webnovel

Siapa Itu?

-Author Path-

Kkkrrrkkk... Kkkrrrkkk...

Claire terbangun ketika mendengar suara sesuatu diluar, hari sudah pagi terlalu pagi bahkan matahari masih berada di ufuk barat.

Perlahan dia mengusap matanya sambil menguap kecil, telinga berusaha mendengar lebih jelas suara apakah itu.

Kkkrrrkkk... Kksss... Kkkrrrkkk... Kkss...

Suaranya berasal dari belakang mansion, Claire langsung mengecek apa ada sesuatu disana.

Sesampai disana nampak Harry sibuk menggali lubang nampaknya dia ingin mengubur mayat Modja dan ibu Claire.

"Harry? Kamu pagi-pagi sekali sudah keluar"

Harry menoleh ke arah Claire, dia tidak tahu kalau Claire ada disana.

"Nona, saya hanya ingin mengubur mereka dengan cepat sebelum membusuk..."

Nampak disamping Harry beberapa lilin dan sebuah buku religi, dia sepertinya sudah mendoakan mereka.

"Kenapa tidak membangunkanku, seharusnya aku ikut juga mendoakan ibuku, Harry"

Harry hanya merespon dengan menunduk merasa bersalah kemudian melanjutkan pekerjaannya.

"Aku akan memetik beberapa bunga, setidaknya mereka juga butuh desuatu yang indah di dalam peristirahatan sana"

Harry mengangguk dan Claire meninggalkan Harry menuju taman di depan mansion untuk memetik beberapa bunga.

Tak ada air, yang ada hanya air sisa tampungan air mancur dan ember di taman.

Claire menyegarkan wajahnya dengan air mancur yang tidak lagi mancur dan berkumur sebentar.

Setiap gerakannya hingga dia memetik bunga seperti diawasi sesuatu.

"Satu bunga, dua tiga empat, dimana bunga berwarna merah tadi?"

Di depan gerbang mansion ada seseorang, pria misterius dengan sebuah mobil offroad dan ransel besar bahkan senjata laras panjang terpajang di ranselnya.

Claire tidak tahu kalau pria itu ada disana karena sebelum dia pergi memetik bunga pria itu sudah ada di depan gerbang.

"Yah, sudah cukup..." ketika Claire berbalik pria itu segera bersembunyi.

Claire kali ini merasa curiga, sepertinya ada sesuatu di depan gerbang namun dia tidak ingin memeriksanya karena Harry sudah menunggunya.

"Ini bunganya"

"Hmm, bagus... Sekarang tinggal menutup lubangnya, bisa bantu saya nona?"

"Ah tentu saja"

Harry segera memberikan sekopnya pada Claire dan mengambil sekop yang lain.

"Huh, ibu... Maafkan aku, aku berjanji akan menemukan ayah dan yang lainnya dengan selamat"

Harry hanya tersenyum kecil bukan karena senang namun merasa bangga karena Claire tetap kuat dan setia bersatu dengan keluarganya meskipun Ibunya sudah tiada.

"Anda baik saja, nona?" tanya Harry

"Ya, mari kita selesaikan ini dengan cepat" Claire menjawabnya dengan nada bergetar, dia nampak menahan tangisnya.

Tak beberapa menit pekerjaan nereka selesai dan mereka kembali ke mansion dengan tubuh tanpa semangat dan letih.

"Dua orang itu belum bangun?" tanya Harry, Claire hanya angkat bahu mendengar itu.

Mereka berdua menuju ruang tamu tempat Michella dan Mondays tidur namun mereka berdua tidak ada disana.

"Lho, Ngga ada? Kemana mereka?" Claire mengitari ruang tamu namun kosong.

"Nona, sepertinya mereka ada di ruang depan..." Harry mengajak Claire ke ruang depan guna menemukan Michella dan Mondays.

Benar saja mereka ada disana, mereka sedang mengintip sesuatu di luar.

"Hei, apa yang kalian lihat?" Claire menghampiri mereka dan menepuk pundak Michella.

"Ada seseorang di gerbang depan, sepertinya dia ingin masuk kesini atau dia hanya mengintai kita..." ujar Michella terus menatap ke arah gerbang depan.

"Mana?" Harry segera mengintip juga lewat jendela berusaha menyembunyikan kepalanya dengan gorden.

"Apakah ada orang, Harry?" tanya Claire dan Harry mengangguk.

"Pria itu sepertinya berbahaya, dia punya senjata besar dan perlengkapan yang pasti lebih memadai dari kita berempat." ujar Harry.

"Apa maunya?" tanya Michella.

"Mungkin ingin barter barang? Jika dia dari kota seharusnya dia tidak perlu barter barang tapi membutuhkan tempat tinggal, mungkin dia bisa bergabung" Harry menjelaskan.

"Tidak bisa membiarkannya masuk begitu saja, dia mungkin menembaki kita nantinya dan mengambil mansion untuk keuntungannya sendiri" Claire membalas perkataan Harry.

"Bagaimana kalau kita bicara baik-baik dan ikut bersamanya mencari tempat baru yang lebih aman, jelas di mansion belum sepenuhnya aman lagipula persediaan tidak bisa bertahan selamanya jika kita tidak mencari" Michella menanggapi, Harry dan Claire saling bertatapan sedikit lama layaknya mereka berbicara melalui telepati.

"Apa aku salah menanggapi?" Michella berusaha mencuri perhatian.

"Bukan, itu malahan gagasan yang bagus, mansion bisa diserang kapan saja dan persediaan makanan bisa habis bahkan air saja sudah sedikit hanya satu saja masalah dari rencanamu yang sulit kita atasi" Ujar Harry.

"Apa?" balas Michella.

"Bagaimana caranya kita bisa bicara baik-baik dengan pria itu sedangkan kita tidak tahu dia baik atau jahat?" tanya Claire.

Michella dan Harry angkat bahu pertanda tidak tahu, rencana mereka sangkut sampai disitu.

"Aku tahu!" tiba-tiba Mondays ikut ambil bagian dalam percakapan.

"Mondays? Kamu tahu? Tahu apa?" tanya Michella.

" Aku tahu cara berkomunikasi dengan orang itu, Kita teriaki orang itu apa yang dia lakukan disana jika dia merespon kita dengan baik maka kita minta dia menurunkan senjatanya dan mempesilahkan dia masuk sedangkan jika bertindak kasar kita akan pura-pura memiliki senjata berat yang akan menembaknya, hanya menipunya bahwa kita punya senjata berat, bagaimana?"

"Cukup bagus, boleh kita coba?" tanya Michella dengam senyuman bangga terhadap Mondays.

"Nona Claire? Apakah boleh? Bagaimana jika nanti orang itu membahayakan mansion terutama membahayakan diri kita?"

"Kita akan mencobanya, Harry! Tapi siapa yang akan meneriaki orang itu?" ujar Claire.

"Entahlah, seseorang yang suaranya menakutkan..." saran Michella langsung membuka pikiran Claire.

"Harry, kamu satu-satunya pria disini dan suaramu lantang, sekarang saatnya menunjukkan bahwa kamu pria tangguh!" Claire memilih Harry membuatnya terkejut dan gugup.

"Apa aku, eh-eh tidak mungkin"

"Itu mungkin, Harry. Selama aku bersamamu kamu selalu teliti dan cekatan sekarang saatnya menunjukkan keberanian"

Harry merasa malu atas pujian Claire sekaligus menelan ludah karena gugup, berhadapan dengan pria asing bersenjata itu bisa sangat berbahaya.

Tapi bagaimanapun itulah satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah ini dengan cepat.

Próximo capítulo