webnovel

Kena Marah

"Tapi bagaimana kamu bisa sampai kemari" ucapnya sambil menahan napas karena lidah George sudah menjalar dengan nakalnya dileher Alesha.

George menghentikan kegiatannya.

"Aku membujuk satpam dengan memberikan sejumlah uang supaya menunjukkan letak kamarmu"

Alesha terbelalak, dia lalu berbalik sehingga mereka berhadapan.

"Astaga...George kamu itu seorang raja, seorang pemimpin. Bagaimana bisa kau menyogok orang lain demi kepentingan pribadimu?"

"Tidak ada yang terlarang demi cinta Alesha dan jika seandainya aku harus membunuh seseorang demi mendapatkanmu, aku akan melakukannya" Alesha langsung menutup mulut George dengan cepat.

"Hus..kamu jangan bicara seperti itu, dalam bersikap seorang raja harus selalu menggunakan pikirannya yang positif, jangan mudah terbawa emosi dan perasaan karena kamu bisa dengan mudah terpengaruh. Musuh-musuhmu akan dengan mudah menggunakan kelemahanmu itu untuk menjatuhkanmu". terang Alesha panjang lebar.

George menatap Alesha dengan penuh kekaguman. "Kau memang calon ratu yang bijaksana, tapi sekarang aku hanya ingin tidur sambil memelukmu dengan nikmat". Ucap George sambil menggendong Alesha ke pembaringan.

Alesha terpekik kaget, tapi tidak berdaya karena kini George sudah mendekapnya lagi.

"George, jangan begini. Kau ingat kan kita belum sah. Tunggulah sampai kita menikah, nanti ada yang masuk dan melihat kita seperti ini bagaimana?" ucap Alesha mencoba membujuk tapi sepertinya George tidak peduli, pria itu malah semakin memeluknya seperti memeluk guling, untungnya kamar Aesha dingin sehingga pelukan itu menghangatkan tubuhnya.

"Aku tidak bisa tidur tanpa memelukmu, please biarkan aku tidur disini, apa kau tahu waktu di kanada aku hanya tidur tiga jam sehari karena ingin cepat-cepat pulang untuk memelukmu tapi apa, ternyata kau malah pergi bersama sahabatmu si brengsek itu. Sejak itu aku belum pernah sekalipun beristirahat dengan normal." George mulai mengungkit lagi kejadian kemarin sehingga Alesha hanya mendesah panjang karena merasa bersalah dan membiarkan tubuhnya didekap. Sebenarnya dia juga sangat menginginkan itu, tapi bagaimana kalau ada orang yang tiba-tiba masuk. Akhirnya dia pun mulai merasakan kantuk.

Sinar pagi menerangi seluruh cakrawala, suara kicau burung seakan menambah syahdu alunan alam yang cerah. Menyegarkan setiap semangat hidup yang siap dijalani hari ini. Di dalam kamar yang hangat terlihat dua insan yang masih saling membagi kehangatan tubuh.

Suara napas mereka yang teratur dan tenang menandakan ketentraman hati seakan menghapus seluruh petaka hidup yang semakin hari semakin menghantui. Mereka tidur pulas seakan pagi ini adalah malam tenang yang damai. Suara gaduh dari luar pun tidak terdengar oleh mereka.

Tiba-tiba pintu terbuka lebar disertai dengan suara pekikan tertahan.

"Astagfirullah Alesha...!" teriakan syok ibunya membuat Alesha terbangun linglung seketika. Matanya yang bengkak masih mengerjap.

"Mm...Ini kan masih pagi Oli, biarkan Aku tidur dulu"ucapnya sambil menjatuhkan tubuhnya ke kasur lagi.

Ibunya sontak saja bertambah kesal dengan tingkah Alesha yang seperti tidak terjadi apa-apa.

"Uhh..anak ini, ayo bangun..Apa yang kalian lakukan..?!" ibu Alesha mengguncang tubuh putrinya agak keras sehingga gadis itu terpaksa kembali terbangun.

