webnovel

KISI HATI

Keras kepala Aska sudah lumer hanya karena sebuah sebuah selimut dan semangkuk bubur. Perhatian Karin yang sekecil itu telah membuat Aska seolah menjadi orang yang paling bahagia sedunia.

Masih dalam pelukan Karin, Aska menurut saat Karin membawanya masuk ke dalam kamar. Rasa dingin kulitnya sudah terasa hangat saat Karin membaringkannya di ranjang dan menyelimutinya dengan selimut tebal.

Aska menurut bak singa yang sudah terkena tongkat pawangnya.

"Makan buburnya ya, nanti keburu dingin Perutmu sudah sangat lapar kan?" kata Karin perhatian sambil mengaduk bubur di tangannya.

Aska diam hanya memperhatikan Karin tanpa mata berkedip. Hatinya bertabur bunga, Aska tak mampu untuk berkata untuk melukiskan betapa bahagianya hatinya.

Aska membuka mulutnya saat Karin mulai menyuapinya. Aroma dan rasa bubur yang sama sekali Aska tidak suka, kali ini terasa nikmat di mulutnya, mungkin efek dari rasa cintanya pada wanita yang menyuapinya, jadi apapun yang di makannya terasa enak dan nikmat.

Semangkuk buburpun tandas beralih ke dalam perut Aska. Karin tersenyum puas. Aska sudah menghabiskan buburnya tanpa mengeluh dan bantahan.

"Sekarang minum obatnya, setelah itu kamu harus tidur." Kata Karin, dan itupun tanpa bantahan dari Aska.

Kali ini Aska menuruti semua perkataan Karin. Karin jadi sedikit kehilangan sikap Aska yang keras kepala dan manja.

Dengan penuh perhatian Karin memberikan obat pada Aska dan segelas air putih. Sedikit terbatuk Aska saat meminum obatnya hingga ada tumpahan air di dadanya dan sedikit air yang membasahi dagunya.

Karin mengambil tisu dan menghapus air yang di dagu Aska, dan di dada Aska.

Jantung Aska berdegup pelan, degup jantung ini membuat nafasnya terasa sesak, rasa sesak yang membuatnya ingin jatuh dalam pelukan Karin. Meluapkan rasa cintanya, rasa rindunya pada Karin.

"Sekarang tidur ya." Karin menatap mata Aska yang seperti anak dua tahun yang takut di tinggal sendirian oleh ibunya.

"Karin!" panggil Aska, menahan tangan Karin yang akan melangkahkan kakinya.

Karin diam tak bergerak, dan menoleh balik menghadap Aska.

"Ada apa?" tanya Karin

"Aku akan segera tidur, tapi kamu harus berjanji akan menemaniku ke pantai besok." Kata Aska mulai dengan sikap manjanya. Karin tersenyum, baru saja dua jam yang lalu dia kehilangan keras kepala dan manjanya Aska. Sekarang sudah balik lagi.

Karin mengangguk.

"Sekarang tidurlah, besok pagi kita ke pantai." Karin mengiyakan permintaan Aska, dan melangkah ke arah pintu kamar. Cukup sudah dia kuatir akan sikap Aska yang nekat dan bermain-main dengan kesehatannya.

Mata Aska berbinar terang saat Karin mengiyahkan permintaannya.

"Karin." panggil Aska lagi.

"Ada apa lagi?" tanya Karin berhenti di pintu kamar, kali ini dia harus bersabar menghadapi sikap Aska yang manja.

"Bisa peluk aku? hanya sebentar saja."

tatap Aska dengan mata pupy eyesnya.

Kali ini Karin menahan nafas dengan berat, di cobanya untuk semakin bersabar.

"Aku harus bisa bersabar, aaaarrrrgggghhhh." jerit hati Karin.

Karin kembali mendekati Aska. Dengan menampakkan senyum di bibirnya. Karin membungkukkan badannya sedikit, dan menarik Aska dalam pelukannya.

Aska membalas pelukan Karin dengan sangat erat. Aska benar-benar ingin mengingat pelukan Karin kali ini. Di tenggelamkannya kepalanya di dada Karin. Aska ingin berdiam terus dalam dekapan Karin selamanya, tidak terpisah sedikitpun.

"Aska." panggil Karin, menyadarkan Aska yang memeluknya erat hingga Karin kesulitan dalam bernafas.

"Sudah belum?" tanya Karin karena sudah sangat lama Aska memeluknya.

Aska mendongak menatap wajah Karin sebentar dan kembali menenggelamkan kepalanya di dada Karin.

"Aku ingin berada terus di pelukanmu Karin, selamanya...bahkan jika aku mati nanti, aku ingin mati dalam pelukanmu." gumam Aska pelan. Namun masih terdengar jelas di telinga Karin.

Entah kenapa mendengar kata-kata Aska dengan suara yang berat. Hati Karin terasa sedih. Dengan perasaan sedih Karin memdekap erat Aska dan membelai rambut Aska dengan lembut.

"Jangan berpikir kamu akan mati, kamu tidak akan mati, kamu akan panjang umur." jawab Karin dengan suara tersekat.

"Apakah kamu akan sedih dan kehilangan jika aku mati Karin?" tanya Aska mempererat pelukannya.

Karin menghela nafas berat, sungguh sesak dadanya mendengar pertanyaan Aska. Karin menakup wajah Aska. di tatapnya wajah Aska penuh,...

"Tidurlah sekarang, istirahat. Besok pagi kita ke pantai, kita akan bersenang-senang." ucap Karin menatap mata Aska dengan tulus.

Karin melepas pelukan Aska. Dan membantu Aska untuk berbaring, di selimutinya tubuh Aska dengan selimut tebalnya.

"Good night." kata Karin seraya mengusap pipi Aska.

Aska mencoba memejamkan matanya. Jiwanya kembali terbang, tatkala Karin melangkah keluar kamar dan menghilang dari pandangannya.

Aska menahan dadanya. Kenapa rasa cintanya kali ini begitu sangat menyiksanya. Baru kali ini Aska benar-benar merasakan cinta yang sesungguhnya.

"Karin, aku sangat mencintaimu. Aku takut mati, aku takut mati jika aku sendirian tanpamu."

Próximo capítulo