Setiap Huo Chong akan memutuskan sesuatu, ia akan pergi ke ruang belajarnya dan membaca buku-buku tua yang ada di ruangan itu agar ia bisa berpikir dengan hati-hati.
Di ruang belajar, Huo Chong menatap putranya sambil berkata dengan lembut. "Akhirnya aku menyerahkan posisiku ini kepadamu. Di posisi ini, kamu harus mempertimbangkan semuanya dari segi 'keuntungan'."
Ia membalik-balikkan buku tua di atas meja lalu berkata lagi, "Aku akan bergerak jika aku mendapatkan keuntungan yang cukup besar. Tetapi kali ini Pang Rulie yang meminta bantuanku, jadi kita tidak bisa menyetujui permintaannya dengan mudah."
"Kalau begitu apa yang harus kita lakukan?" Tanya pemuda yang berdiri di depan meja Huo Chong. "Ayah, bukankah kita sudah berencana untuk mengurus toko kecil itu?"
Seperti yang dikatakan oleh Pang Rulie, ada kultivator misterius yang berada di balik toko unik yang memiliki berbagai macam game tersebut. Sebenarnya Huo Chong telah memantau toko beberapa waktu belakangan.
Setelah kejadian Xiao Yulu yang pertama kali diusir saat itu, ia mengirim beberapa mata-mata ke toko itu untuk menginvestigasi lebih dalam.
"Walaupun kultivator di toko kecil itu tidak bergerak, toko kecil itu sulit untuk ditangani." Ujar Huo Chong dengan santai. "Kalau tidak, kenapa aku harus menunggu dengan sangat lama?"
"Kalau begitu apa kita tolak saja?" Tanya pemuda itu yang merasa penasaran.
"Tolak? Kenapa harus kita tolak?" Huo Chong terkekeh mendengar kesimpulan anaknya.
"Kalau begitu kita...."
"Keuntungan yang besar." Ujar Huo Chong seraya tersenyum. "Harus ada keuntungan yang besar. Karena dia meminta bantuanku, kita bisa meminta sesuatu yang menguntungkan sebagai imbalan. Jika keuntungannya cukup besar, kita baru bisa bergabung dengannya."
...
Pelayan wanita itu menyerahkan surat itu kepada Pang Rulie, lalu membisikkan sesuatu ke telinganya.
Lalu wajah Pang Rulie terlihat gembira.
"Apa katamu?" Tanya Pang Rulie seraya menepuk pahanya kemudian berdiri dari kursi. Ia tertawa kencang lalu berkata, "Kamu bilang ada banyak orang mabuk di Paviliun Qingfeng dan Mingyue? Sampai-sampai tak sengaja muntah di sepatu pemilik toko mereka?"
Jika hal itu terjadi pada Pang Rulie, sebagai pria yang kasar, ia akan langsung menghajar orang itu sampai seluruh giginya rontok.
Apalagi pemilik Paviliun Qingfeng dan Mingyue ini adalah seorang wanita.
"Benar." Ujar pelayan wanita itu yang tampak bahagia. "Apalagi para pelanggan itu mabuk karena baru saja selesai bermain game di Super Internet. Jadi mereka dimarahi karena mereka membicarakan tentang game dan mabuk di Paviliun Qingfeng dan Mingyue. Pada akhirnya mereka semua diusir."
Awalnya ada banyak pemain yang berbicara tentang game di Paviliun Qingfeng dan Mingyue. Tetapi sejak warnet Fang Qi mengeluarkan Haagen-Dazs dan Sprite, para pelanggan cenderung membandingkan dua hal itu dengan minuman keras serta snack di Paviliun Qingfeng dan Mingyue.
Terlepas dari peduli atau tidak, pemilik toko juga tidak senang saat mendengar para pelanggan terus-menerus membandingkan minuman keras, dan makanan ringan mewahnya dengan toko kecil yang dimiliki oleh warga sipil biasa.
Dan saat seseorang muntah di sepatunya, hal itu semakin menyulut emosinya.
"Ternyata masih ada kejadian seperti ini." Mata Pang Rulie tampak berbinar. "Ini pasti bantuan dari dewa untukku."
Ia akan memanfaatkan kejadian ini sebaik mungkin. Walaupun Paviliun Qingfeng dan Mingyue tidak jadi bekerjasama dengan Pang Rulie, tetapi kejadian itu cukup membuat Paviliun Qingfeng dan Mingyue membenci toko kecil Fang Qi.
Awalnya Pang Rulie berpikir ia akan melakukan yang terbaik selama Huo Chong bisa berdiri bersamanya di barisan depan, tetapi sepertinya ia salah.
Ia tak menyangka kalau situasinya menjadi lebih baik dari yang ia duga.