"Apa-apaan ini Alesha..?!" tanya ibunya lagi.

Alesha yang masih bingung melihat kearah ibunya dengan penuh tanya. Tapi setelah beberapa saat matanya membulat lalu dia menoleh kesamping dan mendapati George masih tidur dengan sangat pulas di sampingnya. Dia lalu berbalik kearah ibunya dengan perlahan karena takut. Ibunya masih melotot, wajah Alesha memelas minta dikasihani.

"Anak ini ya, sudah dibilangin kalau jangan dekat-dekat dulu tapi masih aja melanggar..!!" Ucap ibunya lalu menjewer telinga Alesha dengan gemas bercampur kesal, alhasil telinga Alesha langsung terasa sakit sekali.

"Aaaww...aww..!!mama sakit, ma..ma tolong maafin Alesha, ampun ma..kami tidak melakukan apa-apa." ucapnya meringis. Tapi ibunya tetap menjewer telinganya tanpa ampun.

George sayup-sayup mendengar suara ribut tetapi semakin lama semakin ramai seperti seseorang yang berteriak kesakitan sehingga dia pun terbangun.

George terkejut melihat Alesha sedang memohon dan meringis kesakitan, lalu dia melihat Ibu Alesha yang sedang menjewer telinga putrinya, seketika itu dia merasa tubuhnya ikut ngilu melihat pemandangan itu.

"Apa yang ibu lakukan kumohon hentikan Bu, Alesha sangat kesakitan" Ucapnya sambil berusaha menolong Alesha. Tapi pada saat tatapan tajam Ibu Alesha tertuju padanya, entah kenapa nyali George seketika ciut. George hanya menelan ludahnya karena tegang. Ibu Alesha akhirnya menghentikan hukumannya untuk Alesha dan beralih ke arah George.

"Kau juga anak muda...!! kenapa kau bisa berada di kamar anak gadis orang dan tidur bersama disini. Apa yang telah kalian lakukan hah? Kalian itu belum menikah, belum bisa melakukan hal-hal seperti ini. Kalian seharusnya bisa menjaga diri dari hal-hal yang dapat menimbulkan fitnah. Apakah kalian.. bla...bla.. bla...bla..." Ibu Alesha terus saja bicara sambil mencak-mencak.

George hanya memandangnya terpana dan bingung, apakah setiap ibu dinegara ini akan bereaksi berlebihan jika mendapati anak gadis mereka tidur dengan pacarnya? Benar-benar aneh.

George memang tahu tentang adanya larangan itu, karena pemahaman tentang keyakinan barunya mengajarkan semua hal yang seharusnya diketahui oleh setiap pemeluknya. Makanya dia tidak pernah berani melakukan hal lebih dengan Alesha. Tapi dia juga pikir hal seperti itu adalah wajar karena mereka masing-masing sudah dewasa dan saling mencintai. Di negaranya pun hal itu sudah sangat lumrah dan normal. Sepanjang tidak ada paksaan.

Tapi yang dia tidak ketahui kalau ibu Alesha akan berubah 180 derajat terhadapnya hanya karena Alesha tidur dengannya dalam satu kamar. Muka garang ibu Alesha sangat berbanding terbalik ketika menyambutnya pertama kali. Dia lalu menoleh kearah Alesha dengan heran dan penuh tanya.

Alesha terlihat masih meringis sambil mengusap-ngusap telinganya yang masih sakit, dia pun melihat kearah George dan mendapati kekasihnya melihatnya dengan tatapan penuh tanya, tapi dia hanya memberi isyarat untuk tetap diam.

Ibu Alesha masih morang-maring dengan ocehannya tanpa henti. Sebagai orang tua melihat anak gadisnya tidur dengan laki-laki yang bukan muhrimnya tentu akan membuatnya syok, meskipun demikian dia juga tidak bisa berbuat apa-apa karena semuanya sudah terjadi dan untungnya mereka juga akan menikah sebentar lagi. Tapi tetap saja sang ibu merasa kesal dengan tingkah nakal putrinya itu.

