webnovel

Aku Tidak Mengerti Soal Pacaran

Editor: Wave Literature

Kereta cepat untuk pulang, dijadwalkan untuk berjalan besok, sehingga Luzhou harus tinggal di Shanghai selama satu malam.

Ia datang kemari hanya untuk mengurus visa, dan ia sudah selesai, sehingga ia harus menganggur. Akhirnya, ia memutuskan untuk naik kereta dan pergi ke Lujiazui sendirian.

Di sana, terdapat pantai bernama Lu Shen, nama tersebut diambil dari lulusan Akademi Hanlin pada masa Dinasti Ming. Bisa dibilang, daerah itu adalah salah satu daerah paling elit di seluruh negara.

Luzhou bertanya-tanya sembari berjalan di tepi air. Mungkin saja si Lushen, pria tua itu, adalah salah satu kakek moyangnya.

Mungkin suatu hari nanti ayahnya akan mencarinya dan berkata, "Nak, kita punya rumah di Zhang Zuchuan, tempat yang ada di Lujiazui itu, tapi ayah tidak pernah bilang karena ayah takut kamu akan mengabaikan pendidikan-mu." atau bagaimana…

Yah, itu tidak mungkin sekali.

Dia harus bergantung pada dirinya sendiri!

Ia sampai di sebuah gerai KFC dan duduk di sana untuk makan malam. Melihat bahwa pemandangan di luar sana sangat indah, ia mengambil foto Oriental Pearl Tower dan mengirimkan foto itu kepada teman-temannya, bukti bahwa ia benar-benar pergi ke Shanghai.

Saat ia meletakkan telepon dan bersiap-siap memesan, tiba-tiba telepon genggam-nya bergetar.

Luzhou mengambil telepon-nya, dan layar menampilkan nama Han Mengqi pada notifikasi WeChat.

Ia bingung mengapa gadis itu menghubunginya, ia lalu membuka layar dan membaca pesan tersebut.

Han Mengqi: [Apa kamu di Shanghai sekarang??]

Luzhou: [Iya.]

Han Mengqi: [Aku juga di Shanghai sekarang! Kapan kamu akan kembali?]

Setelah masa liburan selesai, gadis itu akan pergi dan tinggal di rumah ayahnya. Sementara itu, gugatan cerai dalam keluarga mereka juga belum selesai.

Sulit menjadi anak yang tinggal dalam keluarga broken home…

Luzhou menghela nafas dan menjawab.

[Besok.]

Han Mengqi: [Besok, ya… Kenapa tidak tinggal di sini beberapa hari? Untuk bermain-main, mungkin?]

Luzhou: [Aku masih harus menyiapkan konferensi matematika di Princeton setelah kembali, jadi aku tidak punya waktu. Ditambah lagi, menurutku kota ini membosankan.]

Han Mengqi: [Tunggu sebentar…]

Tunggu sebentar?

Luzhou terdiam, tidak mengerti apa yang akan dilakukan gadis itu.

Setelah menunggu sekitar 10 menit, tiba-tiba pintu terbuka, dan seorang gadis berjalan langsung ke tempatnya duduk dan tersenyum senang.

"Ha? Kamu tidak terkejut? Bukankah ini mengejutkan?"

Gadis itu mengenakan jaket windbreaker warna coklat dan syal warna merah, kombinasi pakaian yang sangat cocok. Syal berbulu gadis itu tampak berayun-ayun, seperti ekor kuda.

Sebenarnya, inilah kali pertama Luzhou melihat gadis itu mengenakan pakaian normal, karena saat mereka bertemu untuk belajar, gadis itu biasanya mengenakan seragam atau piyama.

"Agak terkejut, sih… Kebetulan sekali, apa kamu sedang berbelanja di sini?" Ujar Luzhou.

Han Mengqi tampak cemberut karena merasa sedikit sebal, "Kebetulan, ya? Jadi ini alasan mengapa saudaraku bilang kamu tidak tahu cara bicara dengan wanita. Aku tidak berbelanja, rumahku ada di dekat sini."

Jadi, bagian mananya yang mengejutkan dalam kejadian ini?

Tunggu, jadi… Gadis ini sedang pamer harta?

Luzhou hanya diam, tidak tahu harus berkata apa.

Awalnya, ia merasa kasihan kepada gadis dengan keluarga yang retak ini, namun sekarang tidak.

Han Mengqi berdehem, "Jelas saja membosankan, kamu kemari sendirian… Kamu sudah banyak membantuku dalam belajar, jadi aku akan mengantarmu jalan-jalan. Ayo, mau ke mana? Kutemani saja, daripada hanya ditemani dinginnya malam."

"Tidak perlu, terima kasih. Aku sudah mengunjungi berbagai tempat, dan sebentar lagi aku mau kembali ke hotel." Ucap Luzhou.

"Ah, kamu sudah jalan-jalan…" Han Mengqi terdiam, "apa kamu tidak ingin beli-beli?"

"Barang-barang di Jinling lebih murah." Jawab Luzhou, lalu bertanya, "apa kamu sudah makan?"

"Belum." Han Mengqi menggeleng, "aku baru saja keluar untuk beli makanan."

