webnovel

Aku ingin...

Alesha lalu mengecek handphonenya, senyum indahnya pun mengembang dibibirnya ketika melihat nama yang ada dilayar. Kemudian dia menjawab.

"Hai..." terdengar suara serak yang membuat hati Alesha bagai melayang dan semua kegundahannya hilang dalam sekejap. Entah kenapa kali ini suara itu sangat indah menggelitik ditelinga Alesha dan seandainya saja ini bukan telfon, maka dia akan menerkamnya sekarang juga.

" H..hai.." Suaranya terdengar bergetar menahan gejolak hatinya yang membuncah.

" Aku masuk sekarang ya"

Mendengar itu sontak hati Alesha berdesir, suhu tubuhnya tiba-tiba naik. Dia tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya Tapi sebelum dia kembali tersadar, pintu kamarnya sudah terbuka. Tampak sosok yang selama ini dirindukannya berdiri sambil tersenyum manis. Dia mata Alesha dia bahkan semakin mempesona, meskipun hanya mengenakan jeans dan t-shirt casual. Badan tegap dan otot-ototnya yang kekar sempurna seakan menjadi candu bagi Alesha untuk tetap menatapnya tanpa berkedip.

"Pangeran..." suara Alesha hampir berbisik karena tak sanggup lagi menormalkan nafasnya. Jantungnya seakan mau meledak seketika.

George kemudian melangkah kearahnya, mata tajamnya tak pernah lepas menatap Alesha. Tatapan mata George memancarkan emosi yang membuat hati Alesha menjadi hangat, rada sayangnya menjadi berkali lipat sehingga pada saat yang sama dia merasa takut. Dia membayangkan bagaimana nanti hubungan mereka akan berjalan, dia sadar banyak rintangan yang akan mereka hadapi untuk mempertahankan cinta mereka.

Dan itu tidaklah mudah, terutama bagi George. Dia adalah seorang yang nantinya akan memimpin negara, yang menjadi tumpuan seluruh rakyatnya dan untuk itulah dia sangat membutuhkan dukungan oleh orang-orang terdekatnya terutama dukungan orang tuanya.

Alesha tidak ingin menjadi egois hanya untuk memilikinya, karena dia tau George bukan orang biasa yang bisa bebas memilih sesuai keinginannya. Dan kalau dia bersikeras mendobrak aturan kerajaan hanya untuk mempertahankan cintanya, maka George akan kehilangan kesempatan menjadi penerus tahta dan masa depannya akan hancur. Itulah yang Alesha takutkan dan dia tidak mau itu terjadi. Dia akan lebih rela melepas semua perasaannya dari pada melihat orang yang dicintainya hancur.

" Sudah berapa kali aku bilang, jangan memanggilku dengan sebutan itu lagi, panggil aku Geo atau babe. Itu akan terdengar indah dari mulutmu". Ucap George sambil mencuri ciuman dibibir Alesha yang masih sedikit terbuka lalu melepasnya lagi. Sementara itu Alesha yang masih larut dengan pikirannya hanya menatapnya tanpa ekspresi, tatapan matanya terlihat kosong. George yang menyadari itu mengerutkan kening.

"Hei.. sayang ada apa? kau tidak suka aku datang ketempatmu?" ucapnya sambil mengelus pipi merah Alesha.

" Oh... engga, tentu saja aku senang. Kau darimana saja, kanapa 3 hari ini kau sama sekali tidak bisa dihubungi? ucapnya cemberut lalu dia terdiam sejenak.

" Apa kau bersama tunanganmu?" ucapnya lagi sambil menatap George dalam. Ada rasa khawatir yang yang menyelimuti perasaanya kalau-kalau tebakannya itu benar.Tapi itu semua sekarang tidak penting lagi.

Mendengar itu George tersenyum.

" Kau cemburu ya?,sayang... kau tau kan sebelum melihatmu kami memang sudah bertunangan. Tapi aku sama sekali tidak suka padanya. Aku akan memutuskan pertunangaku jadi kau sabar saja ya, setelah pertunagan kami berakhir kita akan bersama selayaknya pasangan lain." Ucapnya sambil mendekap erat tubuh Alesha seakan-akan tak ingin dilepasnya lagi.

Mendengar itu hati Alesha merasa sangat bahagia, seakan semua kagaluannya sirna. Betapa indahnya jika saja George hanya seorang biasa yang tidak perlu terbelenggu oleh aturan-aturan, sehingga kebahagiaan ini tidak akan berakhir. Tapi kemudian matanya berkaca-kaca.

"Pangeran... aku takut, ini tidak akan terjadi sesuai dengan apa yang kita inginkan." Ucapnya sambil menatap George, air matanya mulai jatuh.

Melihatnya menangis hati George terasa sangat berat, dia lalu menghapus air mata Alesha dan mengecup keningnya.

"Hei..no, don't cry babe. It's gonna be all right ok? akan kupastikan itu tidak akan terjadi, aku berjanji". ucapnya menatap dalam Alesha yang masih bercucuran air mata.

" Pangeran..., apa boleh aku menciummu?"Tanya Alesha dengan tatapan penuh kasih.