Alesha dan George masih tertunduk mendengarkan ceramah Ibu Alesha dengan khusyuk. George hanya diam termangu seperti terdakwa yang siap menjalani masa hukumannya.

"Maafkan kesalahan saya Bu, tapi benar kata Alesha kalau kami tidak pernah melakukan hal yang tidak-tidak, kami hanya tidur" ucap George dengan penuh penyesalan. Ibu Alesha hanya mengendus, dia masih kesal dengan mereka berdua. Setelah berapa saat Ibu Alesha sudah tenang.

"Kalian memang harus segera dinikahkan, ini tidak bisa dibiarkan lebih lama lagi. Nak George kau kembalilah ke kamarmu dan bersiaplah." Ucap ibu Alesha sambil memijit kepalanya yang sedikit pusing. George hanya mengangguk, dia melirik Alesha yang masih nemasang wajah sedih sebelum beranjak meninggalkannya dan ibunya.

"Dan kamu sayang, kita perlu bicara" ucap Ibu Alesha kemudian. Ibu Alesha lalu duduk disisi pembaringan, dia menatap anaknya dengan penuh selidik.

Sekarang jelaskan apa yang baru saja mama lihat"

"Mama kami hanya tidur saja, kami tidak melakukan apa-apa percayalah" Alesha mengulangi alasannya.

"Apa yang mama lihat mungkin hanya sebagian kecil dari apa yang pernah kalian lakukan, benarkan Alesha?"

Alesha hanya terdiam mendengar ucapan ibunya, didalam hatinya dia sangat membenarkan itu.

"Dalam hati kecil mama sebenarnya belum rela kalau kamu menikah, masih banyak yang harus kamu capai dalam hidup terlebih dahulu. Kamu juga satu-satunya pewaris yang papa dan mama harapkan setelah kakakmu menikah. Tapi disisi lain, mama bahagia karena kamu mendapatkan pemuda yang bertanggung jawab seperti pangeran George.

Seperti yang mama lihat tadi, gaya pacaran kalian sangat liar nak, padahal kamu adalah gadis polos mama yang belum pernah mengenal pacaran sekalipun. Mungkin mama yang salah karena telah luput memperingatimu tentang hal itu sebelumnya, sehingga hal-hal yang tidak pantas dilakukan dengan yang bukan muhrim kamu sudah sering lakukan dengan kekasihmu." Mata Alesha berkaca-kaca mendengan ucapan ibunya "Mama kami hanya..." ucapan ya tertahan karena ibunya melanjutkan.

"Apapun alasan kamu yang harus kamu ingat adalah semua itu tidak boleh dilakukan karena itu dosa sayang. Untungnya hal itu tidak akan berlarut lagi karena kalian akan segera menikah dan mendapatkan orang yang bertanggung jawab.

Seandainya orang itu bukan pangeran George? seandainya kekasihmu itu orang yang hanya ingin mempermainkanmu dan setelah mendapat apa yang dia inginkan kamu dicampakkan begitu saja, bayangkan bagaimana perasaan mama dan papa?"

"Mama, maafkan Alesha kalau sudah mengecewakan mama. Alesha sangat mencintai George, tapi kami tidak pernah melakukan hal-hal yang melanggar batas ma". Ucap Alesha bersungguh-sungguh, memang dia sudah memperlihatkan mamanya hal yang seharusnya hanya dia dan George saja yang tahu tapi dia juga harus meyakinkan ibunya kalau yang dia lakukan hanya sebatas itu, tidak lebih.

Supaya kekecewaan ibunya terhadapnya bisa lebih berkurang.

Meskipun sebenarnya George lah yang menjaga itu agar tidak terjadi, dan memang benar seandainya pria yang dicintainya itu adalah hanya pria brengsek yang tidak bertanggung jawab. Wah, memikirkan itu Alesha bergidik sendiri. Alesha bersyukur karena mencintai George dan begitupun sebaliknya.

Próximo capítulo