Gadis berambut putih itu melemparkan semua jarum itu, Alfred menggunakan sihirnya dan menghindar dengan sangat cepat, tetapi jarum-jarum itu mengikuti tubuh Alfred.
"Apa?!" Kejut Alfred.
Jarum-jarum itu terus menerjang mengikuti Alfred kemanapun dia berlari.
Dengan kecepatan dan pikirannya, ia berhasil menendang beberapa jarum terjatuh ke tanah, tetapi jarum itu mulai melayang dan mengejar Alfred lagi.
Alfred berusaha untuk berlari secepat mungkin.
Gadis itu melemparkan beberapa jarum dengan benang-benangnya, mereka tertempel pada dinding dan tanah.
Alfred tak sengaja terkena benang itu, sehingga tangannya teriris. Alfred terkejut,
"Mengapa benang ini dapat melukai?" Kejut Alfred.
Gadis itu menggerakkan tangannya, jarum-jarum yang tertancap mulai bergerak, sehingga benang-benangnya juga bergerak. Alfred berusaha untuk menghindari benang-benang yang dapat memotong itu, tetapi karena ia menghindari benang-benang itu, tubuh Alfred tertusuk oleh banyak jarum.
"Rasanya sangat sakit..." pikir Alfred.
Dengan jarum-jarum itu, gadis itu menggerakkan kedua tangannya. Tubuh Alfred bergerak sendirinya, ia dikendalikan.
"Seperti sihir Junko.." pikir Alfred.
.
.
Alfred dikendalikan, dengan tangan kirinya, Alfred melukai tangan kanannya dengan sangat. Alfred kesakitan.
"Mengerikan... mengerikan..." pikir Alfred.
.
.
.
.
Benang-benang yang dapat mengiris mulai mendekat pada tubuh Alfred.
"Tidak.... sudah tidak ada jalan keluar." Pikir Alfred.
Alfred menutup kedua matanya.
.
.
.
Benang-benang itu mengendur dan terlepas sendirinya.
"Huh?" Kejut Alfred.
.
.
.
Seorang lelaki aneh muncul bersama dengan seorang gadis berotot.
"Kak..... lihatlah." Kata gadis itu.
"Benar... dia adalah murid Kannoya Academy... mengapa ia bisa berada di sini?" Tanya lelaki itu.
"Sir Mantis... dan juga... Rhin Beetle." Kejut Alfred.
Alfred mulai dikendalikan dan ia berlari ke arah Sir Mantis dan Rhin Beetle itu.
"TOLONG!" Teriak Alfred.
"Tenang!" Kata Rhin Beetle.
Rhin Beetle menahan tubuh Alfred dengan kuat.
"Kuat sekali!" Kejut Alfred.
Rhin Beetle memaku tubuh Alfred ke atas tanah, sehingga setengah tubuhnya tenggelam di dalam tanah.
"T-Terimakasih..." kata Alfred.
.
.
.
Gadis itu mulai menggerakkan tangannya lagi.
Jarum-jarum yang berlumuran darah dengan benang-benang yang berlumuran darah mulai menerjang ke arah mereka.
"Dia sedang menyakiti dirinya. Kita harus cepat, atau tidak akan ada yang selamat." Kata Sir Mantis.
"Yooosh!" Teriak Rhin Beetle.
Rhin Beetle berlari dengan cepat ke arah gadis itu. Jarum-jarum itu mulai berdatangan. Rhin Beetle tetap berlari.
"Awas! Jarum-jarum itu--" kata Alfred.
"Aku tahu! Hahahah!" Tawa Rhin Beetle.
Saat jarum-jarum itu mengenai tubuh Rhin Beetle, semua jarum itu terpantulkan, tidak ada yang menusuk.
"HAAAH?!" Kejut Alfred.
"Kulitnya keras, tenang saja." Kata Sir Mantis.
Sir Mantis juga berlari ke arah gadis itu.
Rhin Beetle sudah sampai di depan gadis itu. Rhin Beetle hendak menangkap tubuhnya, tetapi gadis itu menghindar dengan sangat cepat.
Saat menghindar, gadis itu juga melemparkan banyak jarum.
.
.
Sir Mantis juga sudah sampai di depannya. Gadis itu menghindar terus dan melemparkan jarum-jarumnya. Salah satu jarumnya menusuk mata kiri Rhin Beetle. Rhin Beetle mulai tidak fokus. Saat tidak fokus, gadis itu melemparkan jarumnya lagi dan jarum-jarumnya mengenai tubuh Sir Mantis.
