webnovel

Janeek Reshva Urand

Di kala kecil, ia hidup dikelilingi kemewahan

Di kala remaja ia dipanggil Pangeran

Kalau beruntung, di kala tua ia beroleh mahkota dan takhta

Kalau lebih mujur lagi, ia akan dikenang dalam kidung pujian dan hikayat

Namun malangnya, hidupnya bukanlah miliknya seorang

Raja bukanlah dipandang sebagai manusia bagi rakyatnya

Wander hanya nyengir. Ia memberitahukan juga tapi tidak semuanya, menyimpan kejutan-kejutan paling berharga untuk Gurunya, tapi ia juga menyampaikan cerita tentang lagu anak-anak tadi dan bagaimana para pelayan begitu bersemangat membicarakannya.

"Betapa anehnya Guru. Saat aku menanyakan pada mereka siapa yang akan menggantikan Raja kelak mereka semua terdiam dan jadi aneh sekali…"

Kurt mengelus-elus rambut Wander yang berwarna seperti minuman teh, "Jangan terlalu menghiraukan mereka. Mereka itu terlalu suka bergosip, jadi mereka jelas punya pendapat-pendapat sendiri, dan mereka tidak mau kamu mengetahuinya. Hanya itu."

"Ohh pantas…" Wander manggut-manggut.

"Tapi aku pikir Raja tidak akan digantikan oleh Pangeran manapun dalam waktu dekat. Beliau adalah seorang Raja yang hebat, baik dan bijak. Semua orang menginginkannya berkuasa selama mungkin."

Wander telah mempelajari mengenai sejarah kerajaannya. Tapi ia belum pernah belajar sampai mengenai Raja yang sekarang, kecuali mendengarkan berbagai pujian dari orang-orang kota, termasuk dari ayah dan ibunya. Harapannya, ternyata tidak dikecewakan. Ketika mereka belajar sore itu, Gurunya langsung membahas mengenai hal ini di hadapan peta Kerajaan itu.

Kerajaan di mana Wander tinggal: Kerajaan Telentium, terletak di bagian tengah sampai selatan Benua Dunia Biru. Kerajaan ini dikelilingi oleh semua Kerajaan di dunia dari segala arah, kecuali dari Selatan yang berbatasan langsung dengan Samudra Rieda. Di baratnya terletak Konfederasi Suku-Suku Selatan, dan lebih barat lagi dari Konfederasi itu terletak Kerajaan Terkutuk Norizo. Di bagian Utara terhampar Wilayah Persilatan Jian Xi, Kerajaan Aestheria, dan Kerajaan Harmonia. Di Timur laut berbatasan dengan Kerajaan Zirconia, sedangkan ke timur berbatasan dengan Rimba Maut dan Kerajaan Mauro.

Tidak seperti negeri lainnya, Kerajaan Telentium memiliki Tiga Ibukota. Ibukota Utama adalah Zabel Besh'a yang terletak di selatan Gurun Miruga. Kota yang berlimpah dengan emas dari Area Pertambangan Utara, mutiara dari Teluk Toli, dan ramai dengan perdagangan internasional. Di sinilah raja dan tampuk pemerintahan berada.

Ibukota Kedua terletak di bagian Utara Kerajaan: Taran Reiro. Kota ini dibangun di tepian sungai besar, Tesla, yang menjadi gerbang bagi ara pedagang dari negeri-negeri di utara: Jian Xi, Harmonia, dan Aestheria. selalu meramaikan jalur perdagangan yang melalui kota ini. Rute impor Tiga Tanaman Suci juga melalui kota ini. Pangeran Kedua memerintah seluruh Wilayah Utara ini.

Ibukota Ketiga terletak di Wilayah Timur: Kota Dri Cass. Sebuah Kota yang besar dan ramai, dipenuhi menara-menara tinggi dan besar, terletak di timur Gurun Diagos. Kota berukuran raksasa ini terbelah oleh Sungai besar Cass yang melewatinya. Ramai oleh berbagai perdagangan dari Utara dan Timur, terutama dari Mauro. Gading, rempah-rempah, gaharu, kayu, emas, perak, serta jamrud langsung diimpor dari Mauro. Saat ini Pangeran Ketiga dan ibunya, Selir Pertama, memerintah wilayah Timur sejak akil baliknya. Wilayah administrasinya mencakup Fru Gar.

Menurut sejarah, Kerajaan ini berawal dari teman karib Kaisar Clem, seorang bangsawan dagang yang menyelamatkan hidupnya dan mendukungnya dari tidak punya apa-apa sampai ia menguasai seluruh dunia. Raja Clem lalu menganugerahinya tanah yang ia namai kembali dan ramalkan sebagai, "Telentium: tanah terkaya di dunia, di mana setiap negara akan berjalan melalui setiap debu dan pasir jalananmu hanya untuk berdagang dengan keturunanmu."

Bangsawan tadi bernama Winztar Kiril Turan, adalah Vasal Pertama Telentium. Ketika Kekaisaran Dunia atau Dinasti Clem runtuh 150 tahun yang lalu, Keluarga Turan yang korup dan semena-mena, kejam dan keji terhadap rakyat, ditumbangkan saudagar sekaligus jenderal bernama Gilari Soma Urand. Ia kemudian mendirikan Kerajaan Telentium, merdeka dari Kekaisaran Clem yang runtuh sepenuhnya, setelah berhasil mengamankan perbatasannya dari ancaman Kerajaan Aestheria dan Mauro. Selepas masa-masa pergolakan dunia, kerajaan ini telah mengalami pasang surut, masa keemasan dan kegelapan, tapi di tangan Raja yang sekarang: Janeek Resva Urand, Raja ke-11 kerajaan ini, seluruh negeri berada dalam era yang damai dan makmur, penuh kecemerlangan. Begitu hebatnya kemakmuran dan kesejahteraan hingga seluruh rakyat menjuluki beliau Raja Pembawa Masa Keemasan.