Kenapa orang-orang kaya ini tidak meminta tolong pesuruh mereka saja? Bukankah mereka itu kaya karena mereka maniak kerja, ya?

Luzhou menghela nafas, "Jangan sering-sering makan makanan dari luar, kalau tidak ada yang memasakkan, belajarlah masak sendiri. Tidak sulit, kok… Kalau begitu, mari kita makan bersama. Kamu mau makan apa?"

"Benarkah?" Mata Han Mengqi tampak berbinar, "kalau begitu, aku mau burger paha atas!"

"Oke, tunggu sebentar." Luzhou berdiri dan berjalan ke meja kasir.

Tidak lama kemudian, ia kembali membawa dua bungkusan.

Han Mengqi duduk di depan Luzhou, dan memakan burger-nya sembari berbincang-bincang.

"Ah, kamu tahu tidak, saudariku mau masuk ke Yanjing."

"Iya, aku sudah mendengar kabar itu. Memangnya ada apa?"

Han Mengqi berkata, "Tidakkah kamu seharusnya berusaha menghentikannya? Sebentar lagi dia pasti mau ke luar negeri untuk belajar."

Luzhou memandang gadis itu, "Kenapa harus dihentikan?"

"Karena…" Gadis itu menggigit bibirnya dan berbisik, "Kamu masih belum menjadi pacarnya."

"???" Luzhou tampak bingung mendengarnya.

Maksudnya…?

"Kamu ini terlalu banyak nonton TV!" Luzhou menggulung kertas KFC yang ada di nampan, dan memukul perlahan kepala gadis itu, "apa tidak bisa seorang wanita dan seorang pria berteman biasa saja, tanpa ada maksud tersembunyi?"

Luzhou sudah sering menggunakan buku atau kertas untuk memukul pelan kepala gadis itu, sehingga gadis itu tidak merasa kesakitan. Bahkan, Han Mengqi hanya terdiam karena tidak tahu harus mengatakan apa.

"Ah maaf… Aku salah paham, maafkan aku…"

Walaupun gadis ini terkadang sedikit menyebalkan, ia masih mau meminta maaf dengan tulus saat melakukan kesalahan.

Itulah salah satu sisi baik gadis itu, selain kemauannya untuk membela apa yang benar.

"Mari kita bicara dengan kakakmu." Luzhou memutar matanya, meletakkan gulungan kertas KFC itu, dan memakan burger-nya.

Memang dasar, anak-anak jaman sekarang.

Pikiran mereka semakin kotor saja.

"Hei." Ujar Han Mengqi.

"Ada apa?" Balas Luzhou.

Han Mengqi memandang Luzhou, seakan-akan berusaha memilah perkataan, dan akhirnya berkata, "Kalau dipikir-pikir, aku sering melihatmu sendirian."

"Ha?"

"Sosok yang dikenal sebagai mahasiswa teladan, sosok-sosok seperti di anime yang bisa segalanya." Han Mengqi menggerak-gerakkan tangannya seperti orang yang menunjukkan otot, "orang seperti itu biasanya hanya butuh pasangan, dan mereka akan langsung jadi jinak…"

Sembari berbicara, gadis itu memandang gulungan yang masih ada di meja, dan segera membuangnya ke tempat sampah. Ia kemudian berbisik, seraya memandang Luzhou yang berusaha menghindari lemparan kertas tersebut.

"Tapi kamu ini tetap saja kaku seperti robot!"

"..." Luzhou terdiam mendengar ucapan gadis tersebut.

… Antiklimaks sekali rasanya.

Luzhou menghela nafas, "Aku tidak tahu soal pacaran."

...

Setelah makan, Luzhou dan gadis itu berjalan-jalan di tepi sungai. Kemudian, ia mengantar gadis itu pulang dan kembali sendirian ke hotel.

Ia segera mandi dan berbaring di kasur. Saat ia akan tertidur, tiba-tiba telepon genggam-nya bergetar.

Saat melihat layar, nama Chen Yushan terpampang jelas.

Chen Yushan: [Visa-nya sudah diproses?]

Luzhou: [Sudah.]

Chen Yushan: [Safe flight ke Princeton, ya. Bekerja keraslah, kamu adalah matematikawan masa depan! Semangat!]

Luzhou tersenyum dan mengetik balasan: [Hahaha, masuk ke dalam pesawat pun belum.]

Lagi pula, ia tidak tahu siapa yang akan menang. Ia tidak pergi ke Princeton untuk berlomba.

Chen Yushan: [Yah, kan lebih baik duluan daripada terlambat. Apa kamu langsung ke Princeton saat visa keluar? Kamu dijadwalkan ke sana awal Februari, kan? Keluargaku sebentar lagi mau berlibur ke Italia…]

[Ah, sebaiknya kita tidak berlama-lama, jangan tidur terlalu malam. Selamat tidur!]

Luzhou: [Selamat tidur.]

Pemuda itu meletakkan telepon genggam-nya di meja sebelah tempat tidur, dan memandang keluar jendela.

Sembari mendengarkan suara mesin-mesin mobil dari jalanan, ia menguap lalu menutup mata, dan akhirnya tertidur.

Próximo capítulo