webnovel

KU INGIN BERTAHAN

Dalam keadaan setengah sadar, Aska di angkat pak damar di sofa panjang, Karin yang cemas mengusap punggung tangan Aska yang dingin secara berulang-ulang.

"Pak Damar bisa ambil kan saya minyak kayu putih dan obat Aska di tas saya pak? tubuh Aska sepertinya menggigil, mungkin karena Aska demam sangat tinggi." ucap Karin dengan cemas.

"Karin." suara Aska meracau memanggil nama Karin.

"Aska, kita ke rumah sakit ya? kamu demam tinggi sayang." ajak Karin pada Aska yang setengah tersadar.

"Jangan lagi ke rumah sakit Rin...biar aku di rumah saja." Ucap Aska lemah, matanya masih terpejam, dengan wajah dan bibir yang sangat pucat.

"Jika tidak ke rumah sakit, nanti akan lebih parah Aska." lirih suara Karin, ingin sekali berteriak mengeluarkan rasa sesak yang ada di dalam dada.

"Aku hanya sedikit demam Rin, aku tidak apa-apa, bisakah membantuku ke kamar, aku ingin istirahat sebentar." ucap Aska mencoba untuk berdiri agar Karin tidak terlalu kuatir padanya.

Dengan dipapah Karin, Aska berjalan menuju kamarnya dengan menahan dadanya yang terasa sakit.

Sampai di kamar, Karin membantu Aska berbaring, dengan telaten Karin menggosokkan minyak kayu putih yang di terimanya dari pak damar ke leher, perut, dan telapak kaki Aska, kemudian Karin mengambil selimut dalam lemari dan menyelimuti tubuh Aska agar merasa hangat.

"Sebelum istirahat, minum dulu obatnya Ka." ucap Karin sambil memberikan obat nyeri dan demam pada Aska.

"Sekarang tidurlah Ka." ucap Karin lagi, setelah Aska meminum obatnya.

"Aku tidak bisa tidur. Karin, besok pagi bisakah kamu antar aku ke rumah Sonya? aku harus menyelesaikan masalah ini, sebelum Sonya melangkah lebih jauh." ucap Aska tiba-tiba. Aska sama sekali tidak ingin diam atau membiarkan begitu saja dengan masalahnya yang belum selesai juga.

"Ssstttt...tidurlah, jangan pikirkan itu sekarang, kamu harus istrihat." ucap Karin.

"Bagaimana aku bisa tidur Rin, jika pikiranku tak bisa lepas dari masalah yang menggangguku ini." keluh Aska sambil menatap Karin yang merapikan selimutnya.

"Dengarkan aku Ka, pejamkan matamu sekarang. Aku di sini menemanimu, lupakan soal Sonya. Aku janji besok pagi akan mengantarmu kesana." sahut Karin mencoba memberikan ketenangan pada Aska.

Mata Aska terpejam namun gerakan wajahnya terlihat gelisah, selimut yang tebal sepertinya tak bisa menghalau rasa dinginnya.

Tubuhnya terlihat gemetar, wajah Aska yang pucat terlihat menahan sakit yang sangat. Dengan tubuh yang meringkuk, Aska menahan rasa yang sakit secara bersamaan terasa di dadanya dan di perutnya, serta semua persendiannya serasa melemah.

Aska meringis menahannya, tak ingin kesakitannya membuat Karin cemas seperti hari-hari sebelumnya. Tangan Aska meremas ujung guling yang di peluknya, airmatapun menetes di ujung mata Aska karena tak tahan dengan rasa sakitnya.

Karin yang melihat punggung Aska bergetar, merasakan ada sesuatu yang tak biasanya pada diri Aska.

Karin yang awalnya duduk di kursi di samping ranjang, beralih duduknya di pinggir ranjang Aska. Tangan Karin meraih kening Aska, di mana tubuh Aska yang meringkuk memunggunginya. Sangat dingin sekali.

Karin mencoba membalikkan tubuh Aska agar bisa menghadap ke dirinya, Wajah Aska sangat pucat, bibirnya bawahnya bergetar, nampak airmata mengalir di ujung mata Aska. "Apa yang terjadi padamu sekarang Aska." jerit hati Karin, saat tubuh Aska sudah menghadap ke arahnya.

