"Mau begadang bersama..."ajak Reno yang disambut diam oleh Lina.
Lina sebenarnya mendengar apa yang dikatakan Reno tapi dia belum sepenuhnya sadar akan apa yang sudah Reno lakukan tadi. Perlahan Lina menyentuh lehernya yang tadi Reno cium mungkin lebih tepatnya digigit.
"Aku berhak untuk melakukan itu bukan. Kita ini suami istri jadi aku tak salahkan melakukan itu bahkan lebih..."Reno berkata seraya menempatkan kepalanya diceruk leher yang berbeda.
Lina yang mendengar kata istri dari Reno membuat sesuatu yang ada didalam dirinya merasa senang ditengah keraguan yang masih ia punya. Entahlah banyak hal yang Lina pikiran untuk bisa benar benar menerima jika Reno yang sekarang berbeda dari Reno yang dulu.
"Jika kamu masih menyentuhnya akan aku tambah satu lagi disisi sebelah sini..."protes Reno yang tak suka melihat Lina yang seakan lupa dia itu suaminya dan berhak untuk melakukan itu.
"Akh tadi kakak bicara apa..."Lina yang mendengar itu repleks melepaskan tangannya dan beralih menuju tangan Reno yang melingkar diperutnya.
"Mau begadang bersama..."ajak Reno sekali lagi.
"Sungguh bukankah saat ini kita juga sedang begadang..."Lina mencoba mengingatkan Reno jika ini sudah hampir tengah malam.
"Bukan begadang seperti ini yang aku mau..."Reno kembali mendaratkan bibirnya dipipi Lina.
Dan kedua hal itu sukses membuat tubuh Lina seketika terasa tegang apalagi kata kata yang dikatakan Reno terdengar sedikit mengusik sesuatu didalam diri Lina yang seakan menantikan apa yang akan dilakukan Reno.
"Ikutlah denganku..."Reno melepaskan pelukannya dan beranjak mengambil kain batik untuk menutupi tubuh istrinya.
Dibalutkan kain batik ini ditubuh Lina secara perlahan oleh Reno. Karena dia tidak mau istrinya akan merasa kedinginan karena cuaca.
"Kamu percaya padaku kan..."Reno menggenggam tangan Lina erat untuk ia bawa ke sebuah tempat yang sudah ia siapkan.
"Kak sungguh kita akan keluar..."Lina tak percaya jika Reno mengajaknya keluar villa yang mereka tempati dan berjalan menjauh.
"Dingin kak..."Lina mempererat pelukannya tangannya ditubuh Reno karena cuaca yang dingin sangat menusuk tulang.
"Sebentar lagi kita sampai..."Reno terus mengarahkan sebuah senter yang ia pakai untuk menerangi jalanan yang mereka lewati.
"Kakak gak bakal jahatin aku kan..."kini Lina mulai merasa takut karena jarak mereka dari villa semakin jauh.
" aku perkosa kamu jika kamu terus bertanya.Tadi kan sudah aku bilang percaya padaku.."Reno mengatakan itu semua dengan santai tak memperdulikan perasaan Lina yang sudah tak tenang.
"Nah kita sampai..."Reno mematikan senter yang ia bawa dan menaruhnya diatas rerumputan.
"Tempat apa ini kak gelap banget gini..."Lina tak menemukan hal yang spesial atau normal ditempat yang Reno tunjukkan.
Hanya ada kegelapan ditengah malam didalam hutan,tak terlihat apa apa selain hamparan bintang di langit dan lampu kota yang terlihat dari tempat mereka berdiri.
"Duduk dulu sini..."Reno membawa Lina duduk disebuah karpet yang sudah disiapkan.
"Sebentar..."Reno beranjak dari Lina sedikit menjauh. Terdengar suara benda yang bergesekan dari arah Reno berdiri cukup lama gesekan itu berbunyi sampai dimana sebuah api unggun menyala dengan terang,sedikit memperlihatkan suasana sekitar yang tak terlihat menjadi sedikit jelas dan membuat tubuh Lina sedikit menghangat.
Terlihat Reno kembali menghampiri Lina begitu ia sudah menyalakan api unggun itu,Reno memperlihatkan senyuman manis diwajahnya yang kini sudah sangat sering Lina lihat.
