webnovel

Sebelas

Stress yang melanda untuk beberapa hari di pikiran Fenita seolah menyingkir setelah para pramuniaga mengeluarkan gaun-gaun pengantin yang cantik. Ada lima gaun pengantin yang membuat mata Fenita merasa tersegarkan. Dan kelimanya tampak indah dan mahal.

Berjalan mendekat, Fenita seolah merasa terbuai dengan keindahan gaun itu. Secara refleks, dia menyentuh deretan gaun itu, merasakan setiap helai kain yang membuai tangannya. Setiap gaun itu terasa unik dan berbeda dengan cara mereka, membuat siapa saja ingin menyentuhnya, bahkan mendekapnya dengan sangat erat.

Sebuah gaun pengantin yang sederhana dan tidak banyak ornament menyita perhatian Fenita. Bagian atas berbentuk off-shoulder, yang meski terbuka tetap terlihat sopan. Juga bagian bawah gaun berbentuk A-line terlihat sederhana. Ditambah lagi motif yang tersembunyi dari bahannya membuat gaun itu terlihat ramai tapi tetap tenang. Benar-benar menggambarkan gaun yang selama ini ada di benak Fenita.

Mata Fenita benar-benar tidak bisa berpaling dari gaun itu.

"Coba mana saja yang menurut kamu paling bagus. Atau coba saja semua gaun yang ada disini." kata Madam Vanesa, seolah tahu pemikiran Fenita.

Dibantu para pramuniaga, Fenita mencoba gaun yang menjadi pilihannya. Gaunnya terlihat cantik dan pas di tubuh Fenita. Sayangnya, lagi-lagi Fenita merasa tidak percaya diri, membuat dirinya tampak tidak sempurna untuk gaun itu.

Aura Fenita, wajah Fenita dan semua yang ada dalam diri Fenita seolah menarik aura bersinar gaun itu. Begitu melihat pantulan dirinya di cermin, dia merasa bahwa gaun itu tidak tepat untuknya. Dan juga, Fenita merasa bahwa gaun itu menjadi terlihat lusuh saat dikenakan olehnya. Gaun yang tadinya penuh dengan sinar, kini meredup dan bahkan kehilangan sinarnya setelah dikenakan oleh Fenita.

"It's perfectly fit on you darling." kata Madam Vanesa saat melihat Fenita mengenakan gaun itu.

"Tapi saya yang tidak cocok mengenakan gaun ini, Ma'am." jawab Fenita.

"Mungkin karena belum pakai make up dan rambut belum ditata, Miss." sang pramuniaga mencoba membesarkan hati Fenita. Tapi Fenita juga yakin kalo ucapan pramuniaga adalah bujukan supaya memilih gaun itu.

"Bener kata pramuniaga. Karena tampilan kamu belum dipoles secara keseluruhan. Kamu terlihat cantik." sekali lagi Madam Vanesa melontarkan pujiannya.

"Mari, saya bantu menata rambut yang sederhana."

Dipandu oleh seseoesng yang baru saja bergabung, Fenita dibawa masuk ke ruangan lainnya. Sepertinya itu ruang make up bila dilihat dari barang-barang yang ada di dalamnya. Dan orang yang baru saja datang ternyata seorang hair stylish. Dengan cekatan dia menata dan merapihkan rambut Fenita. Sepuluh menit kemudian, Fenita sudah berubah tatanan rambutnya.

Sekali lagi dipandu oleh pramuniaga, Fenita kembali ke ruangan awal. Kali ini dengan wajah yang sudah lebih percaya diri, Fenita melangkah dengan mantapnya.

Ternyata Troy sudah bergabung dengan sang ibu. Perbincangan keduanya terhenti saat melihat Fenita keluar dengan tampilan yang berbeda.

Madam Vanesa terus memandangi Fenita dengan takjub. Dia benar-benar merasa tidak percaya bahwa gadis yang bersamanya tadi telah bertransformasi menjadi sosok lain. Sangat cantik. Hampir saja air mata bahagianya jatuh membasahi pipi.

"Look at you. Kamu cantik banget, Sayang." Madam Vanesa tak henti-hentinya memuji Fenita.

Disamping Madam Vanesa, Troy yang seharusnya memberi respon itu karena dia adalah pengantin pria, hanya diam saja melihat Fenita dalam balutan gaun pengantin. Sebenarnya, Fenita ingin mendengar pujian untuk dirinya dari mulut Troy.

Meski ini hanya perjodohan sepihak dan pernikahan kontrak yang konyol, tapi karena menyangkut masalah pernikahan, Fenita tidak akan main-main. Baginya, sama seperti kebanyakan orang, pernikahan adalah hal yang sakral dan akan terjadi sekali dalam seumur hidupnya. Begitulah pemikiran Fenita. Dan sama seperti kebanyakan perempuan, dia mulai luluh dengan pesona Mr. Darren yang tampan tapi menyebalkan itu.