"…. beliau adalah Raja Sejati. Ia mengamankan wilayah Timur, Utara, dan Barat. Ketika Kerajaan Aestheria pernah menyerang kita lewat Jian Xi, beliau mengejutkan dan mengalahkan mereka demikian telaknya tanpa menyerang hingga mereka tak pernah lagi berani menyeberangi perbatasan."

"Bagaimana ia melakukannya?"

"Beliau menasihati kerajaan Zirconia untuk mengambil Pegunungan Biru dari tangan Aestheria. Ia membiayai perang mereka melawan Aestheria sementara ia menumpuk tentara di perbatasan begitu cepatnya hingga Aestheria kehilangan momentum, kehilangan setengah Pegunungan Biru, dan akhirnya kalah. Sekarang kita bersahabat baik sekali dengan Kerajaan Hijau. Kejeniusan banyak orang bilang, tapi apa yang ia telah lakukan menurutku lebih dari sekedar kejeniusan mengatur negara." Kurt melanjutkan dengan antusias, "Ia mengalahkan invasi dari Suku Selatan tiga kali, mengambil setengah wilayah suku-suku Konfederasi itu ke dalam Kerajaan ini. Sekarang dengarkan karena ini penting. Suku-suku Selatan mungkin tampak terbelakang dibandingkan kebudayaan kita. Tapi mereka adalah Penunggang dan Prajurit Berkuda terbaik di dunia. Kecepatan dan keberanian, kesetiaan dan kehormatan mereka terhadap mendiang Raja Clem tidak tertandingi. Tapi Raja kita berhasil mengatasi mereka."

"Bagaimana dengan Timur?"

"Orang-orang Mauro telah lama ingin memiliki wilayah Timur kita. Tapi Raja malah memimpin ekspedisi perang ke Timur, dan memenangkan perang melawan Pasukan Gajah mereka, bahkan mencuri wilayah mereka. Sampai sekarang nama Baginda Raja masih ditakuti orang-orang Mauro."

"Kamu pernah bertemu dengannya, Guru?"

"Ya."

"Bagaimana sifatnya Guru?"

"Ia orang yang memiliki karisma besar. Ia juga lembut tapi pemberani. Ia teliti dan penyayang tapi luar biasa cerdik. Ia juga punya selera humor tinggi, Raja kita yang baik itu," puji Kurt.

"Waaahh. Aku ingin bertemu dengannya suatu hari…"

"Kamu mungkin bisa bertemu dengannya, Wuan. Jika kamu bertemu… perhatikanlah nasihatku ini.

Ketika kamu bertemu dengan seorang Penguasa, Penguasa apa pun, kamu harus menunduk pada mereka. Menunduklah dengan penuh hormat, tapi ketika berbicara kau harus berbicara seperti biasa."

"Seperti biasa?"

"Ya. Seperti kau dan aku sekarang."

"Tapi aku sangat hormat denganmu Guru. Tidak mungkin aku bisa bicara seperti biasa sekali denganmu."

"Percayalah padaku, Wuan. Kalau ada yang namanya percakapan atau bicara yang dianggap biasa, itu hanya terjadi ketika kedua orang itu saling menghargai satu sama lain. Dalam kasus Penguasa, kamu harus membuat mereka nyaman dahulu, sebelum engkau membuat mereka terkesan dengan begitu biasanya kamu dan ia. Mereka begitu tergila-gila dengan hal yang biasa karena mereka tidak sering mendapatkannya."

"Aku tidak mengerti, Guru."

Gurunya berkata dengan misterius, "Kamu akan mengerti. Suatu hari nanti."

Gurunya lalu mengajarkannya berbagai kejadian penting selama pemerintahan Raja. Ia menceritakan berbagai kisah mengenai Sang Raja dengan begitu terperinci. Ia tampak begitu gembira menceritakan kejayaan sang Raja, seolah itu keberhasilannya sendiri.

Tetapi, menjelang akhir dari pelajaran, suasana hati Gurunya tampak begitu murung. Ia malah sering tenggelam dalam lamunannya, bahkan ketika ia membahas mengenai Keluarga Kerajaan. Wander, yang telah belajar mengenali suasana hati Gurunya, dalam hati bertanya-tanya. Tapi ia tidak berani mengusik Gurunya hari itu.

Ketika pelajaran berakhir, Gurunya terhanyut sepenuhnya dalam pikirannya.

Ia meminta Wander pergi tanpa sadar dan hanya duduk di sana dan melihat taman dan sinar senja dengan sendu. Wander mengira bahwa Gurunya pasti teringat akan masa lalunya atau zaman perang.

Wander pergi berlatih sendiri di taman, dan Gurunya tidak menyusulnya meskipun ia sudah selesai. Wander pun bebersih diri lalu menunggu lagi. Gurunya tidak kunjung mencarinya, yang merupakan hal yang ganjil. Kala malam turun, tak melihat Gurunya di mana pun, ia memberanikan diri mengetuk pintu kamar Gurunya.

Suara Gurunya terdengar dari dalam, "Masuk.

Próximo capítulo