webnovel

Aku Rindu

Melihat Mayleen lenyap, Jeha berteriak memanggil nama Mayleen sambil berlari mengejar sosoknya sampai akhirnya dia terbangun dari mimpi.

Keringat membanjiri wajah Jeha, air mata mengalir dari sudut matanya ketika menyadari yang tadi hanya mimpi.

Jeha langsung duduk dan membenamkan wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Mayleen, bukankah kamu yang meninggalkanku karena aku tidak ada di hatimu selain Lion? aku tau yang kamu cintai itu Lion bukan aku, tapi kenapa sekarang kamu menyalahkan aku hah?.

Sudah lama sekali, kenapa Mayleen muncul lagi dalam mimpiku ? tapi kali ini wajahnya terlihat sedih dan tertekan, ada apa dengannya? dan di mana dia sekarang?.

Ya tuhan apakah engkau sedang mempermainkanku? apakah ini teta teki baru yang engkau berikan padaku?.

Leen aku rindu. Batin Jeha seraya berteriak setelahnya, untung saja ruangannya kedap suara, jadi karyawanya yang di luar tidak bisa mendengarnya.

Setelah selesai membatin mengingat mimpinya, Jeha terkejut melihat dirinya tertidur di sofa ruangannya dengan pakaian yang acak-acakan dan bau alkhol yang menyengat.

"Aahhh kepalaku sakit banget, kenapa aku bisa ada di sini? dan sekarang jam berapa? " batin Jeha.

Jeha langsung mengambil handphonnya dan melihat kalau itu sudah jam 1 siang.

"Astagaaa. ..aku tertidur sudah sangat lama ternyata" Sambil merapikan pakaiannya dia duduk di kursi kerjanya, setelah itu tangannya menari di atas keyboard memeriksa CCTV kantornya.

Di dalam layar, Jeha melihat asistennya memapahnya masuk ke ruangannya dalam keadaan mabuk di tengah malam.

Jeha teringat kalau semalam dia sedang berada di sekitar Namsan Tower dan menikmati beberapa kaleng bir setelah itu tidak mengingat apapun.

Setelah lama terdiam Jeha bangun dari duduknya dan bergegas ke kamar mandi untuk mandi dan mengganti pakaiannya karena dia tidak ingin terlihat kacau dan buruk di depan semua kariyawannya kecuali asistennya.

Untungnya ruangan Jeha sudah seperti rumah kedua baginya, jadi beberapa pakaian dan perlengkapannya sudah tersedia di sana, oleh karena itu dia tidak perlu pulang.

Keesokan paginya di Berlin.

»Jerman«

Waktu menunjukkan pukul 5, Nana terbangun dengan penglihatan yang sedikit kabur.

Setelah lama menggeliat Nana menyadari ada tangan besar melingkar di perutnya.

Seketika iti Nana terkejut dan langsung berbalik melihat wajah Lion yang bersinar di waktu sedang tidur.

"Ya tuhan ampuni Nana, karena sudah melampaui batas" Gumam Nana sambil membelai wajah Lion yang tertidur lelap.

Setelah puas menatap wajah Lion, Nana dengan pelan menyingkirkan tangan Lion, dan segera beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi dan mengambil air wudu.

Seusai shalat subuh, Nana langsung bergegas ke dapur dan meninggalkan Lion yang masih tertidur pulas, untuk sesaat Nana terdiam melihat Lion yang sedang tertidur pulas.

Setelah puas menatap Lion, Nana langsung menuju dapur yang tidak jauh dari tempat tidurnya.

Beberapa saat kemudian Lion terbangun karena mencium bau harum masakan Nana.

Dengan pelan Lion yang masih menggunakan kemeja putih yang berantakan berjalan mendekati Nana yang fokus memasak.

Lion tersenyum licik dan dengan pelan dia mendekap Nana dari belakang, "Selamat pagi calon istriku"

Nana terkejut melihat Lion yang tiba-tiba mendekapnya.

"Lion, apa yang kamu lakukan? aku lagi masak jadi sekarang lepasin aku! " ucap Nana dengan sinis.

"Oh, jadi kalau kamu lagi tidak masak, maka aku boleh memelukmu begitu?" tanya Lion sambil melepas pelukannya dengan tatapan jahil.

Nana mulai geram dengan perkataan Lion, dengan cepat Nana mengangkat sutil kearah Lion.

"Wao wao... ular betina sudah murka, saatnya kaburrr ke kamar mandi... yaaa.... " Lion langsung berlari menuju kamar mandi ketika melihat ekspresi membunuh Nana dengan senjatanya yang mematikan kalau menurut para suami yang takut istri sih Ha ha.

"Dasar bebek mesum" ucap Nana sambil melihat Lion yang berlari.

Setelah selesai sarapan, Lion dan Nana langsung berangkat menuju bandara.

Di dalam pesawat, Nana dan Lion duduk di kelas bisnis akan tetapi kelas itu khusus di pesan oleh Lion hanya untuk dia dan Nana.

Karena tidak ada orang selain mereka, suasana pun berubah hening karena tidak ada yang memulai pembicaraan diantara mereka.

"Kamu berapa bersaudara?" Tanya Lion memecahkan keheningan diantara mereka.

"Bertiga aja, satu kakak perempuan dan satunya lagi adik laki-laki yang seumuran dengan Zera" Jawab Nana dengan semangat.

"Bagaimana sikap mereka?" Lion mulai kepo dengan keluarga Nana.

Nana mengerutkan Keningnya mengingat-ingat.

"Kakak ku orangnya heboh dan cerewet, dia adalah gadis yang soleha, dia juga menggilai drama korea, sedang adik laki-laki ku orangnya tidak banyak bicara, dia cerdas dan terkenal di sekolahnya dan selalu mendapat beasiswa " Jelas Nana dengan bangga.

"Benarkah? "

Nana mengangguk, "Emang kenapa kamu mau tau tentang mereka? "

Lion tidak menjawab pertanyaan Nana, dia malah kembali memeriksa file-file yang begitu banyak.

Sebenarnya dia bertanya hanya untuk mengetahui bagaimana watak orang-orang di sekitar Nana agar nanti dia tau bagaimana harus bersikap ketika mereka bertemu.

Nana cemberut karena pertanyaannya tidak di jawab.

»Bandara International Incheon Korea«

Tidak lama kemudian mereka sampai di bandara Incheon korea selatan.

Lion dan Nana berjalan beriringan dan langsung di sambut oleh ajudan Lion, dan tentunya yang tidak ketinggalan dialah Hyun Ae si wajah poker.

Lion berhenti dan melirik Nana, "Di depan ada banyak wartawan, sekarang kamu punya dua pilihan, pertama ikut aku keluar menghadapi banyaknya pertanyaan wartawan, atau kamu keluar bersama salah satu ajudanku dan terbebas dari wartawan, pilih yang mana?"

Próximo capítulo