Anehnya adalah seperti miring. Karena alasan inilah, sekitar separuh dari rumah itu terendam dalam air. Tidak roboh karena rusak, tapi memang dibangun dengan maksud seperti itu.
Dengan mendesah, Zaryusu semakin dekat dengan rumah itu sambil membuat suara air yang terdengar.
Suara pujian bisa terdengar dari dalam gubuk, mungkin dikarenakan bau dari ikan-ikan.
Dengan suara mencicit, kepala ular dengan sisik coklat dan pupil mata yang berwarna amber (kuning sawo) muncul dari jendela. Setelah memastikan itu adalah Zaryusu, leher yang memanjang dan genit itu berputar di sekelilingnya.
"Bagus, bagus."
Dengan gerakan tangan yang terbiasa, Zaryusu mengelus tubuh ular tersebut. Ular itu dengan nyaman memicingkan mata menggunakan membran pelindung matanya. Zaryusu juga mengira bahwa kulit ular yang bersisik terasa tidak apa.
Makhluk ini adalah binatang peliharaan Zaryusu, disebut Rororo.
Karena Rororo dirawat dari kecil, dia seakan mengerti bahasa Zaryusu.
"Rororo, aku membawakan makanan, jadilah anak baik dan makan ini okay?"
Zaryusu melemparkan ikan yang dibawa melalui jendela. 'Dang' dan 'Pluck' bisa terdengar dari dalam.
"Aku benar-benar ingin tinggal dan main, tapi sekarang ini aku harus mendatangi ikan-ikannya. Sampai jumpa nanti."
Ular itu mungkin mengerti isi pembicaraan, dan mengeluarkan suara segan dan pelan-pelan melepaskan Zaryusu sebelum kembali ke dalam rumah. Setelah itu, suara kunyaan bisa terdengar dari dalam.
Setelah memastikan Rororo dalam keadaan sehat, menurut sikap semangat makannya, Zaryusu meninggalkan gubuk.
Tujuan Zaryusu setelah dari gubuk adalah ke danau, yang mana cukup jauh dari desa.
Zaryusu tanpa suara mendengus menyusuri hutan. Berenang di air seharusnya lebih cepat, tapi kekhawatirannya akan 'apakah ada masalah atau tidak di tanah' telah membuat kebiasaannya mengawasi jalan darah. Hanya saja pepohonan akan menghalangi pandangannya sambil berjalan, oleh karena itu Zaryusu juga bisa menganggapnya masalah yang memakan sedikit konsentrasinya.
Akhirnya dia bisa melihat tujuannya dari celah pepohonan. Zaryusu mengeluarkan helaan nafas lega karena tak ada rintangan yang muncul di jalan. Dengan hanya jarak sisa yang pendek untuk bepergian melewati hutan, Zaryusu mempercepat langkahnya.
Dahan-dahan pohon yang menabraknya didorong ke pinggir seperti seorang penyelam di air, Zaryusu melebarkan matanya terkejut. Ini bukan karena dia melihat figur punggung dari orang yang tidak dia sangka akan bertemu.
Orang itu mirip dengan Zaryusu: lizardmen dengan sisik hitam.
"Kakak..."
"...Oh, itu kamu."
lizardmen dengan sisik hitam memutar kepalanya dan melihat Zaryusu dengan sambutan. Lizardmen ini adalah kepala suku dari suku cakar hijau; Kakak dari Zaryusu yaitu Shasuryu.
Dia memenangkan kompetisi sebagai kepala dua kali berturut-turut dan memperoleh posisinya tanpa harus bertarung tahun ini. Tubuhnya memang besar menakjukan. Ketika dia berdiri di samping Zaryusu, yang merupakan tinggi rata-rata, dia membuat Zaryusu kelihatan kecil.
Ada sebuah luka lama yang panjang dan putih di sisik hitamnya. Terlihat seperti petir yang menembus awan gelap.
Orang ini membawa pedang besar di punggungnya, tingginya hampir dua meter dan badan yang besar dan rata-rata. Pedang baja -- adalah bukti menjadi kepala suku -- memiliki magic yang meningkatkan ketajamannya dan mencegahnya berkarat.
Zaryusu dan kakaknya berdiri berdampingan di tepi danau.
"Apa yang kamu lakukan disini."
"...Kakak, seharusnya itu bukan ucapanmu, tapi aku, Ini bukan tempat bagi kepala suku untuk dikunjungi secara pribadi."
"Muu-"
Kehilangan kata-kata Shasuryu menggumamkan kalimat yang sering didengar darinya, lalu berputar untuk melihat danau di depannya.
