webnovel

Membunuh Andariel di Level 2?

Editor: Wave Literature

Pelanggan yang bermain game di warnet mulai berkurang secara perlahan saat malam sudah tiba.

Sementara itu, Jiang Xiaomei dan Fang Qi sedang menata kamar tidur.

"Pak, 2 tiket untuk menonton film Resident Evil." Teriak dua pemuda yang berpakaian prajurit.

[Misi: Menjual 50-100 tiket untuk Resident Evil Satu: Versi Film' (Selesai)]

[Hadiah misi: Diablo 2: VR Remake (Act 1), Diablo 2: VR Remake (Act 2)]

Fang Qi duduk di kursi komputernya dan membaca pengumuman dari sistem.

Mayoritas pemain game Resident adalah siswa-siswi Sekolah Lingyun dan beberapa prajurit. Akhir-akhir ini beberapa kultivator juga tertarik menonton film Resident Evil, karena ingin tahu apa itu 'film' yang menjadi topik hangat di tengah kota Jiuhua.

Misi penjualan 100 tiket nonton telah selesai, maka Fang Qi langsung mendapatkan hadiah berupa game Diablo II Act 2, sekaligus mendapatkan misi baru.

[Misi Baru: Menjual Diablo II Act I kepada 80 pelanggan]

[Progres misi: 28/80]

[Hadiah Misi: Diablo II: VR Remake (Act 3)]

Tapi sekarang Fang Qi sudah tidak punya waktu untuk bermain, karena harus membereskan kamarnya setelah atapanya selesai diperbaiki.

Sedangkan si loli kecil, Jiang Xiaoyue sudah tidur di kamar lain yang ada di lantai atas.

Di malam yang tenang ini, Fang Qi melanjutkan kultivasinya di atas kasur dengan tenang.

Malam itu menjadi malam yang damai bagi Fang Qi, tetapi tidak dengan yang lain.

An Cheng misalnya, ia dipaksa An Huwei untuk mengobrol tentang Diablo semalaman.

"Cheng, bagaimana caranya agar Ayah memberitahuku caranya pergi ke Tristram?" Tanya An Huwei yang merasa penasaran. "Katanya aku harus menemukan semacam pohon apalah."

"Apakah kamu punya barang bagus? Kalau ada, berikan beberapa untuk Ayah yang sekarang sudah level 4. Bagaimana kalau besok Ayah pergi menjelajahi Inner Cloister bersama kalian?!"

"Siapa yang mengajak Ayahku main game ini? Yang benar saja, sudah bermain seharian, tapi masih level 4?" Ujar An Cheng sambil menutup muka karena malu.

"Oh ya, Ayah juga mengajak Paman Ouyang dan Paman Bu untuk ikut main bersama kita besok."

Ucapan tersebut membuat An Cheng terdiam.

Di waktu bersamaan, di Paviliun Api Biru.

"Paman, apakah paman masih membuat artefak spiritual?" Tanya seorang gadis yang bertemu dengan Li Haoran yang baru saja keluar dari ruang pembuatan artefak spiritual.

"Iya, hari ini aku bersemangat untuk membuatnya." Li Haoran kemudian bertanya, "Apakah kemarin ada yang membeli artefak spiritual yang ku buat?"

"Hmm… sepertinya... ada satu yang terjual." Jawab gadis itu setelah membeku sejenak.

"Baiklah." Balas Li Haoran sambil menganggukkan kepala, lalu mengambil beberapa material dan kembali melanjutkan pekerjaannya.

Sebenarnya ia tidak bisa tidur karena khawatir.

"Apa latar belakang dari toko kecil itu?" Tanya Nalan Ji yang sedang memegang cangkir berhias batu giok sambil memandangi kota Jiuhua.

"Haruskah aku... mengirim lebih banyak orang?"

"Tidak perlu." Cegah Nalan Ji sambil meremas cangkir yang ada di tanggannya, hingga hancur berkeping-keping. "Kalian semua tidak berguna! Buat apa mengirim lebih banyak orang?!"

"Biar aku sendiri yang memeriksanya, lalu baru kita putuskan apa yang harus kita lakukan selanjutnya."

"Baik." Jawab seorang kultivator berjubah hitam.

"Oh ya!" Panggil Nalan Ji sebelum kultivator berjubah hitam tersebut menjauh. "Beri tahu Master Wu dan Master pedang Yu untuk menunggu perintahku!" Perintahnya.

"Apakah kita benar-benar perlu bertarung seperti ini?" Tanya kultivator berjubah hitam tersebut.

"Pernahkah kamu berpikir, mengapa pemilik sebuah toko kecil yang tidak memiliki latar belakang yang bagus, bisa tidak punya rasa takut dan begitu sombong?" Ujar Nalan Ji dengan suara rendah.

"Aku curiga kalau toko itu ada hubungannya dengan Adik perempuanku. Kalau benar seperti itu, aku mungkin tidak akan bisa membunuhnya."

"Kamu benar, Tuan Muda." Balas kultivator pria berjubah hitam sambil tertawa jahat.

...

Keesokan harinya, Fang Qi melihat pria paruh baya yang tampan dan mengenakan jubah sutra berwarna hitam, berjalan masuk saat Fang Qi baru saja membuka warnetnya..

"Pagi sekali." Ujar Fang Qi yang sedikit bingung karena langsung mendapatkan pelanggan, tetapi ia tetap menyuruh Jiang Xiaoyue untuk menyambutnya.

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" Tanya Jiang Xiaoyue yang meniru apa yang telah diajarkan oleh Fang Qi, sambil menunjuk papan tulis kecil. "Toko kami menyediakan beberapa game."