"Cantikan pemandangannya..."Reno duduk tepat disamping Lina yang masih terlihat bingung dan terkejut.
"Ini hal yang paling langka untukku, menatap langit luas dikegelapan malam bersama seseorang yang..."Reno tak meneruskan kata-katanya dia lebih memilih menatap Lina penuh kelembutan didalam cahaya yang kurang.
"Yang apa..."Lina yang merasa penasaran akan kata kata Reno selanjutnya dan ikut membalas tatapan Reno dengan penuh tanda tanya.
Reno tak menjawab dia lebih memilih mengalihkan pandangannya kearah lain begitu telah puas memandangi wajah Lina.
"Dinginkan..."Reno menyelimuti tubuh Lina dan tubuhnya didalam satu selimut.
Lina ingin bertanya tentang ini semua tapi lagi lagi Reno tak banyak memberinya kesempatan untuk bicara.Saat Lina mula membuka mulutnya Reno menariknya kebelakang untuk merebahkan diri diatas karpet tipis yang mengalasi tubuh mereka.
"Kak..."teriak Lina kaget karena Reno melakukan semuanya secara tiba tiba.
Kini Lina terbaring dengan Reno disatu bantal yang sama bahkan Lina baru sadar jika ada bantal disana ketika kepalanya mendarat dengan nyaman begitu Reno menariknya untuk terlentang.
"Lihat bintang bintang itu sangat cantik bukan, semuanya bersinar tak hanya yang berukuran besar tapi yang kecil pun sinarnya bisa terlihat dengan jelas..."Lagi lagi Reno tak memberikan kesempatan Lina untuk bicara.
"Ya makanya semua yang disebut bintang itu bersinar, mereka sudah berada dilevel atas ketika disebut bintang, memancarkan cahayanya sendiri tanpa bantuan orang lain..."Lina mengalah karena Reno pasti akan memberikannya kesempatan untuk bertanya tentang ini semua.
"Seperti kamu..."pandangan Reno beralih menuju Lina yang tepat berada disisinya.
Lina tak menjawab dia hanya membalasnya dengan senyuman manis di bibirnya.
"Ngomong ngomong apa kakak yang menyiapkan ini semua..."Lina mulai berani bertanya karena Reno yang cukup lama diam memandangi wajahnya.
"Bukan aku,tapi pengurus villa. Tadi pagi aku bertemu dengannya saat ia kesini mengantarkan sayuran. Dia bilang villa ini memiliki tanah cukup luas selain villa utama yang kita tempati masih ada tempat lain berupa pondok juga..."
"Lalu mengapa hanya kita yang menginap disini..."Lina heran jika memang villa ini memiliki banyak kamar dan pondok lalu kenapa hanya ada mereka berdua disini.
"Ya karena ini villa kita,dua hari sebelum kita berangkat aku membeli tanah villa ini dari seorang temanku. Dia harus pindah keluar negeri karena pekerjaan dan jika mereka pulang ke Indonesia pun mereka tak akan kesini karena mereka memiliki rumah utama di Jakarta jadi dia menjualnya..."
"Sungguh ini villa kakak.."Lina tak percaya jika Reno seniat itu untuk kesini.
"Villa kita sayang. Dan kebetulan temanku itu sangat menyukai hal yang berhubungan dengan luar angkasa jadi di villa ini ada beberapa tempat yang sengaja ia set untuk melihat langit luas dan pondok pondok itu ia bangun untuk tempatnya beristirahat..."
Mendengar itu Lina hanya tersenyum tak mau berkomentar lebih.
"Lina..."panggil Reno lembut dengan sedikit memiringkan posisi tidurnya untuk bisa lebih leluasa memandangi wajah cantik istrinya.
"Ya kak kenapa..."Lina memberanikan diri untuk memandang mata Reno.
"Ada sesuatu hal yang ingin aku katakan..."Reno senang Lina kini mulai berani menatap matanya ketika berbicara. Dan menimbulkan sesuatu didalam dirinya yang terasa berdegup kencang.
"Apa...."Lina sedikit takut untuk bertanya akan hal apa yang ingin Reno sampaikan. Dia takut Reno mengatakan hal yang ia takutkan.
"Bangunlah..."Reno mengajak Lina kembali duduk.
