Lauriel menyentuh pundak Alaric ketika ia berhasil mencapai keduanya. Sentuhannya lembut, sama sekali tidak ada kesan bermusuhan, sehingga Alaric akhirnya menghentikan langkahnya dan menatap Lauriel.
"Apakah... apakah.. Luna...?" Lauriel tak sanggup menyelesaikan kalimatnya. Ia terlalu emosional dan tak ada kata yang dapat mewakili isi hatinya. Ia sangat terguncang. Ia bisa melihat diri Luna pada pemuda yang ada di depannya ini. Walaupun tanpa tes DNA, ia tahu pemuda ini adalah anak kandungnya, darah dagingnya.
Alaric tertegun melihat mata Lauriel berkaca-kaca dan wajahnya diliputi kedukaan yang mendalam.
"Luna adalah ibuku," jawabnya pendek.
Keduanya saling bertatapan dan Alaric bisa melihat betapa sedihnya sepasang mata biru-hijau ayahnya. Hatinya mulai tersentuh. Ia tidak mengira Lauriel akan begini sedih saat bertemu dengannya.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com