemu Kakek Misterius Lagi

Deretan meja dan kursi sudah tidak ada yang menempati kala Youngjoo kembali lagi ke kelasnya. Sudah satu jam berlalu sejak bel pulang berbunyi. Jadi pantas saja kalau keadaan kelas kosong. Pada salah satu meja kelas itu tergantung sebuah tas sekolah. Itu adalah milik Youngjoo.

Di ambang pintu Youngjoo sejenak memperhatikan meja-meja dan terhenti pada meja yang biasa ditempati Sojin. Youngjoo terdiam. Kejadian ini tidak pernah dibayangkan olehnya.

Terlihat Youngjoo melangkahkan kakinya lemah menuju mejanya. Setelah itu, ia mengambil tas yang tergantung pada sisi meja. Youngjoo belum pergi dari sana. Kelihatan memikirkan sesuatu, kemudian ada raut sedih pada wajahnya. Youngjoo menunduk dalam sembari satu tangannya memegang bagian atas kursi.

Beberapa lama Youngjoo seperti itu hingga ia menyadari kedatangan seseorang. Dalam posisi menunduk, kepala Youngjoo ditolehkan ke arah pintu. Melihat siapa yang berdiri di sana. Yuta. Sesudah mengetahui Youngjoo pun kembali mengembalikan posisi pandangannya. Menatap kosong ke bawah dengan kepala yang masih ditundukannya.

Yuta bergegas menghampiri. Diamatinya Youngjoo yang kelihatan lemah.

"Apa yang mereka katakan?"

Perkataan Yuta membawanya kembali ke beberapa waktu lalu, saat Youngjoo dipanggil keluar di tengah pelajaran. Ia mengikuti wakil kepala sekolah yang menuju ruangan kepala sekolah. Di sana sudah ada dua orang, sepertinya dari pihak kepolisian.

-

Youngjoo dipersilakan duduk di depan dua orang itu dan mereka memperkenalkan diri sebagai detektif. Pembicaraan pun dimulai.

"Kang Youngjoo. Kau sekelas dengan Han Sojin. Apa kalian dekat?" Salah satu dari mereka bertanya pada Youngjoo.

Setelah menggeleng, Youngjoo pun berkata, "Aku tidak dekat dengannya. Hanya sebatas teman kelas."

"Apakah kau pernah mengatakan sesuatu yang menyakiti hatinya atau kata-kata yang menindas atau mungkin juga mengancam?"

"Apa... maksudnya?" Youngjoo kurang mengerti. Ia heran atas pertanyaan itu.

"Kami menemukan surat yang ditulis Sojin sebelum ia bunuh diri," ucap salah satu polisi sembari menunjukan surat tersebut pada Youngjoo. "Isinya menyangkut namamu."

Youngjoo membuka dan membaca isi surat itu. Rangkaian kata yang ditulis Sojin itu menyebabkan Youngjoo tidak percaya.

"Alasan Sojin bunuh diri karena ada penindasan terhadapnya di sekolah ini dan itu dilakukan olehmu, Kang Youngjoo." Polisi menyimpulkan maksud surat Sojin.

Terlalu terkejut. Youngjoo tidak bisa berkata-kata walaupun mulutnya sudah dibuka. Youngjoo hanya dapat melihat pada isi surat tersebut.

-

"Youngjoo! Kau mendengarkanku?" Yuta berkata kembali karena Youngjoo tidak menanggapinya. Sepertinya Youngjoo sedang memikirkan sesuatu, kira Yuta.

Terdengar hembusan nafas berat dari Youngjoo. Dia mulai berbicara meskipun dengan volume lemah, tapi tertangkap oleh pendengaran Yuta. "Karena aku... Sojin bunuh diri..." Youngjoo memberi jeda. Terdengar nada bicaranya menjadi sedih. "Ada surat yang Sojin tulis. Dia mengungkapkan alasan bunuh dirinya... karena aku..."

Yuta melihat Youngjoo yang sekarang semakin menunduk. Tampak sangat sedih dan sepertinya Youngjoo mulai menangis.

Mulanya ragu, namun Yuta harus menenangkan Youngjoo. Langkah Yuta memperdekat jaraknya dengan Youngjoo. Tangannya meraih bahu Youngjoo, kemudian memberikan sebuah pelukan.

"Bukan salahmu, aku yakin," ungkap Yuta.

Sementara itu, Doyoung berdiri di dekat pintu kelas. Sejak tadi. Memperhatikan Yuta yang sedang memeluk Youngjoo dan cemburu karena perlakuan tersebut.