"Pilihlah salah satu dari benda ini.."terlihat Reno mengambil sesuatu dibelakangnya.
"Disini aku memiliki dua benda yang bisa kamu pilih. Ditangan kiri ku ada surat kontrak pernikahan kita dan ditangan kanan ku ada sepasang cincin pernikahan..."Reno ingin malam ini dia memiliki kepastian akan hubungannya dengan Lina.
"Jika kamu memilih surat kontrak kita artinya kamu menolakku,tapi jika kamu memilih cincin ini pernikahan kontrak kita selesai dan menerimaku seutuhnya menjadi suamimu yang akan menjadi ayah dari anak anak yang kamu miliki nanti dimasa depan..."
"Kak..."Lina merasa tak percaya jika saat ini Reno benar benar tengah memintanya untuk menjadi seorang istri baginya.
"Aku tau aku tak sebaik Evan,aku sudah sangat sering menyakitimu, meninggalkanmu sendirian, mengacuhkanmu dan tidak pernah perduli akan dirimu disatu tahun pertama pernikahan kita. Cinta yang kumiliki sekarang pun mungkin belum sebesar cinta yang Evan berikan untuk kamu tapi percayalah cintaku untukmu selalu bertumbuh setiap hari. Di masa pernikahan kita setahun yang lalu aku sadar aku sangat egois bahkan poin kontrak yang aku tulis untuk mu itu hanya berisi semua keegoisanku..."Mata Reno terlihat mulai berkaca kaca dan suara yang mulai terdengar parau
"Tapi dimalam ini aku ingin kamu memberikanku sebuah kesempatan untuk menebus semua kesalahanku dimasa lalu dan membahagiakanmu dimasa depan. Aku tau saat ini aku adalah orang yang tidak tau malu setelah semua kejahatan yang aku lakukan kepadamu dan aku masih meminta kamu untuk tetap tinggal disisiku dan bahkan sangat berharap kamu bisa membalas cintaku. Tapi jika memang kamu sudah sangat menderita hidup denganku selama ini aku akan melepaskanmu pergi saat ini juga..."kali ini air mata Reno benar benar lolos, walaupun kata kata yang ia ucapkan dari mulutnya keluar lancar tapi tetap saja didalam hatinya ia merasa sangat takut untuk kehilangan Lina. Apalagi setelah fakta yang ia ketahui dari Evan jika Lina bukan orang yang mudah untuk jatuh cinta membuat ketakutan didalam diri Reno semakin tinggi.
"Selain manja ternyata kakak itu cengeng ya..."Lina mengusap air mata Reno dengan kedua tangannya.
"Aku tau pasti kakak kemarin mendengar semua pembicaraan aku dengan Evan,tapi disini satu yang ingin aku luruskan. Kehidupanku selama ini sudah berjalan seperti itu,aku itu sendirian kesepian dan tidak memiliki teman dekat lain selain Evan. Jika kakak menganggap hidupku menderita karena menjadi istri kakak itu adalah salah,ya walaupun mungkin bisa sedikit dibenarkan. Tapi percayalah sampai saat ini aku masih menganggap kakak itu sebagai malaikatku..."Lina tau Reno pasti merasa bersalah akan kehidupannya yang memang tak pantas disebut bahagia.
"Kakak membawaku pergi keluar dari rumah penjara itu, memberiku kedua orang yang sangat baik dan saudara yang sangat peduli bahkan memberiku sedikit kebebasan untuk aku bisa menjalani hidup yang aku mau. Ya aku tau setiap keputusan yang diambil pasti memiliki sebuah sisi lain yang harus kita terima. Dibalik semua hal baik yang aku dapat dari pernikahan ini terdapat juga hal besar yang membawaku pada penderitaan. percayalah kak semua kesedihan yang aku alami selama pernikahan ini adalah bentuk dari sebuah resiko yang harus aku terima dan aku tak pernah menganggap itu sebagai kesalahan kakak. Toh ini sudah jalan hidup yang aku pilihkan,menikah dengan seseorang yang tidak menjanjikan kebahagiaan lain selain sedikit kebebasan yang aku minta..."Lina membelai pipi Reno lembut sebelum ia...
Cup...
Lina memcium bibir Reno sekilas lalu..
Cup...
Lina kini mencium pipi Reno dan memberikannya sebuah pelukan.