Gadis itu menarik jarumnya lagi, mata Rhin Beetle terluka parah, hampir lepas. Rhin Beetle menahan mata kirinya itu. Tubuh Sir Mantis terluka sangat parah.
Gadis itu mulai melempar jarum lagi.
Saat jarum itu menyentuh permukaan, jarum-jarum itu meledakkan diri.
"Sekarang ledakan..." keluh Rhin Beetle.
Rhin Beetle berusaha untuk menghindari semua serangan gadis itu.
.
.
Sir Mantis dapat mengelak dan menangkap beberapa jarum itu.
Sir Mantis berlari dengan cepat ke arah gadis itu. Sir Mantis sangat cepat dan ia sampai pada gadis itu. Sir Mantis dapat menahan kedua tangan gadis itu hingga gadis itu tidak dapat bergerak sama sekali.
.
.
Gadis itu terlihat sangat marah.
"Mengapa ia sangat marah?" Pikir Alfred.
.
.
Gadis itu semakin kesal dan kekuatannya semakin tinggi. Sir Mantis masih dapat menahannya.
.
.
.
Gadis itu mulai mengeluarkan darah dari kedua matanya.
"Apakah itu air mata?" Pikir Sir Mantis dan Alfred dan juga Rhin Beetle.
.
.
Tubuhnya mengeluarkan jarum lagi, dan beberapa jarum berhasil menusuk kedua lengan Sir Mantis. Tetapi Sir Mantis tetap terus menahannya.
.
.
"Apa yang dia lakukan?" Tanya Sir Mantis.
.
.
Gadis itu terus mengeluarkan darah dari tubuhnya.
.
.
.
"Harus dihentikan!" Kata Rhin Beetle.
Rhin Beetle berlari, dan ia berusaha untuk memukul gadis itu agar ia tidak sadar diri, tetapi gadis itu menembakkan jarum yang cukup kuat untuk menembus kulit Rhin Beetle.
Rhin Beetle terkejut.
"Aku tertusuk!" Kata Rhin Beetle.
Jarum-jarum mulai dikeluarkan oleh gadis itu lagi secara cepat dan tiba-tiba.
Tubub Rhin Beetle tertusuk dan tersangkut pada dinding. Tubuh Sir Mantis terluka karena menahan gadis itu. Akhirnya gadis itu terlepas.
Gadis itu melemparkan jarum-jarum lagi, jarum-jarum itu meledak dan dapat menembus kulit Rhin Beetle.
Gadis itu terlihat sangat kesal. Ia melemparkan banyak jarum lagi dan lagi.
Alfred ingat, ia meninggalkan Alvina agar Alvina tidak terluka.
"Alvina!" Kejut Alfred.
Alfred berusaha untuk membebaskan dirinya.
Karena salah satu jarum gadis itu, Alfred terbebas. Alfred segera berlari kepada Alvina yang masih tergeletak tak sadar diri itu.
"Alvina... maaf telah meninggalkanmu." Kata Alfred.
Alfred menggendong Alvina.
.
.
.
Gadis itu sudah mulai lemas. Gadis itu membanting kedua tangannya pada tanah, dan dari tanah itu muncul banyak sekali jarum yang lebih besar dan lebih banyak. Semuanya menghujani tubuh Sir Mantis, Rhin Beetle, Alfred, dan Alvina.
.
.
Alfred segera berlari menghindari semuanya. Sir Mantis berlindung di balik tubuh Rhin Beetle yang kulitnya menjadi lebih keras.
"Maaf, Rhin, aku jadi berlindung di balikmu." Kata Sir Mantis.
"Tidak apa-apa, kak!" Kata Rhin Beetle.
.
.
.
Tanah mulai bergetar.
Tanah di bawah mereka semua hancur, dan duri-duri tercipta di bawah mereka semua. Sir Mantis segera melompat bersama dengan Rhin Beetle.
Alfred terkejut, Alfred melompat, tetapi ia tidak bisa bertahan dan ia terjatuh lagi.
.
.
.
"Fire blow." Kata Alvina.
Alvina menyemburkan api ke bawah, sehingga mereka berdua terdorong ke atas.
Alfred berhasil berdiri di tempat yang aman.