Batang yang memanjang dari dalam danau, mengelilingi area. Diletakkan dengan hati-hati, ada jaring yang bagus diantara batang-batang itu. Tujuan mereka sangat jelas dengan sekali lihat.
Itu adalah ladang ikan.
"Jangan-jangan... mencuri makanan?"
Mendengar ucapan Zaryusu, ekor Shasuryu melompat dan menepuk tanah dengan suara keras.
"Muu, tidak mungkin itu terjadi. Aku hanya kemari untuk memeriksa kondisi peternakan."
"..."
"Adik, apakah kamu melihat kakakmu ini seperti itu?"
Menyelesaikan kalimatnya dengan intonasi yang kuat, Shasuryu menggerakkan satu kaki ke depan. Tekanan yang dia berikan terasa seperti dinding yang menekan Zaryusu. Bahkan Zaryusu, yang merupakan traveler yang berpengalaman dan veteran pada banyak pertarungan, merasakan keinginan untuk mundur beberapa langkah.
Namun, dia memiliki alasan yang sempurna untuk membantah.
"Jika hanya untuk memeriksa kondisi perkembangbiakan, berarti kakak tidak menginginkan mereka. Sayang sekali, kakak. Jika mereka dikembangbiakkan dengan baik, aku berpikir untuk memberikan kepadamu beberapa diantaranya."
"Muu-"
Bunyi gedebuk pun berhenti, dan ekor itu terlihat kecewa.
"Baunya harum juga. Mereka menjadi sangat gemuk karena nutrisi yang tiap hari diberikan, bahkan lebih gemuk dari ikan hasil perburuan."
"Oh-"
"Jika kamu menyimpan mereka di mulutmu, cairan yang enak akan mengalir keluar. Menggigitnya juga akan terlihat meleleh di mulut."
"Muuu-"
Sekali lagi ekor itu memberikan suara gedebuk, bahkan lebih intens dari sebelumnya.
Separuh perhatian Zaryusu tertuju pada ekor itu, separuh lagi tertuju pada sikap menggoda kakaknya.
"Kakak ipar juga menyebutkan ini sebelumnya. Ekor kakak itu terlalu jujur."
"Apa? Orang menakutkan itu, mengolok-olok suaminya sendiri. Coba katakan sekali lagi, bagian mana yang terlihat jujur?"
Saat memandang kakaknya yang menjawab sambil melihat bahu pada ekor yang diam itu, Zaryusu sejenak kalah dan tak tahu harus berkata apa, sebelum menjawab dengan samar-samar 'benar'.
"Huh. Orang mengerikan itu.. Jika kamu memiliki wanita...maka kamu akan mengerti bagaimana perasaanku sekarang."
"Aku tidak akan bisa menikah."
"Huh, omong kosong. Apakah karena tanda itu? Kamu sebaiknya mengabaikan apapun yang dikatakan oleh para tetua. Berkata bahwa tidak ada wanita di desa ini yang akan menemukan daya tarikmu memang menjengkelkan...bahkan seseorang dengan ekor yang indah akan menerimamu."
Lizardmen menyimpan nutrisi mereka di ekor, oleh karena itu memiliki ekor yang tebal adalah faktor kunci yang penting bagi lawan jenis. Di masa lalu, Zaryusu akan memilih wanita yang memiliki ekor yang tebal. Namun, Zaryusu yang sudah dewasa, yang sekarang memahami dunia, tidak akan memilih seperti itu.
"Berbicara mengenai situasi desa sekarang, aku tidak ingin wanita yang memiliki ekor yang tebal. Jika aku menggunakan ekor sebagai kriteria, aku akan memilih wanita dengan ekor tebal. Secara pribadi, aku rasa yang seperti kakak ipar juga tidak apa."
"Tentu saja tidak apa bagi orang dengan kepribadian sepertimu...kecuali, jangan berani macam-macam. Aku tidak ingin membabat orang hanya karena urusan bodoh. Ngomong-ngomong, kamu juga harus menyadari sakitnya ketika sudah menikah. Tidak adil hanya aku yang merasakannya."
"Hey, hey, kakak...aku akan bilang kakak ipar lho."
"Ugh.... ini benar-benar luka akibat pernikahan. Bahkan aku, kakakmu dan kepala suku, bisa diancam."
Tawa lepas terdengar di tepian danau.
Setelah tawa berhenti, Shasuryu melihat ikan-ikan di danau saat dia mengutarakan kekecewaannya.
"Tapi jujur saja? Memang hebat; Kamu..."