...
"Suasana hati yang buruk, minum-minuman, mabuk-mabukan, kamu benar-benar berakting dengan cukup bagus."
Di halamannya, Ji Wuyou bermain dengan cangkir perunggu berisi anggur di tangannya. Dan di cangkir winenya ada bayangan bulau yang tampak berkilau.
Ia selalu terlihat tenang karena dialah dalang dibalik semua ini, tanpa perlu mengotori tangannya.
Memang sebagian besar pelanggan di tempat Fang Qi menjadi sangat murung dan pergi ke Paviliun Qingfeng dan Mingyue untuk minum. Itu hal yang normal.
Wajar jika ada begitu banyak orang minum, lalu ada satu atau dua dari mereka mabuk dan berbuat ulah.
"Itu adalah hal yang mudah." Ujar seseorang yang ada di kegelepan.
Tentu saja itu bukanlah kebetulan. Seseorang mengambil keuntungan dari situasi tersebut.
"Selanjutnya, mereka pasti akan membuat keributan. Abaikan saja mereka, biar kita mengambil keuntungan dari situasi itu." Ujar Ji Wuyou seraya meneguk anggur di cangkirnya.
Ia sudah cukup menuangkan gas pada api.
...
"Hacih! Hacih!" Fang Qi meletakkan alat game VRnya dan bersin berulang kali.
"Siapa yang sedang membicarakanku?" Gumam Fang Qi seraya meregangkan tubuhnya. Sekarang sudah hampir jam tutup warnetnya.
Fang Qi berjalan ke meja resepsionis dan melihat loli kecil sedang membenamkan kepalanya di lengannya, lalu bersandar di atas meja.
Fang Qi mengetuk meja dan berkata. "Tak seharusnya kamu tidur di jam kerja, atau aku akan memotong gajimu."
Jiang Xiaoyue segera mengangkat kepalanya dan matanya berlinang air mata sambil memandangi Fang Qi dengan sebal. Saat itu wajahnya sudah basah karena menangis.
Fang Qi membeku lalu berkata, "Hei, itu kan hanya game dan kamu hanya menonton, tidak bermain. Kenapa kamu bisa menangis seperti ini?"
"Suatu hari aku akan memainkannya." Ujar Jiang Xiaoyue lalu cemberut.
"Kalau begitu kamu harus bekerja lebih giat lagi agar bisa menyenangkan Bosmu ini." Ujar Fang Qi lalu menunjuk ke warnet di seberang jalan. "Sekarang warnet kita sudah semakin besar, jadi kamu bersihkan warnet di seberang sana dan segera cuci mukamu."
Jiang Xiaoyue kehabisan kata-kata setelah mendengarnya.
"Apakah semua Bos sama liciknya denganmu?" Tanya Jiang Xiaoyue seraya berjalan ke warnet di seberang jalan. Rasanya sulit untuk bergaul dengan Fang Qi.
Setelah bermain game seharian, Fang Qi merasa sedikit lelah. Tetapi setelah pertempuran tadi, ia berlatih cukup lama dan telah menguasai banyak jurus. Hal itu membuat tubuhnya menjadi semakin kuat.
"Terbang di atas pedang." Fang Qi melihat langit di luar warnet. Langitnya sangat tinggi dan luas. Dan yang ia lihat itu hanyalah sebagian kecil dari dunia ini.
Pandangannya hanya bisa melihat sebagian kecil dari seluruh kota Jiuhua. Bahkan ia tidak tahu kalau kota Yanhai berada di samping kota Jiuhua. Ia mendengarnya dari Ye Xiaoye, yang lainnya juga bilang tentang Istana Taoist Liuyun, fraksi-fraksi di Laut Selatan, Jingshi hingga teman-teman yang lebih jauh lagi.
Pengetahuannya hanya sebatas prajurit di sekolah Lingyun dan keluarga besarnya.
Adapun tingkat dalam prajurit, tapi sampai sekarang ia juga tidak tahu tentang tingkat kultivasi milik Nalan Hongwu.
Fang Qi hanya mempunyai warnetnya yang berkembang secara bertahap.
Sekarang Fang Qi mulai mengerti mengapa orang-orang berpikiran 'dunia ini begitu luas, aku ingin melihatnya.'
Tetapi sekarang tidak ada gunanya berangan-angan seperti itu, karena ia harus memikirkan apa yang ada di depannya.
Sambil membersihkan warnetnya, Fang tahu betul apa yang harus ia lakukan.
Fang menguap berkali-kali dan kelopak matanya menjadi semakin berat. Ia pun bergumam pada dirinya sendiri. "Hmm, sudah waktunya aku tidur setelah berlatih seharian."