Hyoujou Akira, seorang pemuda yang memiliki bakat melukis namun karena keluarganya menjalankan sebuah restoran, ia juga terpaksa untuk belajar memasak, namun suatu hari ia berpikir untuk menggambungkan antara Masakan dan Lukisan, sehingga menciptakan style masakannya tersendiri. Suatu haru, neneknya menawarkannya untuk masuk ke Sekolah Kuliner Totsuki, yang merupakan sekolah elite dari para Elite. Bagaimana perjalanan memasaknya, kita tunggu saja. Update : Idk
Disebuah restoran terlihat dua orang, yang pertama adalah seorang wanita tua yang memakai celemek merah muda, rambutnya sudah memutih, kulitnya sudah mengeriput, wanita itu terlihat sedang memasak nasi goreng di wajannya.
" Oi, Akira !!! Apa kau masih belum selesai melakukan hal bodoh itu !!! Teknikmu itu sama sekali tidak cocok dengan pelayanan restoran, kembalilah sadar dan memasak seperti biasanya bodoh !!! " Teriak wanita itu dengan seluruh suaranya kepada orang kedua yang dipanggilnya Akira.
Akira adalah seorang anak laki-laki sekitar umur 15 tahun dengan rambut oranye kekuningan, lebih tepatnya jika menyebut Jingga terang, mata oranye tua nya terlihat sedang dalam konsentrasi penuh, dia melukis ???
Itu benar, Hyoujou Akira, kelas 9, umur 15 tahun, merupakan pelajar dan chef direstoran keluarganya, dia sedang melukis, namun bukan melukis sembarangan, ia saat ini sedang melukis disebuah piring.
" Diam kau Nenek Tua !!! Memasak dengan cara itu terlalu membosankan ! Lagipula siapa yang menyuruhku memasak waktu itu, padahal hobiku adalah melukis. " Tanggap Akira terhadap ocehan dari Orang Tua itu, Orang tua itu merupakan nenek Akira, Hyoujou Sabeki.
Walaupun sudah sangat tua, ia tetap menjalankan restorannya berdua bersama Akira.
" Heh~, Melukis itu hanyalah omong kosong, Memasak lebih baik. " Ucap Sabeki dengan nada menghina sambil terus memasak nasi gorengnya.
" Oi Omonganmu itu tidak sopan Nenek Tua !! Minta maaflah kepada seluruh pelukis didunia. " Teriak Akira, namun matanya tidak meninggalkan pekerjaanya.
Akira sejak kecil adalah anak yang sangat berbakat dalam melukis, ia mulai mencintai melukis sejak umur 3 tahun, ia pertama kali memegang kuas pada umur 2 tahun, sejak saat itu ia tidak pernah lepas dari lukis melukis.
Namun semua berubah setelah negara api meny- * Uhuk * maksudku, Semua berubah setelah Kedua orang tuanya mengalami kecelakaan fatal, yang merenggut nyawa mereka berdua.
Saat itu Akira masihlah berumur 6 Tahun, ia menangis sangat keras saat itu, sejak saat itu, karena tidak ada lagi yang menjalankan restoran, Sabeki selaku neneknya mulai mengajari Akira memasak, Akira sempat menolak, namun karena terpaksa, ia harus memasak, dan meninggalkan hobinya yaitu melukis.
Diumurnya yang ke 12, Akira telah berhasil memasak makanan yang sangat lezat, namun ia mulai menyadari ada sesuatu yang kurang dalam masakannya, itu adalah Passionnya.
Dan sejak saat itulah Akira memutuskan untuk menggabungkan ilmu memasaknya dengan ilmu melukisnya, ia mulai mencoba dari masakan Eropa seperti Perancis, hingga masakan Asia Selatan seperti India, ia mencoba melukis masakan dari berbagai genre makanan.
Tahun pertama ia memulai mencari gaya memasaknya itu, ia sangat gagal, masakannya kacau dan hancur, namun Akira tidak putus asa, ia terus mengasahnya, ia mempelajari Sinkronasi antar makanan, Gastronomi Molekuler, sampai Ilmu Botani untuk bahan makanan tersebut.
Sabeki juga tahu apa yang dilakukan cucunya ini dan berpikir bahwa, orang gila macam apa yang masih sempatnya melukis saat memasak.
Namun, Akira mematahkan pikiran Sabeki, di umurnya yang keempat belas, ia berhasil membuat sebuah mahakarya lukisan makanan, ia membuat sebuah makanan khas perancis, Akira berhasil menyulap Sup Chazuke biasa menjadi sebuah pemandangan air yang indah disajiannya.
Hal itu sangat mengejutkan Sabeki, melukis di makanan mungkin terdengar mudah, namun hal itu sangatlah sulit dikarenakan, melukis di masakan agar tidak merusak keseimbangan rasanya dibutuhkan Ketekunan dan konsentrasi super tinggi, dalam mencampur bahan masakan utama, dengan saus, dan bahan lain.
Namun satu hal yang disadari oleh Akira dalam aliran memasaknya ini adalah, ia tidak bisa menyajikan lebih dari lima piring yang sama dari masakannya, dalam satu waktu, itu adalah hal yang mustahil untuknya jika menggunakan Fusinya ini.
Setelah selesai menyiapkan Hidangannya, Akira lalu menghidangkannya kepada Salah satu pelanggan yang beruntung bisa mendapatkan Masakan Lukisannya hari ini.
