webnovel

Pertemuan

Pesan Author :

Ehem ... Jangan pelit ngasih rate kuy. Dukung author bersaing melawan novel-novel Jejepangan. Kasih review ya

Selamat membaca

***

"Sampai kapan aku jadi rank-G?"

Kepala Kimansu pusing. Sudah seminggu jadi petualang, dia masih jadi rank rendahan. Di depan papan itu dia berusaha keras mengumpulkan point dan mengesampingkan urusan uang.

Ada bermacam quest berbeda yang tersedia di papan itu. Mulai dari quest paling ringan seperti mencari herbal, sampai quest tersulit seperti menaklukan dungeon¹, membasmi kriminal, serta berburu omegra kelas tinggi.

Ada pula bagian berbeda di papan mengikuti syarat rank. Papan itu terdiri dari kategori quest untuk petualang newbie (rank-G), trainee (rank-F), rookie (rank-E) regular (rank-D), skillful (rank-C) hingga elite (rank-B).

Tidak ada masalah di papan itu. Yang jadi masalah adalah statusnya sendiri sebagai rank-G.

Rank-G adalah rank terendah. Maka dari itu quest solo yang tersedia adalah quest-quest ringan yang hanya memberikan uang. Untuk quest yang ada poin-nya, seorang rank-G harus memiliki sebuah party.

Sedangkan poin sangat penting untuk kenaikan rank. Untuk naik jadi rank-F, Kimansu harus mengumpulkan 100 poin yang dia dapat dari quest party, atau omegra yang dia buru.

Apa ini mirip di game?

"Sama sekali tidak! Ini diskriminasi!" Kimansu mulai kesal. Dia bicara sendiri seperti orang gila hingga beberapa petualang semakin menjauhinya. "Ada quest membasmi omegra jenis pest. Tapi quest ini lagi-lagi untuk party. Duh, siapa sih yang membuat aturan menyebalkan ini? Kalau saja aturan idiot ini tidak ada, aku pasti sudah jadi rank-A!"

Keluhannya bukan tanpa alasan. Percaya tidak percaya, kemampuan Kimansu lebih baik dari petualang Rank-A sekalipun. Selain sudah memiliki skill elemental, skill-skill itupun sangat kuat hingga Kimansu bisa dibilang overpowered.

Bayangkan saja. Skill element hanya bisa dimiliki seorang petualang rank-C ke atas. Skill itupun masih level satu atau dua mengikuti kerja keras pemiliknya. Sedangkan Kimansu? Skill levelnya sudah lvl 3 alias max. Gara-gara peraturan bodoh asosiasi petualang, Kimansu tidak bisa sekeren petualang solo di novel-novel isekai.

Di peraturan itu dia tidak bisa mengambil quest sembarangan. Kalaupun dia bisa menyelesaikan quest level tinggi, poin-poin Kimansu tidak akan dihitung karena quest-nya tidak terdaftar. Dia sudah mencobanya. Hasilnya? Poinnya justru diambil party rank-B yang mendaftarkan quest itu di resepsionis.

Siapa juga yang mau memberi makan siang gratis? Kimansu pun mencoba peruntungannya lagi untuk bisa mendapatkan party.

"Aku ikut party-mu!"

"Ogah!"

"Aku hebat loh, party-mu pasti sukses!" Dia menawarkan diri ke party lain.

"Jangan mimpi!"

Penolakan demi penolakan masih dia dapatkan. Tidak ada satupun dari mereka yang mau menerimanya. Para petualang baru pun memilih menjauhi Kimansu setelah mendengar gosip tentang dirinya sebagai petualang tak tahu malu. Dia jadi menyesal telah memeras banyak orang sampai-sampai semua kompak memusuhinya.

Karena bosan, Kimansu menggunakan skill spesial yang hanya dirinyalah satu-satunya manusia di dunia yang memilikinya.

Skill mengintip status orang lain.

PIP!

[Name: Vordum, rank-B adventurer, swordman]

[Lvl: 8, Exp. to next level 460]

[HP: 280/320 MP: 36/40]

[Element: Pyro]

[Passive Skill: None]

[Active Skill: Kolero Lvl 2]

[Status: Preman Guild]

Kimansu mengintip status seorang petualang yang merajai lantai bawah. Jika dibandingkan dengan dirinya, Kimansu 10 kali lipat lebih kuat. Saat dia  iseng mengintip status petualang selanjutnya, Kimansu melihat keributan.

"Dia datang! Monster biru datang!"

"Yang benar saja? Bukannya dia ikut quest penting dua minggu lalu?"

"Dia sudah menyelesaikannya!"

"Apa!!!?"

Kimansu bingung melihat wajah panik para petualang. Sebagian dari mereka pucat pasi seakaan yang disebut monster biru itu hendak memakan mereka. Para petualang itu serempak duduk tenang seakan tidak mau mengusik perhatian seseorang yang akan datang.

Kimansu tidak peduli. Dia menoleh lagi ke papan quest. Baginya, siapapun si monster biru itu bukanlah urusannya.

Suasana lantai bawah semakin hening. Kimansu tidak mendengar apapun selain degup jantung para petualang dan tangan mereka yang gemetaran. Ketegangan itu semakin terasa ketika telinganya mendengar suara langkah kaki seseorang memasuki guild.

Dia tidak menoleh. Suasana senyap itu jadi kesempatannya untuk lebih fokus melihat papan quest.

Gacha! Dia menukan quest solo yang ada poinnya. Dia menghafal nomor quest itu untuk dilaporkan ke resepsionis. Ketika dia menoleh, dia melihat semua orang bergelagat aneh.

'Kenapa mereka menunduk?' pikirnya. 'Ah, bukan urusanku.' Kimansu berjalan santai menuju resepsionis yang ternyata juga berwajah pucat. 'Ada apa?'

Dia baru tahu jawabnya ketika mendengar teguran seseorang dari belakang.

"Anak baru, ya?"

Kimansu tidak menjawabnya, tidak pula menoleh ke belakang. Dia juga tidak peduli kode mata resepsionis yang memintanya untuk hati-hati bicara.

"Mana sopan santunmu, Anak baru." Sosok misterius itu bicara lagi.

"Bukan urusanmu." Kimansu menjawab ketus. Dia mengacuhkan suara cempreng itu dan memilih bicara dengan resepsionis. "Tolong quest nomor 36."

Resepsionis centil itu menelan ludah. Dia menulis pendaftaran quest dengan tangan gemetaran.

"Kamu punya nyali juga, Anak baru."

Kimansu mulai terganggu. Sebutan 'anak baru' itu mulai mengusik kesabarannya. Dia menoleh ke belakang untuk memandang si penegur menyebalkan. Tapi dia tidak melihat apapun selain para petualang yang masih duduk dengan wajah menunduk.

"Di bawah, Anak baru."

Seperti petunjuknya, bola mata Kimansu mengarah ke bawah. Dia mengernyitkan dahinya ketika menemukan bahwa si monster biru ternyata ...

"Kucing Loli ... imut sekali ..."

Próximo capítulo