Ketika melihat Wen Mo, Chi Wan merasa bahwa Wen Mo terlihat sedikit imut. Tanpa alasan apapun tiba-tiba Chi Wan tersenyum sendiri. Namun yang dirasakan Chi Wan saat ini adalah suatu hal yang wajar, mungkin kebanyakan orang juga akan melakukan hal yang sama seperti Chi Wan lakukan saat ini.
Tidak lama kemudian Wen Mo pun keluar. Dia merapikan kembali pakaiannya dengan tenang. Penampilannya sangat menawan. Pakaian yang dipakainya selalu terlihat bersih, sepertinya tidak ada satupun debu yang menempel disana. Seperti biasa ia selalu tampil dengan ekspresi yang polos.
Secara tidak sadar Chi Wan pun langsung mengalihkan pandangannya pada Wen Mo. Dalam hatinya ia bertanya "Apakah ini hanyalah sebuah ilusi semata? Ataukah ini hanya sebuah perasaan bersalah karena yang telah Wen Mo lakukan padanya?" Hingga saat ini pun ia masih belum tahu apa alasan dibalik ini semua.
"Kamu melihat siapa?" Tanya Wen Mo padanya sambil menggertakkan giginya.
Karena Chi Wan telah meminum alkohol, dia pun berkata dengan jujur, "Pria yang istimewa."
Wen Mo mendengar jawaban Chi Wan, ia pun hanya terdiam tanpa sepatah kata pun.
Wen Mo tidak tahu harus berkata apa, ia pun kemudian melihat pipi Chi Wan yang memerah, lalu ia menyipitkan pandangannya, "Kamu sudah minum anggur?"
Chi Wan mengangkat kepalanya kemudian ia mengangguk perlahan dan menjawab, "Iya, hanya satu tegukan."
"Bagaimana kamu bisa disini?" Wen Mo sengaja berpaling dari topik pembicaraan sebelumnya ia juga dengan sengaja mengalihkan pandangannya kepada Chi Wan.
Mengetahui hal itu, Chi Wan pun berkedip dan mengerutkan keningnya, "Ini seharusnya yang aku tanyakan padamu, bagaimana bisa kamu datang ke tempat ini?"
"Ini adalah kamarku."
Chi Wan kaget dan seketika langsung tersadar dari mabuknya, "Aku…..tidak tahu."
"Bagaimana kamu bisa masuk?"
Chi Wan mengatakan yang sebenarnya, "Ketika aku datang, pintunya tengah terbuka."
Wen Mo menunduk dan sepertinya ia sedang berpikir. Setelah beberapa saat kemudian Wen Mo pun kembali berkata, "Alasanku kemari hanya untuk memeriksa kamarku. Sekarang kamu ganti baju, setelah itu kamu temani aku ke bawah untuk menghadiri pesta."
Chi Wan menyatukan kedua telapak tangannya, sambil menundukkan kepalanya ia berkata dengan nada rendah, "Maaf."
Pada awalnya mereka berdua seolah dapat bisa dipisahkan dengan segera, tapi sekarang tampaknya perpisahan itu tidak akan terjadi.
Wen Mo sekilas melihat mata Chi Wan yang berbinar sepertinya dalam hati ia merasa sangat senang karena ajakan Wen Mo barusan. Melihat hal itu Wen Mo berusaha mengendalikan perasaannya yang semakin terasa aneh didalam hatinya. Kemudian ia pun berkata dengan ringan, "Yang aku lakukan saat ini hanya perpanjangan waktu untuk hubungan kita, tidak ada maksud apa-apa."
Chi Wan mendesah kemudian ia pun berdiri dari sofa, "Kalau begitu aku akan ganti baju."
Chi Wan mengeluarkan gaun pendeknya kemudian pergi ke ruang ganti. Di dalam ruang ganti, ia tidak seperti tidak bersemangat untuk berganti pakaian. Chi Wan tidak segera berganti pakaian ia justru mengeluarkan ponselnya dan menelepon Yun Shanshan.
Chi Wan ingin memastikan sekali lagi, bahwa dirinya saat ini telah melihat orang yang salah.
Yun Shanshan dengan cepat mengangkat telponnya. "Kakak Wan!"
"Di mana kamu?" Dengan suara dingin Chi Wan langsung bertanya pada Yun Shanshan.
"Aku…."
"Katakan!"
"Baiklah baiklah. Kamu jangan marah dulu, aku tidak bisa menjawabnya dengan jujur saat ini!"
Yun Shanshan menghela nafas, "Aku mendengar bahwa Wen Mo disini untuk berpartisipasi dalam pesta hari ini dan aku ingin mengatur agar kamu bisa bertemu dengannya."
Chi Wan kembali bertanya sambil menahan emosinya, "Lalu bagaimana kamu bisa membuka pintu kamarnya?"
"Sistem kontrol! Aku sedikit mengubah beberapa programnya dan pintunya terbuka sendiri…."
Chi Wan langsung berpikir sambil menggigit-giginya sendiri yang putih itu. "Kamu segera kembali ke apartemen, pulanglah dengan puas!"
"...iya!" Yun Shanshan menjawabnya dengan nada mengeluh karena merasa dirinya yang disalahkan. Tapi kenyataannya memang benar bahwa dirinyalah yang salah.
Chi Wan menutup teleponnya. Kemudian ia menghembuskan nafasnya dengan berat. Setelah menutup teleponnya ia pun segera mengganti pakaiannya dan merapikan rambutnya. Beberapa saat kemudian Chi Wan pun keluar dari kamar ganti.
Setelah keluar dari kamar ganti, pandangan Wen Mo pun seketika langsung tertuju pada Chi Wan. Kemudian Wen Mo pun langsung menyiapkan lengannya untuk digandeng oleh Chi Wan dan berkata, "Ayo jalan."
Chi Wan memegang lengan Wen Mo dan berjalan keluar dari kamar. Mereka kemudian naik lift menuju lantai 18.
Begitu pintu lift terbuka, jepretan flash kamera yang sangat menyilaukan sangat mengganggu matanya.
Mau tidak mau sebagai seorang artis Chi Wan pun harus bisa menerima sorotan kamera para wartawan seperti ini. Dengan tetap memegang lengan Wen Mo, Chi Wan pun tetap memperlihatkan senyumannya di hadapan publik, ia terlihat sangat profesional, berjalan di samping Wen Mo.
Beberapa wartawan yang ada di sana hanya mengambil foto mereka berdua tanpa mengajukan pertanyaan apapun, Chi Wan pun merasa sedikit lega.
Tatapan mata Chi Wan tertuju pada sebuah ruangan untuk pesta. Ia melihat di dalam ruangan itu penuh dengan orang.
Orang-orang yang ada di sana, para pria memakai jas dan berdasi, sedangkan para wanita yang ada di sana mengenakan gaun malam yang indah. Mereka semua berinteraksi satu sama lain, saling mengobrol, dan sepertinya mereka terlihat sangat senang.
Kehadiran Wen Mo dan Chi Wan di tempat itu pun langsung menarik perhatian semua orang yang ada di sana. Semua tamu yang datang adalah dari kalangan para pebisnis elit, para eksekutif perusahaan dan para rekan bisnis yang memiliki hubungan kerjasama dengan para pebisnis.
Menurut sudut pandang para tamu yang hadir di sana, yang dilakukan Wen Mo saat ini adalah sebuah bentuk kepedulian yang luar biasa pada pacar yang merupakan seorang artis ternama.