Di singkirkannya selimut yang menutup tubuh Aska, terlihat jelas tubuh Aska yang menggigil dengan kedua tangan yang mencengkaram kuat di dadanya. Segera Karin naik ke atas tempat tidur, seperti biasanya Karin akan selalu memeluk tubuh Aska di saat demamnya kambuh.

Namun kali ini Karin merasakan sesuatu yang beda, di mana jika rasa sakit menyerang Aska selalu merintih dan berteriak kesakitan, tapi saat ini Aska sama sekali tak mengeluarkan suaranya selain tubuhnya yang gemetar, serta tangan yang mencengkeram saat erat.

Karin mengangkat punggung dan kepala Aska, ke dalam pangkuannya, kemudian memeluknya dengan erat.

Aska merespek apa yang di lakukan Karin padanya. Tanpa bersuara kepala Aska menyusup ke dalam dada Karin, serta tangannya memeluk pinggang Karin erat.

Karin mengusap lembut punggung Aska. Karin sudah tak tahan melihat penderitaan yang di alami Aska. Dia sudah berusaha semampunya untuk mendapatkan donor tulang sumsum, di saat sudah mendapatkannya organ tubuh Aska yang lain menjadi masalah besar.

Airmata Karin pun mengalir tanpa ada suara. Setetes jatuh ke dalam wajah Aska, Aska merasakan sesuatu yang mengenai wajahnya, terasa hangat terkena kulitnya yang dingin. Aska berlahan membuka matanya, menatap wajah Karin yang tepat di atas wajahnya.

"Kamu menangis lagi? apa aku membuatmu cemas lagi?" suara Aska serak terdengar.

Karin menghapus airmatanya dengan cepat, menggelengkan kepalanya seraya tersenyum sedih.

"Aku tidak menangis, dan aku juga tidak cemas. Melihatmu yang sangat kuat, kenapa aku harus menangis." cicit Karin dengan suara yang menahan tangis.

"Aku bisa kuat, dan bisa bertahan sampai saat ini karena ada kamu di sampingku Rin, Aku ingin sembuh agar bisa menikahimu." lirih suara Aska dengan senyum lemah di sela sudut bibirnya.

"Kita bisa menikah, tanpa harus menunggumu sembuh." balas Karin dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Bagaimana bisa aku menikahimu jika aku masih sakit, aku tidak akan bisa menikmati malam pertama kita nanti, mubazir kalau hanya melihat tubuhmu saja." ucap Aska sedikit menggoda Karin agar tidak larut dalam rasa sedih dan cemasnya.

Rasa sakit yang di rasakan Aska sedikit tak terasa saat Karin memeluk dan mengusap punggungnya dengan lembut.

Rasa dingin yang menyerangnya berangsur hangat saat Karin mendekapnya semakin erat. "Aku berjanji padamu Karin, aku tidak akan membuat cemas atau bersedih lagi, aku akan bertahan demi dirimu." janji Aska dalam hati. Karin yang mendengar kata-kata mesum Aska, hanya bisa tersenyum tanpa marah sedikitpun.

"Kamu harus cepat sembuh kalau begitu! jangan lama-lama! keburu aku di ambil orang nanti." gurau Karin.

"Siapa yang berani ambil? Emmm aku tahu? pasti Edo yang kamu maksudkan?" tanya Aska merubah ekspresinya.

"Lah! tentu saja bukanlah Aska! aku kan tadi berumpama dan juga kenapa larinya harus ke Edo? kan Edo tidak di sini." Karin mulai sedikit panik dengan sikap Aska yang terlihat ngambek.

Aska tersenyum melihat kepanikan Karin.

"Karin, aku hanya bercanda barusan." terang Aska.

"Rin aku sudah mengantuk...kamu tidur di sini ya? temani aku." lanjut Aska sambil menatap wajah Karin yang nampak terlihat lelah.

"Emmm baiklah, tapi aku tidur di sofa ya?" ucap Karin seraya mengangkat Aska sedikit lepas dari pangkuannya.

"Tidurlah sekarang ya...aku mencintaimu." ucap Karin sambil mengecup kening Aska.

"Aku juga mencintaimu." balas Aska, mulai memejamkan matanya.

Próximo capítulo