Mereka nampaknya perlu untuk mengesampingkan kedua urusan masa-lalu mereka sejenak karena dia juga masih berada di sana.
Baru saja sekali berdeham dan akan melakukan protes, seseorang telah menghalangnya.
"Apa yang sedang kau lakukan di sini?" tanya sebuah suara yang langsung membuat tidak hanya Daddy tapi juga Haikal dan Monica menoleh ke arahnya.
Daddy dan Haikal menatap pria itu dengan bingung. Sementara Monica justru menatapnya dengan terkejut.
Ia tidak tahu kebetulan macam apa yang sedang menghampirinya sekarang. Jika bukan karena ini adalah kali keempatnya ia telah bertemu dengan laki-laki itu, Monica tidak akan mungkin bisa mengenali wajah pria itu saat ini.
Dengan nada yang cukup sinis, Monica balik bertanya.
"Aku yang seharusnya bertanya. Apa yang sedang kau lakukan di sini?" tanya Monica pada Bryan, yang tanpa bisa ia duga ternyata juga berada di restoran ini.
Begitu Monica melihat Bryan datang bersama dengan seorang pria lain yang diduganya adalah seorang sekretaris atau mungkin bawahannya, Monica sepertinya bisa menduga apa yang dilakukan Bryan di restoran ini.
Bryan pasti datang kemari karena ada urusan pekerjaan. Dan benar saja. Pria itu menjawab persis seperti apa yang dipikirkannya
"Aku baru saja selesai melakukan meeting dengan seorang klien di lantai atas. Dan begitu aku turun, aku melihatmu," jawab Bryan sekenanya dengan melirik sedikit ke arah Haikal.
Ia kemudian menatap Monica.
"Apa yang sedang kalian berdua bicarakan? Siapa dia?" tanyanya sambil menunjuk Haikal.
Entah bagaimana ceritanya, Monica merasa pertanyaan itu terdengar cukup sinis di telinganya. Dan sebelum ia sempat menjawab, Daddy sudah menyelak.
"Aku yang seharusnya bertanya. Kau ini siapa? Dan kenapa kau datang-datang malah banyak bertanya?" seru Daddy tidak senang.
Kemudian beralih menatap putrinya dengan kesal, "Monica.. Kau kenal dengannya? Siapa laki-laki ini?"
Daddy terlihat jelas sama sekali tidak merasa senang dengan kehadiran pria ke empat yang tidak diundangnya itu di perjamuannya.
Mengenali pria itu yang berbicara itu sebagai Bramasta yang adalah ayah dari Monica, Bryan spontan bersikap sopan.
"Anda pasti adalah ayah Monica. Perkenalkan. Nama saya Bryan Ardiora. Mungkin Anda pernah mendengar nama saya dari Tuan Hendra. Tapi jika masih belum, Anda bisa menanyakannya langsung pada putri Anda," seru Bryan memperkenalkan diri.
Bramasta melirik Monica sekilas, kemudian ia menatap kembali pria yang baru saja muncul itu.
Namanya jelas tidak asing. Bukankah itu nama pria yang disebutkan oleh ayahnya akan ia jodohkan dengan Monica? Laki-laki yang katanya paling cocok dan paling bisa bersanding dengan keluarga besar Anggoro?
Bramasta mulai mengamati dan menilai penampilan Bryan dari atas hingga ke bawah.
Tidak buruk. Tapi juga tidak baik.
Karena ia juga telah memiliki calon yang terbaik untuk putrinya sendiri sekarang.
"Lebih baik kita duduk dan membicarakan ini dengan lebih tenang," seru Daddy yang mencoba bersikap bijak dengan meminta semua orang untuk mengikutinya.
Ketika melihat Daddy telah mengambil posisi duduk, Monica langsung mengikutinya duduk di sebelah Daddy. Sementara Haikal yang mencoba berdamai dengan situasi yang ada mengambil temlat duduk tepat di seberang Daddy.
Dan Bryan, setelah menyuruh sekretarisnya menunggu di luar, ia mengambil tempat duduk yang kosong yang ada di depan Monica.
Alhasil, kini keempatnya telah duduk bersama dalam satu meja persegi yang cantik.
Untuk beberapa saat, tidak ada seorangpun yang berniat memulai pembicaraan. Semua sibuk berkutat dengan pikiran mereka masing-masing. Begitu pula dengan Monica.
