Monica dengan cepat menjawab.
"Aku hanya tidak ingin membebanimu, Dad. Aku yakin kau sudah sangat sibuk di sana. Karena itu aku tidak ingin menambahkan masalahmu dengan masalah ini," serunya dengan ragu.
Daddy menatapnya tidak setuju, "Tapi tetap saja kau harus mengatakan masalah yang sangat penting ini pada kami. Tidak hanya Daddy. Tapi juga Mommy-mu."
Monica terbelalak.
"Mommy juga sudah tahu tentang masalah ini?" tanya Monica panik.
Ia tahu bagaimana sifat Mommy-nya. Mommy pasti akan heboh begitu ia tahu tentang masalah ini.
"Tentu saja Mommy-mu juga sudah tahu tentang masalah pertunanganmu yang diatur oleh Kakek secara sepihak ini. Jika tidak, Mommy-mu tidak mungkin akan memesan tiket penerbangan tercepat kemari. Sayangnya, karena ada sedikit kendala, pesawat yang akan ditumpangi Mommy-mu mengalami keterlambatan penerbangan, sehingga mungkin Mommy-mu baru akan sampai di bandara nanti siang," terang Daddy yang langsung membuat Monica menepuk keningnya.
Monica belum siap menghadapi kegemparan yang akan dilakukan Mommy-nya. Seketika tubuhnya menjadi lemas.
"Kalian pikir dengan kalian berdua pulang bersama ke rumah dan membujukku, maka aku akan merubah keputusanku?" suara Kakek yang mendadak, membuat tak hanya Daddy yang menoleh, tapi juga Monica.
Hampir saja Monica melupakan kehadiran Kakeknya yang sejak awal memang sudah ada di sana karena sedari tadi Kakek belum mengatakan apapun semenjak Monica masuk. Padahal dari pagi Monica sudah berencana untuk tidak bertemu muka Kakek. Tapi, begitu ia mendengar suara Daddy, tanpa sadar kakinya langsung melangkah begitu saja kemari.
"Aku tidak akan merubah keputusanku untuk menjodohkan Monica dengan Bryan. Dia adalah laki-laki terbaik yang telah aku pilih untuk cucuku. Karena itu kalian tidak bisa memaksaku untuk merubahnya," lanjut Kakek dengan dingin. Monica bisa melihat kilatan cahaya di balik mata Kakek yang terus menatap ke arah Daddy dengan tanpa berkedip.
Daddy bergerak maju menghadang Kakek, "Dia putriku. Ayah jelas tidak bisa memaksakan kehendak sepihak ayah padanya. Aku menentang dengan keras keputusan ayah untuk menjodohkannya dengan laki-laki itu. Aku tidak peduli seberapa sempurna dia di mata ayah, tapi Monica adalah putriku. Hanya Aku yang berhak memilihkan laki-laki terbaik untuknya. Bukan ayah."
Seulas senyum mengejek terbentang di antara dua pipi Kakek yang memang sengaja ia sunggingkan. Kakek menatap Daddy dengan pandangan tajam.
"Dengan kau menjodohkannya pada anak laki-laki pilihanmu?!" seru Kakek dengan penuh pergolakan antara ingin memberikan hadiah istimewa untuk putranya itu, atau menghajar putranya itu dengan tongkat besi.
Monica merespon ucapan Kakek itu dengan penuh minat.
Sepertinya hanya dia yang belum mengerti situasi apa yang sedang terjadi di antara keduanya? Atau mungkin lebih tepatnya di antara mereka bertiga? Monica menatap Kakek dan Daddy secara bergantian. Ia bisa melihat sikap arogansi Kakek yang sengaja ia perlihatkan.
"Kau pikir Daddy-mu itu sedang berada dipihakmu untuk melawanku?" tanya Kakek dengan nada mengejek pada cucunya, "Ya. Dia memang sedang berada dalam posisi untuk melawanku, tapi dia tidak sedang berada posisi untuk memihakmu. Daddy-mu, Bramasta... jelas berada di jalan yang berseberangan denganmu seperti Kakek. Apa kau mengerti?"
"Apa?"
Monica tidak bisa mencerna satupun ucapan Kakek padanya. Rasanya, Kakek tidak sedang mengunakan bahasa yang bisa ia mengerti. Monica berganti menatap Daddy-nya untuk meminta penjelasan dari maksud kata-kata Kakek. Tapi Daddy justru memalingkan wajahnya.
