Masalah yang datang bertubi-tubi menghampiri Shella. Bukan karena dia wanita yang kuat tapi mungkin karena Shella tipikal wanita yang tegar. Jiwanya penuh dengan ketabahan dan hatinya sekuat baja walau kadang air mata sering kali menghiasi pipi indahnya.
Suasana yang tadinya hening berubah menjadi duka setelah Dokter menyatakan Ny. Bramasta sudah pergi untuk selamanya. Meninggalkan mereka tanpa sepatah dua patah kata perpisahan. Semua terjadi begitu cepat dan lagi-lagi masalah yang silih berganti cukup menyobek hati Shella. Baru saja ia kehilangan Jonathan, pernikahan nya dengan Franklin gagal, kenyataan tentang Papa dan Mamanya yang terlibat dalam Korupsi Bank Negara bersama beberapa Mentri lainnya sungguh sudah sesuatu yang sangat membuat Shella terpuruk. Belum lagi hari ini satu kenyataan yang sangat pahit. Shella harus kehilangan Mama tercintanya.
Walau tidak banyak momen indah yang tercipta karena Mamanya selalu sibuk bekerja namun rasa cinta di antara keduanya tentu saja sangat besar. Shella selalu berterimakasih atas perjuangan Mama Papa, demi membesarkan Shella.
"Ma...! Mama...!!! Hikssss..., Bangun MA!" Suara Shella bergema di sepanjang koridor sembari menggoyangkan tubuh Mamanya yang sudah terbujur kaku dan siap di bawa ke ruang jenazah.
"Mama! Please..." Jangan tinggalin Shella." MAMA!
"Papa! Mama Pa." Jerit Shella sembari memeluk Papanya yang juga menangis tersedu-sedu.
Franklin, Tia, dan Lia berusaha menarik Shella dan menenangkan Shella. Semua orang menangis saat melihat Shella berteriak histeris. Siapapun tidak menyangka bahwa suatu hati nanti semua ini akan terjadi. Shella kemudian tak sadarkan diri karena terlalu syok.
**********************************************
Seminggu kemudian.
Setelah pengebumian Shella hanya diam tanpa kata dan tatapannya selalu saja kosong. Shella bahkan lupa untuk menyantap makanannya. Saat ini Shella menetap Apartemen Tia, karena Rumah, Mobil dan harta lainnya sudah di tahan oleh pihak Kepolisian. Shella hanya memiliki sedikit tabungan namun mungkin jika bagi mereka yang hidup sederhana akan cukup untuk hidup selama setahun. Sebagai sahabat Tia selalu berusaha menyemangati Shella yang setiap hari seakan putus asa. Tia tau benar saat ini beban Shella memegang terlalu berat, bahkan wanita itu sedang menanti keputusan mahkamah untuk Papanya.
Shella saat ini menatap ke luar jendela. Kantong mata pekat, bibir pucat dan mata sendu. Shella sesekali membuang nafas seolah sedang melepas semua beban di hatinya.
"Mau Teh? Tanya Tia. Namun Shella hanya menggeleng.
Tia menghampiri Shella dan tak lama menepuk pundak Shella.
"Semua pasti sangat berat untuk mu. Hiks..." Entah mengapa saat itu Tia tidak dapat menahan air matanya. Tia menyandarkan kepalanya di bahu Shella dan menangis sesenggukan. Air mata Shella ikut menetes namun tidak ada suara sama sekali darinya. Tangisan Tia semakin membabi buta. Tia merasakan sesak di dadanya ketika melihat Shella yang seperti sekarang.
"Jika bisa kau bagi penderitaan mu dengan ku, sudah pasti aku mau merasakannya agar hatimu bisa sedikit tenang. Apa yang membuat ku menangis adalah aku hanya bisa melihat mu menderita dan menangis. Dan aku tidak bisa melakukan apa-apa sebagai seorang sahabat.
