webnovel

Bab 60

Tuan Arjun Saputra menggenggam erat tangan Dinda mencium punggung tangannya dan enggan untuk melepaskan.

"Aku janji padamu sayang, aku tidak akan membiarkanmu sakit seperti itu lagi."

"Kamu juga harus berjanji satu hal lagi padaku Arjun."

"Apa itu sayang?"

"Jangan pernah mencoba untuk meninggalkanku. Bahkan kamu tidak boleh mati sebelum diriku. Ya?"

Tuan Arjun Saputra memeluk Dinda, mencium puncak kepalanya dan menyadarkannya di dadanya "Selama kamu hidup Dinda ku sayang. Maka aku akan tetap hidup. Bahkan aku akan melawan takdir jika ingin memisahkan kita berdua nanti."

"Aku juga berjanji Arjun, apapun yang terjadi dengan kita berdua nanti. Selama aku hidup, aku akan menganggap mu masih hidup. Cintaku hanya ada satu, dan itu sudah ku berikan sepenuhnya untukmu."

Oeeeekk..

Oeeeekk..

Terdengar dengan keras suara tangisan bayi dari dalam ruang operasi.

"Dengar sayang, dedek bayi nya sudah lahir."

"Wah keponakanku lahir."

Dinda dan tuan Arjun Saputra sangat antusias dengan peristiwa penting itu.

Saat bayinya keluar pun, Dinda akan mengikutinya sampai ke ruang bayi. Memastikan jika keponakannya itu baik-baik saja.

"Itu bayi yang sangat cantik." Dinda memberitahu tuan Arjun Saputra.

"Jadi dia perempuan?"

Dinda mengangguk, lalu datang untuk memeluk tuan Arjun Saputra. Membagikan rasa bahagianya yang sangat banyak bersama dengan orang yang di cintai.

Ambar keluar beberapa saat setelah bayi nya keluar. Dinda juga menemani Ambar kembali ke ruang rawatnya.

"Selamat ya mbak. Dia sangat cantik seperti mbak Ambar."

Ambar tersenyum, menyambut hangat berita baik itu "Semoga dia kuat sepertimu. Dan selalu riang dimana pun dia berada."

"Amiin.. Jadi siapa namanya mbak?"

"Apakah kamu punya ide Dinda?"

"Boleh aku memberikan nama untuk dedek bayi nya mbak?" tanya Dinda.

"Of course."

"Bagaimana nama dedek bayi nya Keesha."

"Keesha? Boleh, cantik juga namanya dek."

"Secantik bayi nya. Dinda berharap Keesha akan jadi wanita yang selalu bahagia. Seperti namanya Kheesa yang artinya anak yang memberi kebahagiaan. Kita semua menyambut anak itu dengan bahagia. Aku sangat merasa bahagia menjadi tantenya."

"Kalau begitu mulai sekarang kita panggil dia baby Kheesa."

Dinda memeluk Ambar untuk memberi selamat satu kali lagi. Rasa bahagia yang begitu melimpah, mencurahkan semuanya malam itu.

"Selamat datang baby Kheesa."

---

Srakkkk..

Lembaran-lembaran kertas melayang, di sebar dengan perasaan kecewa karena rencana yang tidak berjalan dengan semestinya.

"Dasar anak bodoh!! Apa kamu tidak bisa mendapat sedikit kepintaran dari Arjun itu!! Susah-susah aku membesarkan mu, tapi apa kamu sama sekali tidak bisa di andalkan. Hanya sifat mesum mu saja yang mirip dengannya. Brengsek." umpat Gatot pada Bima yang kini hanya mengepalkan tangan karena umpatan ayahnya itu.

"Tapi pak, setidaknya aku sudah berhasil membuat harga sahamnya anjlok kan. Bahkan sesuai dengan perhitungan ku dalam seminggu ini, dia menderita kerugian belasan miliaran rupiah karenanya."

"Kamu pikir belasan miliar itu banyak untuk Arjun? Itu bahkan tidak lebih 5 persen dari kekayaannya."

Bima kembali menunduk, dia tidak menyangka kerja kerasnya beberapa hari ini ternyata tidak begitu banyak menghasilkan perubahan.

"Maafkan Bima pak, sepertinya aku terlalu menganggap enteng dirinya. Tidak ku sangka dia sekuat itu."

"Pergilah, cepat pikirkan cara lain untuk membantuku menghancurkan bocah tengik itu."

"Baik Pak."

Dugh.. "Sialan!!"

Bima sangat marah, memutuskan untuk pergi ke markasnya dari pada di rumah. Setidaknya di sana akan ada banyak orang yang menghargainya. Di sana dia di hormati layaknya bos besar. Tidak seperti di rumah, dia hanya di anggap seperti kacung yang tidak bisa melakukan apapun bahkan oleh ayahnya sendiri.