***

Matahari terbenam ketika Yunsoul mengikuti seorang kakek misterius. Keadaan mulai meredup dan lama kelamaan menjadi gelap. Langkah kakek itu memasuki pepohonan. Mau tak mau Yunsoul harus masuk ke sana juga. Dengan menggunakan penerangan dari ponsel, Yunsoul terus berjalan memasuki pepohonan, lebih dalam. Ia harus hati-hati melangkah sebab kalau tidak, Yunsoul akan terjatuh.

"Tunggu!"

Yunsoul menyeru pada kakek itu. Namun, ada yang terasa aneh karena Yunsoul tidak bisa mengimbangi kecepatan kakek tersebut. Yunsoul melihat kakek sangat cepat berjalan walaupun di tengah kegelapan seperti ini. Yunsoul sendiri lebih memperhatikan langkahnya dan itu menyebabkan ia tidak bisa buru-buru berjalan.

Saat kakek itu tiba-tiba lepas dari pandangannya, Yunsoul kecewa. Ia harus bertanya pada kakek tersebut. "Di mana? Kenapa tidak ada?" Yunsoul memutarkan badannya, melihat ke segala arah, sembari menyorotkan cahaya dari ponsel.

Tidak ada. Ini bukan pertama kalinya Yunsoul kehilangan kakek itu. Dugaannya selama ini mungkin benar, kakek tersebut bisa muncul dan menghilang tiba-tiba. Yunsoul tidak tahu harus bagaimana. Kakek itu mungkin bisa memberinya petunjuk, tahu keberadaan Crs-Light. Namun, kakek itu menghilang lagi. Yunsoul jadi sedikit frustasi.

Beberapa detik kemudian, Yunsoul menyadari hal tidak biasa terjadi di sekitarnya. Di mana angin cukup cepat datang, menerpa daun-daun di sekitar tempat Yunsoul berdiri. Lalu, tiba-tiba berhenti. Akan tetapi, daun-daun tersebut tidak kembali pada posisinya. Sepertinya waktu terjeda.

Yunsoul melebarkan matanya. Tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang.

"Seperti perkiraanku. Kau akan datang ke sini..."

Suara serak orang yang sudah lanjut usia tertangkap pendengaran Yunsoul. Ia buru-buru berbalik dan mendapati kakek itu berdiri tidak jauh darinya. Tampak misterius dalam pandangan Yunsoul.

"–atau kau memang harus ada di sini, Kim Yunsoul."

Yunsoul tidak mengerti. Ia memperhatikan kakek itu yang memakai pakaian tradisional. Yunsoul ingat kalau ia harus bertanya pada kakek itu. Ia pun mengeluarkan sebuah kertas kecil. "Apa Kakek yang memberi ini padaku?"

"Sudah menjadi bagian takdirmu."

Kata-kata yang kakek itu ucapkan tidak menjawab pertanyaannya menurut Yunsoul. "Apa maksudnya? Kenapa kakek memberikan kertas ini padaku? Apa di sini benda itu berada?"

Kakek itu mengeluarkan sesuatu dari baju lengannya. Sebuah kotak kayu berbentuk segi empat. Seolah tidak percaya, Yunsoul menyelidik pada kotak tersebut. Ternyata selama ini ada pada kakek misterius itu, pikir Yunsoul.

"Bukankah kau mencari ini?" ujar kakek itu. "Aku akan memberikannya padamu," imbuhnya.

Tangan kanan Yunsoul menerima kotak tersebut. Ia cukup senang. Kotak inilah yang Yunsoul yakini pernah dia lihat. Yang mana tersimpan Crs-Light di dalamnya.

"Apa boleh aku membukanya?" Yunsoul ingin memastikan.

"Tentu saja, tapi... kau hanya boleh membukanya satu kali."

"Apa?" Yunsoul tidak menyangka kalau kakek itu akan memberi aturan tersebut padanya. Untuk membuka kotak ini, Yunsoul hanya punya kesempatan satu kali.

"Kau hanya boleh membukanya satu kali." Kakek itu mengulangi lagi perkataannya.

"Baiklah. Aku akan membukanya," ujar Yunsoul yakin. Bagaimana pun ia harus memastikan kalau Crs-Light ada dalam kotak ini.

Yunsoul menatap lekat kotak tersebut. Tangan kirinya memegang bagian bawah kotak sementara tangan kananya perlahan meraih penutup kotak tersebut. Yunsoul menghembuskan nafas panjang terlebih dahulu.

Detak jantung Yunsoul terasa tiba-tiba menjadi lebih cepat.

***

Próximo capítulo