Itu fakta menyebalkan yang baru saja dia ketahui. Ketika dia membayangkan wajah tampan itu. Ketika dia merasa jantungnya seolah ingin melompat keluar. Perasaan ini tidak ada yang bisa mencegahnya untuk terus tumbuh di dalam hatinya. Walaupun sebenarnya Fenita berusaha mati-matian untuk menghentikannya. Siapa lagi yang bisa membunuh perasaan ini kecuali dirinya sendiri?

...

Melihat Fenita dalam balutan gaun pengantin, Troy tak dapat mengalihkan pandangannya. Gadis yang beberapa hari lalu dikenalkannya sekarang sedang dalam persiapan menjadi istrinya. Dan juga gadis yang biasanya terlihat biasa saja, kini terlihat bagai putri raja.

Damn, kenapa dia keliatan cantik banget? Bahkan dia belum pake make up.

"Ehm." suara itu menyadarkan Troy dari lamunannya. "Fenita cantik kan?" Bisik Vanesa disamping Troy.

"Semua perempuan kan cantik." jawab Troy datar. Troy berusaha mengalihkan pandangan dan pikirannya.

Terlihat Fenita tidak terlalu percaya diri dengan apa yang dia kenakan meski banyak orang memuji kecantikannya. Tapi memang kecantikan Fenita menjadi percuma karena dia tidak percaya diri. Entah mengapa, itu sangat menganggu Troy. Dia merasa, seharusnya Fenita mengangkat kepalanya dengan penuh percaya diri, bukannya bersikap kikuk dan minder seperti itu. Itu bukan wanita idaman Troy, bahkan untuk menjadi istrinya saja dia jauh dari kata layak!

"Ganti aja bajunya kalo nggak nyaman atau nggak percaya diri. Nggak usah maksa." kata Troy lantang.

Semua orang tercengang dengan perkataan Troy. Mereka tidak menyangka Troy akan sefrontal itu mengomentari Fenita. Tentu saja komentar kecilnya itu berdampak besar bagi semuanya, terlebih Fenita. Yang kini makin menyembunyikan wajahnya dan hanya mematung di depan cermin.

Setelah mengucapkan kata yang menyakitkan hati, Troy langsung masuk ke dalam ruang ganti dan mencoba baju pengantinnya. Tak perlu banyak usaha dan persiapan, bahkan hanya dalam waktu sepuluh menit, Troy sudah siap dengan baju pengantinnya. Troy memperlihatkan pesonanya dalam balutan baju pengantin dengan warna putih yang senada dengan gaun Fenita. Tuxedo yang juga berwarna putih dengan vest berwarna biru muda. Dasi yangjuga berwarna biru membuat Troy makin tampan. Terlihat sangat pas dengan Troy, yang seolah memang dibuat khusus untuknya.

Setelah mematut dirinya di cermin dan berputar beberapa kali untuk melihat detail bajunya, Troy segera kembali kedalam ruang ganti. Tak berselang lama, Troy sudah keluar dengan setelan jas yang dia kenakan tadi.

"Oke, karena udah fitting bajunya, aku balik kantor dulu." ucap Troy seraya meninggalkan para wanitanya. "Bye Mama." Troy mengecup pipi sang Mama dan pergi.

Tanpa melirik ataupun memberi kecupan kepada Fenita, sang calon istrinya. Yang membuat Vanesa merasa sangat malu dengan sikap tidak sopan sang anak. Andai saja tidak ada orang lain, Vanesa tentu akan menarik anaknya dan memberinya ceramah panjang lebar tentang tata krama dan sopan santun.

Meski Troy menyadari bahwa sikapnya itu keterlaluan, tapi dia tidak mau berpura-pura menyukai Fenita. Lagipula itu tidak ada di dalam kontrak mereka. Iya, dia hanya perlu bertahan selama dua tahun lalu bisa bebas untuk mengejar pujaan hatinya dan bersatu dengan Belle. Ah, rencana yang sangat indah.

Belle. Troy langsung menelepon sang informannya untuk mengetahui perkembangan terbarunya tentang Belle. Rencananya, dia akan pergi ke Inggris untuk mencari dan menemui Belle. Tentu saja, dia akan berkedok honeymoon kesana. Rencana yang sempurna!

"Mr. Khan, cepat kekantor. Ada yang harus diurus secepatnya." kata Troy tidak sabar.

"Yes, Sir." ucap Mr. Khan dengan patuhnya.

Próximo capítulo