Saat sampai di markasnya, anak buahnya dengan antusias mengelu-elukan namanya. Bak pahlawan yang berhasil menyelesaikan sebuah misi. Bima terlalu besar kepala untuk hal yang tidak begitu penting.

Braaaakkkk..

Bima menendang pintu kamar yang di dalamnya terdapat wanita cantik.

Dengan tubuh yang penuh luka memar, wanita itu terlihat pucat pasi. Begitu ketakutan dengan kedatangan Bima yang melihatnya dengan tatapan mengerikan.

Dia adalah Tania. Wanita cantik yang sebenarnya adalah kekasih Okta. Dengan hanya di balut lingerie tipis, Tania meraih selimut untuk menutupi tubuhnya yang terekspos.

"Kenapa sayang, tidak perlu kamu tutupi tubuhmu yang cantik. Malam ini aku ingin berbagi kebahagiaan denganmu." kata Bima.

"Pergi kau!! Tak sudi aku melayanimu brengsek!!"

"Tidak perlu kamu berteriak sayang. Bukankah kemarin kamu sangat menikmatinya. Bahkan desahanmu begitu luar biasa. Eemmhhhh."

Tania bergidik ngeri, pangkal paha nya saja masih terasa nyeri karena hantaman liar keperkasaan Bima.

Melihat Tania yang menangis membuat Bima dengan cepat mendekatinya "Cup cup cup sayang. Jangan menangis sayang, wajahmu jadi tidak cantik lagi jika kamu menangis."

"Aargghh pergi!!" Tania mendorong Bima yang berusaha memeluknya.

Tania berusaha pergi, namun dia sepertinya lupa. Jika salah satu kakinya di borgol dan di ikatkan ke salah satu sudut ranjangnya.

"Mau kemana, malam ini kamu milikku sayang.."

"Tidaaakkkk!!"

Teriakan demi teriakan Tania bahkan tidak bisa menjamin jika akan ada orang yang menyelamatkannya. Tania seorang diri di markas rahasia Bima. Bahkan keberadaan ayah dan ibunya saja tidak ia ketahui dengan jelas.

Di paksa melayani Bima yang kasar, tentu membuat mental Tania jatuh sejatuh-jatuhnya.

"Lagi-lagi aku mengkhianatimu Okta. Aku sudah tidak suci lagi. Aku tidak pantas menjadi wanita yang kamu cintai Okta." kata Tania di dalam hati.

---

Tuan Arjun Saputra terkekeh menahan tawanya saat melihat Dinda yang begitu mengantuk saat menjaga Ambar. Memperhatikan Dinda sembari menikmati kopi panas merupakan hiburan tersendiri baginya. Kepalanya yang manggut-manggut karena menahan kantuk membuat Dinda seperti orang konyol.

Tuan Arjun menggendong Dinda, memindahkannya ke sofa panjang di ruang VVIP tempat Ambar di rawat.

"Eengh.."

"Huuuusssshhhh, tidurlah lagi sayang." kata tuan Arjun dengan lembut.

Dinda mengintip dengan sebelah matanya "Tapi mbak Ambar.."

"Sudahlah, biar aku yang menjaganya. Kamu tidurlah sayang. Aku akan menjaga dan mengawasi Ambar di sampingnya."

Dinda memiringkan tubuhnya, memeluk leher tuan Arjun Saputra yang duduk di lantai menghadapnya.

Cup.. Dinda mengecup bibir tuan Arjun Saputra.

"Selamat malam om. Eh maksudku sayangku." kata Dinda.

Seulas senyuman terlukis di bibir tuan Arjun Saputra. Balas mencium keningnya untuk menunjukkan perasaan terdalamnya pada Dinda.

"Selamat tidur sayang." bisik tuan Arjun Saputra dengan mesra.

----

Beberapa orang tampak tergesa-gesa, berlarian di IGD. Salah satu orang menggendong seorang wanita yang pingsan dengan penuh luka lebam.

Dinda yang saat itu tengah mengantri obat kakak sepupunya menjadi penasaran dengan apa yang tengah terjadi.

"Ada kecelakaan ya Sus?" tanya Dinda pada suster yang lewat.

"Kurang tau mbak."

Karena tidak mendapatkan jawaban apapun, Dinda memutuskan untuk kembali ke kamar inap Ambar.

Sedikit melirik bangsal IGD, Dinda melihat dengan jelas wajah wanita malang itu.

"Lukanya parah sekali." Gumam Dinda.

Ruangan Ambar berada di lantai empat rumah sakit. Sehingga cukup membuat repot Dinda karena harus bolak-balik naik turun lift. Tapi hal itu tidak menjadi penghalang baginya demi kesembuhan kakak sepupunya.

Próximo capítulo