Mendengar permintaan itu George tertegun sesaat, hatinya tiba-tiba terasa bergejolak dan bara itu sudah menjalar keseluruh sistemnya. Tapi sebelum dia bereaksi, tiba-tiba tangan Alesha bergerak menyentuh bibirnya dengan lembut. Jemarinya meraba bibir seksi itu dan mengelusnya.

George merasakan jantungnya seakan melompat keluar, darahnya panas seakan membakar seluruh benteng pertahanannya dan menghanguskannya menjadi debu dan menghilang dalam sekejap. Dia kemudian menggenggam pergalangan tangan itu dan mendorong tubuh Alesha bersamanya sehingga tubuh mereka jatuh kepermukaan kasur.

George lalu menatap dalam mata Alesha tapi tatapan mata gadis itu sangat berbeda, dia merasa seakan tatapan itu penuh kesedihan,rasa sayang yang sangat besar tapi juga melihat ada rasa takut yang mendalam. Tidak ada gairah dan nafsu dalam tatapan itu, sehingga dia hanya menatapnya tanpa reaksi.

Tapi kemudian tangan Alesha bergerak dan melingkar kelehernya lalu menariknya kebawah, dan sedetik kemudian bibir gadis itu sudah melumat bibirnya, menghisap dan menggigitnya sehingga George hanya memejamkan mata dan membalas ciuman itu. Kali ini ciuman mereka sangat dalam,lembut dan penuh perasaan seakan mereka ingin merasakan kehangatan itu selamanya.

Alesha yang merasa kalau itu adalah ciuman mereka yang terkhir semakin dalam menghujamkan mulutnya kebibir George seakan tiada lagi hari esok. Seakan itulah hal yang paling terakhir yang dirasakannya dalam hidupnya setelah ini. Perasaanya berkecamuk dan campur aduk antara gairah, sedih,takut,dan cinta. Rasa itu membaur menjadi satu dalam relung hatinya sehingga dia semakin menciumi George bagai ceetah yang kelaparan.

Sementara George yang meraskan itu hanya berusaha terus mengimbangi Alesha yang tiba-tiba saja menjadi beringas, mereka lalu berhenti mengambil napas.

" I love you prince " ucap Alesha tiba-tiba dan sesaat kemudian mereka sudah kembali dalam kehangatan ciuman yang menggairahkan. Napas mereka terengah, desahan dan rintihan lirih seakan menjadi alunan yang semakin melayangkan perasaan mereka keawan. Tapi pada saat George hendak mengarahkan ciumannya keleher Alesha, tiba-tiba gadis itu mendorongnya dan bangkit. Napas mereka yang terengah menandakan jika masih banyak hasrat yang belum tersalurkan.

" Ada apa?" tanya George bingung.

"Kita harus bicara" jawab Alesha datar sambil menatap George tajam.

Melihat perubahan drastis Alesha membuatnya khawatir jangan- jangan dia sudah kelewatan sehingga gadis itu marah.

" Apa kamu marah padaku?, aku minta maaf kalau tadi aku lepas kendali. Aku ha..." tapi belum sempat dia menyesaikan kalimatnya Alesha langsung memotong.

" Aku ingin kita mengakhiri semua ini dan jangan pernah menemuiku lagi. Aku ingin kita putus..!"

Kalimat itu bagaikan petir yang menyambar tubuh George dan menghanguskan hatinya. Tubuhnya membeku, dia hanya menatap Alesha dengan rasa tidak percaya.

" Babe, ada apa denganmu? kenapa kau tiba-tiba berkata seperti itu?, kalau aku salah aku minta maaf. Tadi itu aku hanya kehilangan kendali oke?" Ucapnya panik, dia benar-benar tidak mengerti ada apa dengan gadis itu.

" Ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan ciuman itu, aku hanya ingin kita tidak berhubungan lagi pangeran, cukup sudah dengan semua kekonyolan ini. Aku tidak sanggup lagi." ucap Alesha seraya menahan sekuat tenaga agar air matanya tidak tumpah. Hatinya sangat sakit melihat George yang seakan kehilangan jiwa bersama kalimat yang dia lontarkan itu. Dia bahkan tidak sanggup lagi menatap George yang sejak tadi menatapnya tidak mengerti.

" Tapi kenapa, Alesha?" tanya George sambil berusaha menjangkau wajahnya tetapi dia mengelak dan terdiam.

" Damn Alesha..! jawab aku..!" tanya George lagi, kali dia berhasil memegang bahu Alesha dan mengarahkan tubuh gadis itu kehadapannya. Tapi Alesha hanya tetap diam dan tertunduk.

"Jawab... aku..." ucapnya lagi sambil mengangkat dagu Alesha sehingga memaksa gadis itu menatap wajahnya. Tapi Alesha menepis tangannya lalu bangkit dan berdiri.

" Aku tidak ingin bersamamu lagi George, kenapa kau tidak mengerti juga. Aku ingin fokus dengan pelajaranku dan lulus secepatnya. Jadi tolong lupakan semua yang telah terjadi diantara kita dan tinggalkan aku sekarang." ucap Alesha tanpa sedikitpun menatap George, hatinya bagai tersayat. Sangat menyakitkan dan tidak sanggup lagi melihat reaksi George.

Próximo capítulo