Gadis itu membuat semua permukaan menjadi berduri, lalu ia melemparkan jarum-jarumnya itu.
Rhin Beetle dan Sir Mantis segera berlari dan melompat. Alfred melompat.
"Bagaimana ini? Kita akan mati!" Teriak Alfred.
"Fire blow!" Kata Alvina.
Alvina membakar semua permukaan berduri itu, tetapi tidak ada hasil apapun.
"Yaah..." keluh Alvina.
.
.
"Tidak apa-apa! Tidak ada yang perlu untuk mati!" Kata Rhin Beetle. Rhin Beetle memukul tanah di bawahnya, duri-duri itu hancur seketika.
Alfred, Alvina, dan Sir Mantis mendarat dengan aman.
Rhin Beetle berlari ke arah gadis itu. Gadis itu sudah lemas. Lalu Rhin Beetle memukulnya agar gadis itu menjadi tak sadar diri.
Gadis itu sudah dipukulnya, tetapi tidak sampai mati. Gadis itu terjatuh.
.
.
.
.
.
.
.
Dari jauh,
"Tungguuu~"
"LARIII SEMUANYA! ATAU KITA AKAN MATII!" Teriak Rippers.
"Tunggu aku~ jangan tinggalkan aku yang tampan ini~"
"KITA AKAN MATIII!" Teriak Rippers panik.
.
.
"Huh?"
Pria aneh yang mengejar Rippers dan teman-teman mulai berhenti mengejarnya dan memalingkan mukanya.
Pria itu melihat seorang gadis berambut putih yang terjatuh. Pria itu segera berlari ke arahnya.
.
.
Pria itu menangkap tubuh gadis itu.
"Heh?! Apa ini?!" Kejut Rhin Beetle.
"Entahlah." Jawab Sir Mantis.
.
.
Pria itu, Cursed, mulai menempelkan jarinya pada bibirnya, lalu mengarahkannya pada Sir Mantis.
"Muuch~"
Karena sangat terkejut, Sir Mantis kejang-kejang, lalu terjatuh tak sadar diri.
"HAAARGH APA INI?!" Kejut Rhin Beetle.
Cursed mengabaikan yang lainnya, ia melihat ke arah gadis itu.
"Kamu menggunakan itu lagi ya.... mengapa kamu ingin membunuh dirimu terus?" Tanya Cursed sedih.
.
.
.
"Percuma sih.... aku lupa jika kamu ini tuli dan bisu... tetapi tolonglah.. jangan sakiti dirimu lagi." Pikir Cursed.
.
.
.
.
.
.
.
"Aku tahu semuanya tentangmu... bahkan tentang apa yang terjadi sebelum kita bertemu.
.
.
Kamu terlahir bisu dan tuli, dan kamu hidup di dalam keluarga yang miskin. Ibumu ditinggalkan oleh ayahmu. Kakakmu terpaksa menggantikan peran ayah dalam keluargamu.
.
.
Beberapa tahun berikutnya, setelah kamu lulus SD, ibumu terkena penyakit dan tak lama ia meninggal dunia. Kakakmu terpaksa harus merawatmu sepenuhnya.
.
.
Karena kamu bisu dan tuli, tidak ada yang bisa memahamimu... mereka juga tidak ingin memahamimu. Mereka hanyalah orang-orang brengsek yang tidak ingin mengerti keadaan orang lain.
Tetapi, hal itu membuat kakakmu sedikit dikucilkan. Kamu kesal akan hal itu. Tetapi kakakmu baik-baik saja. Kamu yang terluka.
....
....
....
Entah mengapa lalu kamu mulai berpikir, bahwa ia akan lebih baik hidup tanpamu. Dia akan bahagia tanpamu. Kamu mulai menyakiti dirimu, karena banyak orang yang menuliskan surat hujatan padamu. Mereka berkata padamu bahwa lebih baik kamu tidak pernah dilahirkan atau gugur dalam kandungan, mereka sungguh jahat.
Kamu mulai mencoba untuk menggantung dirimu, tetapi kakakmu melihatmu dan membebaskanmu.
.
.
.
Lalu kamu berpikir akan cara lain, setelah dirimu lulus SMP. Kamu mulai mencari obat terlarang, obat peningkatan kekuatan sihir. Obat ini dapat meningkatkan kekuatan sihir dan stamina hingga 10 kali lipat, tapi bagi yang tidak memiliki sihir, tubuh mereka akan hancur sepenuhnya bersama dengan organ mereka.
