"Nanti saja Mom, sekarang bagaimana kalau Aska mulai tiup lilinya dan make a wishnya?" ucap Karin menatap Aska dan Amirah.
Aska dan Amirah mengangguk bersamaan, Aska pun meniup lilinnya di sertai ciuman yang di dapat dari Amirah dan Karin. Kemudian Aska menunduk dengan mata terpejam, berdoa dengan segala keinginannya.
"Karin, sekarang temani Aska ya? Mom akan balik lagi sudah di tunggu Daddy Aska malam ini." ucap Amirah, yang sering bolak balik Singapore - Indonesia, karena Daddy Aska masih warga negara Singapore.
"Ya Mom." sahut Karin, mencium punggung tangan Amirah.
"Aska, jaga kesehatanmu ya nak? Mungkin tiga hari lagi Mom baru ke sini lagi." Amirah mencium kening Aska agak lama, kemudian mengusap lembut pipi Aska.
Aska mengangguk kecil menatap kepergian Amirah yang telah menghilang dari balik pintu.
"Ka, duduklah...kamu pasti capek berdiri terus." ucap Karin, yang tahu penyakit Aska menyerangnya kembali. Sejak Aska menahan sakitnya di Taman Sanduri.
Aska duduk di samping Karin, menatap lembut mata Karin.
"Aku mau kue tartnya, ingin kamu suapin." suara serak Aska mulai manja. Karin tersenyum mencubit pelan hidung Aska.
Karin mengambil pisau yang ada di samping kue tart, di irisnya sedikit dan di taruhnya di atas piring kecil.
Dengan penuh perhatian, Karinpun menyuapi Aska sedikit demi sedikit. Karin tahu Aska sedang menahan sakitnya, tapi Karin tak ingin menunjukkan rasa kuatirnya, Karin tak akan sanggup jika Aska akan merasa lemah saat tahu dia mencemaskannya.
"Sudah Rin." Aska menahan tangan Karin yang akan menyuapinya lagi.
"Sekarang yang akan menyuapimu." Lanjut Aska mengambil alih piring yang ada di tangan Karin.
Aska pun tak kalah perhatiannya saat menyuapi Karin. Sesekali Askapun membersihkan sisa kue yang tertinggal di ujung bibir Karin.
Karinpun tertawa kecil saat dia menjahili Aska dengan mengoles cream tart pada hidung Aska. Aska merajuk agar Karin mau membersihkannya.
"Bersihkan sekarang Rin." pinta Aska gemas.
Karin menggelengkan kepalanya.
"Ka, tutup matamu." ucap Karin pelan, setelah ingat kalau dia belum memberikan kadonya pada Aska.
"Mau apa? apa kamu membersihkan hidungku dengan menciumku?" tanya Aska menatap nakal.
"Iiisssshhh kamu selalu begitu! ayo tutup matamu, jangan kamu membukanya sebelum aku bilang boleh ya? mengerti Ka?"
Aska mengangguk menurut apa kata Karin.
Setelah mata Aska terpejam, Karin mengambil kadonya yang di letakkan Amirah di bawah meja kue tart.
Tanpa suara Karin meletakkan kadonya di atas bantal yang di letakkan Aska di atas pahanya.
"Buka matamu sekarang Ka." ucap Karin menatap Aksa yang matanya masih terpejam.
Berlahan mata Aska terbuka, dan melihat kado kecil di atas bantalnya.
"Apa ini Rin?" tanya Aska mengambil kado pemberian Karin.
"Sesuatu yang berguna untukmu, buka saja." Aska menatap Karin sekilas, kemudian membuka kado yang terbungkus kertas berwarna biru muda.
Aska menatap Karin dengan binar matanya. kemudian mengecup kening Karin dengan hati yang bahagia.
"Trimakasih Rin, jam ini sangat bagus, aku suka. Bisa aku pakai sekarang kan?"