" Selamat Menikmati, masakanku, ini kuberi judul Umi no Umami, nikmatilah. "
Pelanggannya adalah seorang wanita, saat ia melihat hidangan yang disajikan Akira, matanya melebar.
" I-ini. "
Saat itu ia melihat, sebuah hidangan yang penampilannya adalah pantai, atau laut, lengkap dengan pasir dan airnya.
" Itadakimasu ! "
Ucap wanita itu, saat para pelanggan lainnya mengelilingi dirinya, ingin melihat reaksinya saat pertama kali mencicipi Hidangan Lukisan dari Hyoujou Akira.
* Augh *
Saat wanita itu mengambil sesuap bagian yang seperti pasir, ia merasakan hal yang luar biasa, ini saat musim panas di masa mudanya, bermain dengan sahabat dan teman temannya, sebuah kenikmatan dari waktu yang terlewat.
" Ini adalah kenangan masa muda! "
Akira yang mendengar itu tersenyum, karena makanannya berhasil.
" Oh, seperti yang diharapkan Akira. "
" Hidangan Lukisan dari Hyoujou-kun memang yang terbaik. "
Para pelanggan memuji Akira karena masakannya, Akira tersenyum malu-malu sambil mengaruk-garuk belakang kepalanya.
" Hehe, tentu saja. "
Saat Akira sedang merasakan kebanggan tiba tiba, Neneknya memukul kepalanya menggunakan tinju kasih sayang.
" Jangan besar kepala kau bocah. " Ucap Sabeki kepada cucunya itu.
" Itu sakit, nenek tua. "
Ucap Akira sambil memegangi kepalanya yang benjol dipukul oleh neneknya itu.
" Bagian Pasirmu itu, Pilav kan. "
Ucap Sabeki yang juga membuat para pelanggan yang masih terpesona dengan hidangan Akira bingung.
" Pilav ? Apa itu ? "
" Apa itu semacam pasir sungguhan atau apa ? "
" Entah, aku juga tidak tahu, Pilav itu apa, Nenek Sabeki. "
Tanya salah seorang Pelanggan yang sepertinya masih duduk dibangku Sekolah, terlihat dari bajunya.
" Pilaf adalah hidangan khas Timur Tengah yang merupakan sejenis Masakan Beras yang dimasak bersama rempah rempah menggunakan minyak atau mentega dan ditanak dengan air kaldu. "
Jawab Sabeki dengan wajah bosan, namun ia masih tidak tahu apa yang membuat bagian hidangan lautnya menjadi biru.
" Darimana kau mendapatkan warna biru ini Akira ? " Tanya Sakebi kepada cucunya, para pelanggan juga melihat Akira, karena mereka bingung dari mana warna biru berasal.
" Ah, itu adalah saus yang kubuat menggunakan Campuran antara Sirup Curacao dan Potongan jamur, lalu mengentalkannya, dan jadilah Laut indah, Umi no Umami, itu karena aku mencampurkan kaldu ikan tuna kering dengan Pilavnya, maka dari itu, aku menamainya Umi no Umami. "
Jawab Akira dengan cukup bangga atas hasil pekerjaanya.
Para pelanggan pun terperangah, dan tanpa ada yang menyadari, seluruh hidangan Akira telah dilahap oleh wanita itu.
" Rasa yang sangat luar biasa! "
-----------------------------
" Fiuhh, hidangan itu mungkin berada diperingkat 6 sepanjang aku memasak sekaligus melukis, itu cukup bagus. " Saat Akira sedang berguman sambil mencuci piring piring kotor, neneknya menyela Gumamannya.
" Itu benar, Hidanganmu Luar biasa, harus kuakui itu, namun, suatu saat kau akan merasakannya bada- "
Sebelum Sabeki berhasil menyelesaikan nasihatnya.
" Apa yang kau bicarakan Nek ?! Badai ? Kau pikir selama ini dimana cucumu ini berjalan. "
Ucap Akira.
Ucapan Akira itu membuat neneknya melebarkan kedua matanya, dan berbalik ke Akira.
" Kau. "
" Jalan yang telah kuputuskan sejak umurku 12 tahun, awalnya aku belum melihat itu, namun perlahan Badai itu datang, di umruku yang ke 12 tahun aku sudah merasakan frustasi dari memasak, bukankah itu lucu ? Karena itulah aku mengambil jalan ini, jika badai abadi itu akan terus menerpaku, maka lebih baik aku menerjangnya langsung, lagipula itu lebih menyenangkan !! "
Ucap Akira dengan senyum lebar saat tangannya terus bergerak.
' Jadi begitu ya, ternyata aku yang selama ini salah, aku terlalu membatasi pertumbuhanmu, kau sudah tidak bisa lagi dikekang di restoran kecil ini. '
" Akira, ada yang ingin Nenek bicarakan kepadamu. " Ucap Sabeki dengan wajah serius.
" Apa itu. "
Jawab Akira tanpa mengalihkan pandangannya dari piring piring kotor di wastafel.
" Apa kau ingin masuk ke Sekolah Masak Totsuki yang kuceritakan sebelumnya ? "
Mendengar pertanyaan dadi neneknya, Akira dengan wajah terkejut mengalihkan pandangannya ke Sabeki.
" Hah ? "