Kamu menggunakannya. Karena kamu tidak memiliki sihir, kamu berpikir bahwa kamu bisa mati dengan itu. Kamu membunuh dirimu lagi.
.
.
.
Tubuhmu mulai merasakan sakit, organ-organ tubuhmu mulai meledak dan terluka dari dalam.
Saat kamu sudah lemas, kamu berpikir bahwa hidupmu akan berakhir selamanya. Kamu menutup kedua matamu.... tetapi tiba-tiba kamu membuka matamu lagi. Kamu terkejut bagaimana kamu dapat hidup.
Dokter berkata bahwa ada seorang lelaki yang mendonorkan semua darah yang ia miliki dan beberapa organ tubuhnya padamu. Itu adalah kakakmu.
Kamu merasa bersalah. Memang seharusnya kamu tidak melakukan hal itu.
Mengapa kakakku? Pasti kamu berpikir begitu, karena jika kamu terkena obat peningkatan sihir, tetapi kamu tidak memiliki sihir, hanya yang memiliki hubungan darah saja yang dapat menyelamatkannya. Sejak saat itu, penjual obat-obatan peningkatan sihir mulai disingkirkan.
.
.
Tapi, beberapa teman-temanmu, yang menaksir kakakmu, mulai menyalahkan dirimu terus.
Sebaiknya kamu mati saja, kakakmu tidak usah menyelamatkan dirimu yang tidak berguna ini! Anehnya dia sayang dengan sampah sepertimu. Itu yang mereka selalu katakan setiap kali mereka melihat bahwa dirimu masih hidup.
.
.
Di sana lah kita pertama kali bertemu, saat kamu lulus SMA, di mana gadis-gadis jelek mengganggumu.
Aku datang entah mengapa, hanya untuk mengajak mereka untuk berkenalan, tetapi mereka segera berlari ketakutan. Hanya kamu yang tinggal dan dengan bahasa isyarat kamu berkata 'terimakasih'.
Aku sedikit memahami bahasa isyarat karena nenekku juga tuli.
Lalu aku menbawamu pada Deadman, dan ia terkagum denganmu yang masih bisa merasakan sekitarnya meskipun kamu tuli. Kamu juga hebat dalam bertarung, satu hari berlatih kamu sudah siap.
.
.
.
Untunglah kamu bertemu denganku... " bisik Cursed.
.
.
.
.
Cursed diam duduk memangku gadis berambut putih itu.
"Aku tidak bisa melakukan apapun untuknya..." tangis Cursed.
Rhin Beetle mendekat.
"Mungkin kita bisa membawanya keluar sekarang dan mencari bantuan." Kata Rhin Beetle.
Cursed mulai bergaya,
"Terimakasih, wanita!"
Rhin Beetle mulai lemas dan terjatuh tak sadar diri.
.
.
Alvina yang melihat dari jauh mulai lemas juga.
Hanya Alfred yang bertahan.
"Hey, kamu, pejantan di sana!" Kata Cursed.
"HAAAH?!" Kejut Alfred.
"Bawalah pacarmu dan juga dia... kumohon!" Kata Cursed.
"APA?! PACARKU?!" Kejut Alfred.
"Benar! Kalian benar-benar pasangan serasi!" Kata Cursed.
"ENAK SAJAAA!" Teriak Alfred dengan mukanya yang merah.
"Sudahlah, pejantan, jangan malu-malu! Bawalah dia dan juga pacarmu! Kumohon!" Kata Cursed.
"Haaa.... baiklah." Kata Alfred dengan mukanya yang memerah. Ia menggendong Alvina dan gadis itu.
.
.
"Baiklah, jalan keluar di mana?" Tanya Alfred.
"Kamu tinggal lurus saja ke sana, lalu kamu akan kembali ke lobby di mana kalian pertama kali menemukan lorong-lorong." Kata Cursed.
"Baiklah, terimakasih." Kata Alfred.
"Baiklah, agar dalam perjalanan kamu lebih nyaman dan aman, aku akan memberimu ciuman keberuntungan dariku khusus untukmu--" kata Cursed yang mulai mendekat pada Alfred.
"AKU AKAN SEGERA MENGANTAR MEREKA, SAMPAI JUMPAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!" Teriak Alfred sambil berlari keluar secepatnya.
.
.
.
"Hm... sungguh jantan!" Kata Cursed.