Karin mengangguk kecil, seraya mengambil jam tangan itu dari Aska dan di pasangkannya pada pergelangan tangan kanan Aska.
"Sangat bagus Ka, sangat cocok di kulit putihmu." puji Karin mengacungkan jempolnya.
"Ya...Trimakasih sekali lagi ya sayang." tatap Aska dengan sangat terharu atas perhatian Karin.
"Sekarang sesuai janjiku, aku akan menjelaskan apa yang ingin kamu tanyakan? bertanyalah?"
Aska menatap Karin yang menatapnya dengan sorot mata yang tersimpan banyak kesabaran.
"Aku tidak akan bertanya apapun lagi Rin, aku percaya padamu. Tapi jika menurutmu aku perlu tahu, kamu bisa menceritakannya padaku." jawab Aska merasa bersalah yang awalnya tidak mempercayai Karin.
Karin pun tersenyum lega, namun dia juga tahu, dia harus menceritakan semua pada Aska, Karin tidak ingin menjadikan suatu beban pada pikiran Aska.
"Aku senang kamu percaya padaku Ka, karena hanya dengan kepercayaan, suatu hubungan itu akan menjadi langgeng, namun suatu hubungan juga membutuhkan keterbukaan agar tidak ada kebohongan-kebohongan kecil yang kita sembunyikan, yang bisa menjadi api dalam suatu hubungan, untuk itu aku akan menceritakan semuanya padamu." jelas Karin pada Aska.
Aska mengangguk, kemudian Aska merebahkan dirinya di atas pangkuan Karin. Kepalanya sedikit pusing dan berkunang-kunang.
"Kamu merasakan sakit lagi Ka?" tanya Karin memastikan pada Aska.
Aska menggeleng lemah masih dengan tersenyum.
"Tidak sayang, sekarang ceritakan semuanya biar aku tahu." jawab Aska menyembunyikan rasa sakit yang di tahannya sedari tadi.
Karin menghela nafas dalam-dalam, Aska menyembunyikan rasa sakitnya dan itu semakin membuat Karin semakin kuatir dan cemas.
"Aku minta maaf sayang, saat kamu bertanya aku akan kemana, aku harus berbohong padamu, sebenarnya aku dapat tugas dari Mommy untuk mengambil kue tart ulang tahunnmu di Toko Bakery Olivia, saat aku ke sana aku bertemu Edo yang ternyata pemilik toko bakery itu. Karena aku memburu waktu untuk membelikan kamu kado, Edo mengantar ku agar aku tidak terlambat. Kemudian ya terjadi seperti tadi, kamu ada di sana tiba-tiba." jelas Karin tanpa ada yang di sembunyikan lagi.
"Aska aku mau tanya, kamu tahu dari mana, aku ada di sana?" tanya Karin yang penasaran juga.
Aska tersenyum tipis, sambil memicingkan matanya menatap Karin.
"Dari ponselmu sayang, aku menset ponselmu, jadi aku tahu keberadaanmu."
"Hmm kamu ya, sudah mulai nakal." gemas Karin mencubit hidung Aska.
Aska tertawa terkekeh, sambil menahan dadanya yang sakit kembali.
Berlahan Aska memiringkan tubuhnya, menyusupkan kepalanya di dalam perut Karin, dengan tangan melingkar di pinggang Karin.
"Biarkan aku tidur sebentar di pangkuanmu Rin." lirih suara Aska semakin mempererat pelukannya.
Karin terkesiap dengan sikap Aska yang tidur di atas pangkuannya dengan memeluk pinggangnya sangat erat. Tidak biasanya Aska seperti. Karinpun diam tak bergeming, selain membelai rambut kepala Aska yang begitu lembut.
Mata Aska terpejam, menahan rasa sakit yang tidak bisa di tahannya lagi, nafasnya semakin memburu terasa sesak.