Ia sama sekali tidak ada niatan untuk memulai pembicaraan apapun, karena ia sendiri juga tidak tahu bagaimana tepatnya ia harus merespon.
Segalanya terjadi dengan begitu cepat dan tidak terduga. Bahkan hingga detik ini, Monica masih belum mempercayai keberadaan Haikal yang adalah pilihan Daddy-nya.
Itu jelas diluar ekspetasinya.
Dan sebagai tambahan...
Setelah Bryan melihat pertemuan mereka hari ini, Monica tidak bisa menebak apa yang mungkin akan dikatakan pria itu tentangnya. Atau mungkin lebih tepatnya, tentang keluarganya.
Jika saja hanya satu orang pria yang dijodohkan untuknya, Monica pasti tidak akan mungkin menanggung malu yang sebesar ini.
Bagus jika setelah ini Bryan hanya memilih untuk membatalkan saja perjodohannya dengan mudah dan tanpa masalah, seperti yang sudah sangat diharapkannya selama ini.
Tapi bagaimana jika pria itu malah sampai menertawakannya, atau bahkan merendahkannya habis-habisan, karena berpikir ia telah membuat sebuah perjodohan seperti sebuah permainan?
Tidak!! Itu jelas mimpi buruk!!
Tapi, sudahlah! Tidak perlu memikirkan hal yang tidak penting. Yang terpenting sekarang adalah pembicaraan ini harus segera berakhir dan tidak berlarut-larut.
Monica muak jika harus terus membicarakan hal-hal yang tidak disukainya. Karena itu, ketika awalnya ia akan memulai pembicaraan di antara mereka, Haikal justru lebih dulu mendahuluinya.
Haikal memulai pembicaraan yang mengejutkan semua orang.
"Aku akan menerima perjodohan ini," serunya yakin dan lantang.
"Apa?" Monica merespon dengan cepat dan tidak percaya.
"Apa yang baru saja kau katakan?" tanyanya sekali lagi dengan mata terbelalak.
"Aku bilang, aku menyetujui perjodohan ini," ulang Haikal dengan tanpa mengurangi sedikitpun keterkejutan Monica.
Jika Monica menatapnya dengan terkejut dan tidak percaya. Daddy justru menatapnya dengan senang dan bangga. Sementara Bryan malah menatap dengan bingung.
"Bagus sekali kau mengatakan itu! Aku sudah menduga bahwa kau pasti akan langsung menyukai putriku, begitu kau melihatnya," pujian Daddy yang langsung mendapatkan pelototan tajam dari Monica. Daddy spontan terdiam dan mengalihkan pandangannya.
Monica lalu menatap Haikal dengan ekspresi mengurui.
"Haikal, tolong jangan bercanda dalam situasi seperti ini!" tegur Monica yang berpikiran bahwa Haikal mengatakan kesetujuannya soal perjodohan, hanya untuk basa-basi atau mencairkan suasana.
Jika pria itu ingin membuat lelucon, apalagi di situasi yang sepenting ini, pria itu jelas mencari mati.
"Aku tidak sedang bercanda. Aku benar-benar serius. Sangat serius malah," sangkal sekaligus pembenaran Haikal yang berusaha mematahkan seluruh argumen Monica.
Monica memang tidak menemukan sedikitpun tanda lelucon di wajah Haikal. Tapi kata-kata Haikal justru semakin membuat Monica merasa ngeri.
"Jujur, awalnya aku memang datang kemari hanya untuk menghargai niat baik Tuan Bramasta. Aku bermaksud datang untuk menolak perjodohan ini secara langsung dan baik. Tapi.. setelah aku melihatmu dan tahu bahwa kau adalah calon yang akan dijodohkan untukku, aku merubah keputusanku itu. Aku ingin, aku yang menjadi tunanganmu jika itu diizinkan."
Monica tidak percaya dengan apa yang dikatakan Haikal.
Jadi dia serius dengan ucapannya?
"Haikal..."
"Aku tidak pernah membuat keputusan yang akan aku sesali. Sekalinya pernah, itu adalah saat aku kehilangan kontak denganmu untuk waktu yang cukup lama. Karenanya setelah akhirnya kita bisa dipertemukan kembali oleh takdir, aku tentu tidak akan melewatkan kesempatan ini lagi," tambah Haikal yang sukses membuat Monica tidak bisa berkata-kata.
***