Monica kembali menatap Kakek dengan penuh tanya.
"Apa sebenarnya maksud Kakek?" tanya Monica dingin.
"Tidak hanya Kakek, tapi juga Daddy-mu dan Mommy-mu. Mereka telah menjodohkamu dengan laki-laki pilihan mereka masing-masing," jawab Kakek langsung tanpa jeda, yang seketika itu langsung membuat Monica merasakan sambaran petir di pagi hari padahal saat itu sedang tidak turun hujan.
Monica berganti menatap Daddy-nya, "Daddy, Apa itu benar? Itu tidak benar 'kan, Dad? Apa sebenarnya yang dimaksudkan Kakek? Aku benar-benar tidak mengerti. Daddy... tolong jelaskan sesuatu!!"
Monica mulai kehilangan kesabaran. Ia tahu tidak pantas jika ia berteriak pada orang yang lebih tua darinya. Tapi ini jelas adalah masalah yang serius. Tapi kenapa Daddy masih saja diam dan tidak menjelaskan apapun.
Daddy terlihat gelisah. Ia merasa belum saatnya bagi dia untuk memberitahukan Monica tentang apa yang telah ia persiapkan. Monica pasti akan sangat terkejut dan tentunya.. tidak mau menerimanya.
"Monic, dengarkan Daddy baik-baik. Aku tahu ini akan sangat mengejutkanmu. Tapi Daddy sudah mempunyai calon sendiri untukmu."
"Apa?" Monica kembali menatap Daddy tidak percaya.
"Dia adalah seorang dokter tulang handal yang Daddy temui di Kolombia saat Daddy akan memeriksakan kondisi kesehatan Daddy di sana. Kebetulan dia adalah orang Indonesia juga. Dia tampan, baik dan juga sopan. Daddy yakin kau akan cepat menyukainya begitu kau sudah bertemu dengannya," tutur Daddy dengan panjang lebar tentang bagaimana calon yang ia pilih tanpa mempedulikan ekspresi tidak percaya Monica.
Monica memejamkan matanya sejenak. Mencoba mencerna setiap alur cerita yang disusun Daddy-nya. Apa keduanya sedang membuat lawakan? Sekarang Daddy juga telah mempersiapkan calon untuknya??
"Dan satu hal lagi,"
Daddy menatap putrinya itu dengan ragu-ragu. Ia takut putrinya akan mengalami serangan jantung mendadak begitu ia mengatakan hal berikutnya. Karena itu, ia mulai mencoba membuat semua ucapannya itu diucapkan perlahan.
Monica menatapnya kesal, "Masih ada lagi?"
"Ehm.. tidak hanya Kakek dan Daddy-mu yang sudah mempersiapkan calon untukmu. Tapi, Mommy-mu, dia juga sudah mempersiapkan seorang calon pria untuk dipasangkan denganmu. Daddy tidak tahu siapa orang itu. Tapi tentunya kau mengertikan situasi yang sedang terjadi sekarang ini dengan lebih baik bukan? Kau tidak hanya akan punya satu atau dua calon tunangan. Tapi tiga. Satu dari pihak Kakekmu, satu lagi dari pihak Daddy, dan yang terakhir dari pihak Mommy-mu."
"APA??? Are you kidding me??" teriak Monica histeris.
"NO, I'm very serious, Honey. Sangat-sangat serius. Untukmu kami tidak pernah main-main," balas Daddy dengan penuh keyakinan.
Monica terkulai lemas di tempat.
"Daddy.. kau jelas tidak bisa melakukan ini padaku. Kau tahu dengan jelas bagaimana aku sama sekali tidak pernah suka jika ada seseorang yang mencoba mengaturku. Sekalipun kalian adalah keluargaku, kalian sama sekali tidak bisa memaksaku untuk menyetujui ide gila kalian ini. Masalahku dengan Kakek saja sudah hampir membuat kepalaku pecah. Dan sekarang, kalian ingin menambahkannya?" Monica benar-benar takjub dengan apa yang baru saja didengarnya.
Logika macam apa ini? Kenapa keluarganya bisa begitu kompak dalam menemukan pemikiran sama yang tak mendasar seperti itu? Apa mereka terlalu banyak menonton drama?
"Monic, Daddy tahu kau pasti sulit untuk menerima ini semua," seru Daddy yang membuat Monica langsung memotongnya.
***