webnovel

Hubungan Antara Suami Istri 1

Editor: Wave Literature

Meskipun Ye Yan berusaha pulang ke rumah secepatnya, dia masih tetap terlambat beberapa menit. Ketika berjalan masuk, dia melihat kakeknya sedang duduk di atas sofa sambil memelototinya dengan marah, "Kamu masih ingat pulang??"

"Kan cuma terlambat beberapa menit saja, apa perlu marah-marah seperti itu?" Ye Yan memutar bola matanya dan terus berjalan masuk.

"Hanya beberapa menit saja?" Tuan Besar Ye menghentakkan tongkat penyangganya, "Kalau bukan karena Qianyu yang menahanku, aku pasti sudah pergi ke sana dan menyeretmu."

Ye Yan tidak berkata apa-apa dan hanya menatap Lan Qianyu dengan santai. Lan Qianyu sedang menyeduh teh dengan anggun, lalu mengangkat segelas dan memberikannya kepada Tuan Besar Ye, "Kakek, cobalah teh yang kuseduh ini."

Tuan Besar Ye menerima dan menyeruput tehnya sedikit lalu berseru gembira, "Enak, enak. Qianyu, ternyata kamu cukup menguasai seni menyeduh teh."

"Sudah bertahun-tahun aku tidak melakukannya. Dulu aku belajar dari papaku ketika dia masih hidup." Lan Qianyu tersenyum lalu berdiri, "Kalau tidak ada apa-apa, aku kembali ke kamar dulu. Kakek jangan tidur terlalu larut."

"Tunggu sebentar." Tuan Besar Ye memanggilnya.

Lan Qianyu pun kembali duduk.

Tuan Besar Ye menatap Ye Yan dengan tajam lalu memberi perintah dengan tegas, "Tiga hari lagi adalah hari pernikahan kalian. Agar dapat lebih cepat beradaptasi dengan kehidupan rumah tangga, maka mulai hari ini kalian tinggal sekamar."

Lan Qianyu terdiam dengan kaget, dia lalu memandang Ye Yan, "Baiklah, aku tidak masalah." Ye Yan menjawab cepat sambil menjulurkan tangannya untuk mengambil teh.

"Siapa yang mengizinkanmu minum?" Tuan Besar Ye memukul tangannya dengan tongkat.

"Ah!" Ye Yan menarik tangannya dan berkata dengan kesal, "Kakek, sakit sekali."

"Kalau sakit baru betul, kalau merasa sakit maka kamu akan mengingat ajarannya." Kakek berkata dengan puas, "Lain kali kalau kamu tidak menurut lagi, aku akan memukul pantatmu dengan tongkat seperti waktu kamu kecil dulu. Akan kupukul pantatmu sampai bengkak."

"Kejam sekali." Ye Yan mengerucutkan bibirnya lalu berdiri dan berjalan ke lantai atas, "Aku mandi dulu. Sudah terlalu lama terbaring di atas ranjang sampai aku tidak sempat mandi. Menderita sekali."

Lan Qianyu menatap punggungnya. Ini pertama kali dia melihat sisi kekanak-kanakan Ye Yan. Mungkin dia hanya bersikap seperti ini di hadapan kakeknya saja.

"Qianyu, kamu juga naiklah." Tuan Besar Ye berkata kepadanya dengan hangat, "Perasaan bisa perlahan-lahan tumbuh. Sebenarnya Yan juga tidak seburuk bayanganmu. Lama-kelamaan nanti kamu akan menemukan kelebihannya."

"Iya." Lan Qianyu tersenyum lalu berdiri dan naik ke lantai atas. Tangga ke atas tidak terlalu tinggi, tetapi dia merasa seakan-akan dia sedang berjalan di sebuah jalan yang sangat panjang. Lan Qianyu hanya ingin memberikan sebuah keluarga yang utuh kepada anaknya, tetapi tidak disangka dia juga masih harus menjalani kehidupan suami istri…

**

Sesampainya di kamar, terdengar suara air dari dalam kamar kecil. Lan Qianyu mengerutkan keningnya, gerakan Ye Yan cepat juga, dia langsung datang dan mandi di kamarnya.

Meskipun Lan Qianyu tidak menyukainya, namun mengingat kalau mereka sebentar lagi akan menjadi suami istri, maka hal-hal semacam ini akan sulit untuk dihindari. Lagipula sekarang dia sedang hamil, Ye Yan semestinya tidak akan menyentuhnya. Dia pun merasa sedikit lega.

Lan Qianyu sudah mandi dari tadi. Dia berganti pakaian tidur yang tertutup di belakang tirai pembatas lalu berbaring di atas tempat tidur dan membaca buku.

Beberapa saat kemudian, Ye Yan berseru dari dalam kamar mandi, "Lan Qianyu, masuk!"

Lan Qianyu mengira dia salah dengar, namun Ye Yan berseru lagi, "Cepat masuk dan bantu aku."

Lan Qianyu teringat kalau luka Ye Yan baru saja sembuh, mungkin telah terjadi sesuatu kepadanya. Dia pun bergegas meletakkan bukunya dan berjalan ke kamar mandi. Sesampainya di depan pintu, dia merasa sedikit ragu. Saat itu tiba-tiba Ye Yan membuka pintu dan menjulurkan tubuhnya yang setengah telanjang, "Kenapa kaget? Ayo masuk!"

Próximo capítulo