webnovel

Siapa yang Mengizinkan Kamu Menyentuh Barang-Barangku?

Editor: Wave Literature

 Billy Li meraih dompetnya, kemudian menggenggamnya erat-erat. Lalu, ia bangkit dan melirik pria itu dengan matanya yang dingin. Pandangannya tajam seperti pedang kemudian mengeluarkan kata-katanya dengan kejam, "Lempar dia ke peti mati...!"

Steve mengangguk, melambaikan tangan kepada seseorang, kemudian berbalik ke seseorang yang telah dipukuli begitu keras hingga tidak bisa bergerak lagi dan berkata, "Aku tidak peduli siapa yang menghasut kalian untuk datang ke sini. Aku hanya memperingatkan kalian, bahwa kalian dipecat karena tidak memenuhi syarat untuk melakukan pekerjaan itu…! Uang pesangon pun telah dibayarkan kepada kalian sesuai dengan kontrak. Jika kalian benar-benar tidak takut mati, tidak masalah kalau kalian masih mau membuat onar disini, tetapi aku tidak menjamin apakah bosku masih bisa 'bermurah hati' lagi seperti hari ini."

Ehemm... murah hati? Sepertinya tidak cocok untuk bos. Pikir Steve dalam hati.

Setelah itu, Steve berbalik dan melihat bahwa Shia Tang masih belum pergi. Ia agak terkejut. "Uh... Nyonya, kenapa anda belum pergi bersama bos?" ia penasaran akan hal itu.

"Aku... Dia..." Shia Tang melihat mobil yang berjalan di depannya dan menggigit bibirnya yang merah muda. Ia tidak tahu harus berkata apa.

"Mobil itu sudah pergi membawa bos, jadi anda bisa ikut dengan saya saja." Steve mengerti keraguan yang dirasakan Shia Tang. Kebetulan, Steve tinggal di rumah sebelah kiri Star Garden. Rumah itu diperuntukkan bagi para pelayan, pengawal dan orang-orang sepertinya.

Shia Tang mengangguk dan berjalan dalam diam di belakangnya. Mendengar sebuah suara yang memohon belas kasihan di belakangnya tadi, ia tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya, "Pria barusan... Apa kamu akan membunuhnya?"

Peti mati seharusnya kan, digunakan untuk jenazah. Apakah pria perusuh itu pantas dibunuh hanya karena menginjak foto dalam dompet Billy Li? Shia Tang berpikir keras mendengar ucapan yang ia dengar tadi.

Langkah Steve berhenti, memandangi gadis yang berbicara dengan lembut itu. Shia Tang bukanlah wanita tercantik yang pernah ia lihat. Tapi menurutnya, dia adalah wanita yang membuat hatinya tergerak. Kecantikannya adalah sesuatu yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Melihatnya, sama seperti melihat air murni yang dapat membersihkan hatimu. 

Atau jangan-jangan... Dia ini memiliki sifat seperti air? Jika Shia Tang benar seperti air, Steve berharap bahwa gadis ini bisa mencuci darah yang mengalir di jantung Bosnya.

"Anda akan mengerti nanti..." Steve hanya bisa mengatakan itu, ia hanya berani mengatakan hal tersebut.

Orang-orang yang bekerja di bawah Billy Li adalah pekerja efisien. Mereka baru saja tiba di Star Garden, kemudian dompet dengan jenis yang sama telah dikirim ke pintu gerbang. Steve lalu meminta, agar Shia Tang naik ke lantai atas dan menyerahkan dompet itu kepada Billy Li.

Tugas itu terlihat tidak sulit, tetapi sangat berat bagi Shia Tang. Ia ingat, Billy Li begitu mudah menghancurkan hidup seorang pria hanya dengan tiga kata keluar dari mulutnya, apalagi saat ini Billy Li sedang dalam suasana hati yang buruk. Shia Tang berharap, ia bisa menghindarinya sejauh yang ia bisa. Shia Tang sama sekali tidak berani mendekati pintu itu.

Dengan sangat hati-hati Shia Tang membuka pintu kamar, ia melihat bahwa Billy Li sedang mandi di kamar mandi. Ia menghela napas lega, kemudian dengan cepat masuk ke kamar untuk mencari dompet Billy Li. Setelah itu, Shia Tang melihat dompet yang tergores di atas tempat tidur. Dompet itu terbuka, memperlihatkan foto yang bersih, bahkan mengkilap.

Shia Tang meletakkan dompet baru itu, kemudian berbalik pergi. Tetapi, ia berpikir bahwa kejadian dompet dan foto Billy Li yang diinjak-injak, itu semua karena menyelamatkan dirinya. Shia Tang menghela napas pelan dan memutuskan untuk membantu Billy Li mengganti dompetnya dengan yang baru.

Namun, begitu Shia Tang mengambil dompet yang rusak itu, berencana untuk menggantinya dengan dompet yang baru. Tiba-tiba, angin kencang datang dari belakang dan merasakan pergelangan tangannya kini, digenggam dengan kuat. Sebelum ia bisa menanggapi apa yang sedang terjadi, sebuah kekuatan besar telah menghempaskannya ke belakang, membuatnya terjatuh ke lantai.

Lalu, ia melihat seorang pria yang hanya menggunakan handuk di pinggangnya membelai setiap sudut bingkai foto yang ada di tangannya, seolah-olah takut menyentuh foto tersebut. Sangat jelas ia orang yang dingin, tetapi terlihat lembut terhadap sebuah foto. Hal tersebut membuat semua orang merasa iri terhadap foto di tangannya.

"Siapa yang mengizinkan kamu menyentuh barang-barangku?" Billy Li melipat dompetnya, menggenggamnya dalam tangan, kemudian menatap tajam ke arah Shia Tang yang sedang terduduk di lantai...

Próximo capítulo