Tubuh Aska mulai bergerak tak bisa menahan rasa sakit yang menjalar keseluruh tubuhnya, pelukannya semakin erat, hingga Karin sedikit merasakan sakit karena terlalu kencangnya pelukan Aska.
"Minum obat ya Ka?" desak Karin agar meminum obat anti nyerinya.
Aska menggelengkan kepalanya.
"Kamu harus meminumnya sayang, kamu sudah mulai kesakitan." ucap Karin yang hatinya mulai melemah.
Karin mengangkat kepala Aska pelan, dan menaruh beberapa bantal di bawahnya. Karin bergeser dan bangun dari duduknya.
Dengan cepat Karin mengambil obat di laci Aska dengan segelas air.
"Ayo Ka, kamu harus meminumnya sayang, kamu tidak akan bisa tahan jika tidak minum obat." desak Karin lagi dengan mengangkat kepala Aska sedikit agar bisa meminum obatnya tanpa tersedak.
Setelah meminum obatnya, Aska pun kembali tidur meringkuk dengan menahan rasa sakitnya. Wajah Aska mulai terlihat pucat, Karin mengusap dagu dan leher Aska yang sedikit basah terkena air.
"Ka, kita ke rumah sakit ya." tawar Karin, yang sudah tidak bisa tahan lagi melihat kesakitan Aska.
Karin tahu Aska masih menahan rasa sakitnya hingga tak ada suara teriakan seperti biasanya.
"Tidak Rin, aku ingin di rumah saja." lirih suara Aska.
"Ka, kita harus ke rumah sakit untuk cek up kesehatanmu...kamu tahu dokter Irwan sudah mendapatkan tulang sumsum yang cocok untukmu." jelas Karin yang awalnya ingin memberi kejutan pada Aska setelah melihat hasil cek up Aska terakhir nanti.
Aska memiringkan wajahnya menatap Karin tak percaya.
"Benarkah Rin?"
Karin mengangguk cepat.
"Kita harus ke rumah sakit untuk cek kesehatanmu lagi, jika semua sehat kamu bisa segera operasi tulang sumsum." jelas Karin lagi.
"Tapi ini sudah malam Rin, dan lagi pak damar masih mengantar Mommy." ucap Aska dengan kekuatan yang tiba-tiba dia dapatkan.
Karin bisa melihatnya, Aska mulai bersemangat dan sedikit melupakan rasa sakitnya. Apakah ini yang namanya sugesti?
"Apa kamu sudah tidak merasakan sakit lagi Ka?" tanya Karin.
"Masih sakit Rin, tapi aku bisa menahannya, apalagi sekarang aku sudah mendapatkan tulang sumsum, aku bersyukur Rin harapanku terwujud." ucap Aska dengan setitik air mata di sudut matanya.
Karin yang mengetahui itu, mengusap lembut airmata bahagia itu.
"Sekarang tidur ya, besok pagi kita ke rumah sakit." balas Karin sambil menyelimuti tubuh Aska.
Karin menatap Aska yang mulai tertidur dengan tenang, mata Karin mulai meneteskan airmata kesedihannya.
"Semoga harapanmu benar-benar terwujud Ka, dan aku berharap semoga ada keajaiban nantinya, agar kamu bisa sembuh kembali." ucap Karin dalam hati, seraya mengecup kening Aska dengan penuh perasaan.
Happy reading kk
selamat pagi
Met aktifitas,.
Harapan Aska semoga terwujud kendati Karin tahu hasil cek up yg dari dokter irwan tidak memungkinkan Aska akan bisa operasi jika organ tubuhnya ada yang tidak sehat.
Namun keajaiban bisa saja terjadi,.
Tunggu di chapter selanjutnya y kk
"BILA AJAL TIBA (1)"
jangan bersedih dulu ya kk
ttp percaya dengan Aska kalau aska bakalan panjang umur,.
orang sakit belum tentu akan mati
orang sehat belum tentu akan panjang umur
hehehe
luv u all kk