Saat sedang menangis dan berpelukan, terdengar suara bel apartemen Tia. Tia dengan cepat menghapus air matanya dan menghapus air mata Shella. Kemudian wanita itu melangkah untuk membukakan pintu.
"Apakah Shella ada? Tanya Lia.
"Dia ada di dalam. Jawab Tia ketus.
Lia melangkah masuk dengan sopan dan saat baru dua langkah melewati Tia. Tangan nya di tahan oleh Tia. Segera Lia menoleh ke arah Tia.
"Apa kau tidak merasa bersalah sedikitpun? Jika aku jadi kau aku tidak akan mungkin menunjukkan batang hidungku di depannya. Kau adalah salah satu orang yang membuatnya terluka." Kata Tia.
"Maaf Tia tapi aku adalah Lia bukan Tia. Dan aku ingin tetap berada di samping sahabat ku di saat-saat seperti ini. Aku rasa Shella tidaka akan masalah dengan itu." Lia menepiskan tangan Tia dan langsung berjalan menghampiri Shella.
Lia memeluk Shella erat dan saat itu dengan cepat membuka kotak makanan yang ia bawa.
"La... Makan ya. Kata Lia tersenyum ke arah Shella yang hanya menatap lurus kedepan.
Tak lama Shella menatap Lis dan tersenyum. Satu demi satu suapan bubur nasi masuk ke mulut Shella. Lia menyuapi Shella dengan sangat hati-hati. Dan sama seperti Tia, Lia tidak bisa membendung air matanya. Lia menangis, menjatuhkan air matanya meskipun sudah berusaha untuk menahannya.
Sedih mu adalah sedihku dan bahagia mu adalah bahagia ku. Batin Lia sembari menyuapi Shella.
*******************************************
Setelah melewati persidangan pertama atas kasus korupsi yang dilakukan Bramasta. Akhirnya sidang akhir akan di lanjutkan minggu depan. Lembaga internasional yang memerangi korupsi yakni Transprency International merilis bahwa Bramasta menjadi salah seorang yang terlibat korupsi. Diperkirakan masih ada beberapa orang yang ikut terlibat dalam kasus ini.
KPK resmi menetapkan CEO Bramasta sebagai tersangka atas kasus korupsi penerbitan Izin Usaha palsu dan pencairan dana secara ilegal.
Kasus ini hampir di tampilkan di semua stasiun berita dan bahkan menjadi kasus terbesar di Indonesia.
Kantor Polisi.
Shella hari ini mengunjungi Papa nya yang sudah di tahan sejak pertama kali sampai di Jakarta. Shella menggenggam erat tangan Papanya yang saat itu duduk dalam posisi berhadapan. Tangan Papanya bergetar, wajahnya pucat dan pipinya sedikit tirus. Karena sudah menjadi tersangka dan hanya menunggu sidang akhir. Bramasta sudah memakai baju tahanan sama seperti penjenayah lainnya.
"La... Kau harus tetap kuat Nak. Jangan pernah putus asa, lanjutkan hidup mu seperti biasa dan hiduplah dengan bahagia. Ini semua salah Papa dan Papa harus membayarnya. Maafkan Papa karena sudah membuat mu menderita. Kata Bramasta.
"Pa... Papa memang salah di mata dunia. Tapi Papa tidak bersalah karena sudah membesarkan ku dengan baik. Papa sangat menyayangi Shella. Awalnya Shella marah ketika mengetahui Papa terlibat dalam kasus ini tapi jika di pikir lagi. Papa tidak bersalah karena selalu berusaha membahagiakan Shella. Tapi tetap Papa sudah melakukan kesalahan dan hukuman adalah suatu perkara yang adil Pa. Aku akan menunggu Papa bebas dan kita akan mengunjungi makam Mama bersama. Shella akan menunggu Papa jadi tetap sehat dan kuat Pa. Kata Shella memeluk Papanya.