"Diablo 2?" Nalan Ji membaca tulisan yang ada di papan tulis kecil. "Resident Evil... Satu?"

"Sprite?" Nalan Ji menarik nafasnya dalam lalu menyeringai. 'Adikku benar-benar bersusah payah menciptakan kode-kode rahasia seperti ini.' Batinnya.

"Aku akan memilih game yang paling mahal." Ujar Nalan Ji yang merasa dari kalangan atas.

"Diablo 2 Act 2." Ujarnya sombong.

"Maaf," sela Fang Qi. "Anda harus melewati Act 1 dulu untuk bisa memainkan Act 2." Ujarnya dengan ekspresi wajah yang terlihat datar.

"Hmm..." Nalan Ji membeku dan segera berkata, "Kalau begitu aku akan bermain Act 1."

Nalan Ji tidak peduli dengan apa itu Diablo, yang ia inginkan hanyalah mencari tahu lebih banyak tentang tempat ini.

Setelah Fang Qi menjelaskan permainannya, Nalan Ji langsung memainkan gamenya.

"Apa ini?!" Pekik Nalan Ji saat masuk ke dalam dunia game yang terlihat begitu nyata, bahkan ia bisa mengendalikan karakter yang bukan dirinya sendiri dengan bebas. Hal ini membuatnya benar-benar terkejut.

"Ini adalah game." Ujar Fang Qi sambil memandangnya dengan tatapan sinis. "Apakah Anda benar-benar datang ke sini untuk bermain game?"

"Hmm...." Nalan Ji tidak tahu harus berkata apa, jadi ia hanya mengangguk. "Iya, aku datang untuk bermain game."

Agar tidak ketahuan, Nalan Ji melanjutkan permainannya dengan canggung. Ia memilih karakter kelas Assassin, lalu melirik misinya kemudian mengambil pedang dan tameng. Setelah itu ia pergi ke Rogue Encampment.

Ia kemudian mengayunkan pedangnya dan memotong zombie itu menjadi dua. "Ini game kan? Kenapa bisa begitu nyata?" Tanya Nalan Ji setelah menarik nafas dalam.

Ia merasa kecanduan dan ingin membunuh lebih banyak monster.

"Hm… rupanya game ini sangat menarik." Ujarnya sambil menggosok dagunya.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Ia kemudian membuka daftar panel misinya. "Membunuh semua monster di Den of Evil untuk mendapatkan kepercayaan dari para pemimpin Rogue Encampment."

"Den of Evil? Coba ku lihat."

"Apakah aku baru saja naik level?"

"Untuk apa ini? Pohon skill? Dragon Talon? Tiger Strike?"

(Dragon Talon dan Tiger Strike adalah nama skill/keterampilan yang dimiliki oleh karakter kelas Assassin)

"Aku akan memiliki Dragon Talon!"

"Apakah ini adalah game yang dibicarakan oleh pemilik tempat ini?" Tanyanya sambil melepas alat game VR-nya, dan melihat ke sekelilingnya.

Ia lalu memutar kepalanya dan tiba-tiba melihat wajah-wajah yang ia kenali, hingga tubuhnya merinding seketika.

"Ka... Kakek?! Tetua Fu?!"

"Pak, berikan kami dua botol Sprite."

Nalan Hongwu melihat ke sekeliling sambil membuka game Diablo-nya. "Apakah An Cheng dan lainnya belum datang?"

"Kakek juga bermain game ini?" Tanya Nalan Ji yang terlihat terkejut saat menemukan kakeknya di sini.

"Apa yang terjadi pada mereka?" Keluh Nalan Hongwu. "Aku menunggu mereka untuk bermain bersama satu tim, agar bisa membunuh Andariel. Aku tidak percaya mereka mereka masih belum datang."

"Bermain bersama? Satu tim?" Nalan Ji tiba-tiba teringat dengan perkataan Fang Qi, kalau game ini memiliki multiplayer mode1.

"Kakek, bisakah aku bergabung bersama dengan tim mu?" Teriak Nalan Ji dengan penuh semangat.

"Ji?" Nalan Hongwu lalu tertawa keras. "Kapan kamu mulai bermain di sini?"

"Wow! Apakah hari ini suasana hati Kakek sedang baik? Aku tidak percaya Kakek bisa tertawa." Ujar Nalan Ji yang menjadi lebih bersemangat. "Hari ini adalah hari keberuntunganku."

Nalan Ji langsung menjawab, "Aku baru saja mulai bermain dan aku memainkan Assassin. Aku sudah membunuh setengah dari monster yang ada di Den of Evil."

"Oh?" Nalan Hongwu ingin mencari rekan tim baru karena An Cheng dan teman-temannya belum datang. 'Mencari dua rekan tim lagi bukan hal yang buruk, apalagi belum pernah ada yang memainkan Assassin. Apakah Assassin sekuat itu?' Pikir Nalan Hongwu.

"Level berapa? Apa saja perlengkapanmu?"

Kemudian Nalan Hongwu melirik ke arah layar Nalan Ji, dan ekspresinya langsung berubah menjadi seram, lalu memukul kepala Nalan Ji.

"Kamu baru level dua, tapi sudah ingin membunuh Andariel bersamaku? Dasar tidak tahu diri!"

Sementara itu, di sebuah bar yang ada di dekat warnet, ada seorang kultivator berjubah hitam yang sedang duduk bersama dengan beberapa pria berpakaian aneh. Lalu ia bergumam pada dirinya sendiri, "Aneh... kenapa aku masih belum mendapatkan informasi apapun?"

Próximo capítulo