webnovel

Pertemuan Keluarga

Bulan masih merasa kakinya tidak menapak bumi. Pikirannya seperti terbang bebas melambung tinggi setiap kali ia mengingat kalimat super sederhana tapi mampu membuat mulut nya kehabisan kata-kata. Senyum itu bagai terlukis begitu saja di wajahnya. Bahkan ketika ia bercermin..Bulan tersipu malu tanpa sebab yang jelas.

Saat ini dalam hubungan mereka tidak ada lagi penghalang. Mereka berdua sudah bisa menghela nafas lega dan menunjukkan hubungan mereka kepada dunia.

Tidak lagi membagi hati ternyata memberikan udara segar pada Bulan. Ia menyadari bahwa pada dasarnya ia memang tidak mampu untuk mendua. Kisahnya kemarin sangat menyiksa. Berpura-pura menyediakan hati pada Dhany ternyata tidak memberikan efek yang baik untuk psikologis nya. Sungguh..ia tidak mendapatkan kedamaian saat itu. Namun kini..ia dapat menjadi dirinya sendiri. Bagaskara.. kehadirannya tidak pernah disesalkan Bulan. Walau waktunya seperti dipaksakan..namun ini sempurna.. Mungkin jika Bagaskara tidak hadir dalam hidupnya saat itu..maka pernikahan antara dirinya dengan Dhany tidak dapat ia hindari. Tidak akan ada yang mampu membuka hatinya seperti apa yang dilakukan oleh Bagaskara.

Hari itu semua terasa lebih indah.. Bulan banyak bersenandung ringan saat memeriksa buku laporan keuangan boutique nya. Para asistennya sibuk bertanya-tanya hal apa gerangan yang membuat nona bos mereka tersenyum-senyum sepanjang hari. Namun Bulan memutuskan untuk menyimpan bahagia nya sendiri. Menunggu saat yang tepat untuk berita baik seperti nya tidak ada salahnya.

"Apa yang sedang kau lakukan? Kenapa tersenyum-senyum?" Bagaskara menahan geli nya saat melihat tingkah Bulan yang tersenyum-senyum sendiri.

Bulan yang tidak mengetahui kehadiran Bagaskara sebelumnya terkejut, " Umm..aq lihat tulisan tangan q mulai membaik akhir-akhir ini. Jadi aq merasa senang."

Sungguh jawaban yang sangat aneh..Bulan menggigit bibirnya menahan malu. Sedangkan Bagaskara menahan tawa sambil menaikkan kedua alisnya. " Baiklah.. sepertinya kau menunjukkan kemajuan yang signifikan. Good job, Honey.."

Okeeyyy..awkward moment yang gak nyambung tercipta sekali lagi membuat Bulan semakin salah tingkah.

" Ada apa ke mari? Kenapa kau selalu hadir tiba-tiba? Bagaimana jika aq sedang keluar?" Bulan berusaha mengalihkan perhatian.

" Aq memang sengaja melakukannya.. belajar dari pengalaman dulu..aq hanya ingin mengetahui apa yang sedang dilakukan oleh kekasih q. Apapun itu.. tidak ada yang ditutup-tutupi." Bagaskara mengambil posisi duduk di sebelah Bulan. Tubuhnya menghadap Bulan, salah satu tangannya ia sandarkan pada sandaran sofa.

Kedekatannya secara tiba-tiba membuat jantung Bulan berdetak cepat. Sedari tadi memang nama Bagaskara tengah menjadi trending topik alam bawah sadarnya. Sehingga saat ini ia merasa kesulitan mengatur bahasa tubuhnya agar tidak terlihat gugup.

" Aq tidak berniat menutupi apapun dari mu. Apalagi kau.. mudah saja untuk mengetahui apapun yang tengah terjadi pada q. Mungkin kau tidak perlu bertanya apapun lagi." Bulan meliriknya sekilas.

" Sayang, ke dua orang tua q ingin bertemu dengan mu." Dengan nada serius Bagaskara berkata sembari meletakkan tangannya di punggung Bulan. Khawatir Bulan terkejut karena kabar itu. Dan benar saja..Bulan segera menghentikan aktivitas nya dan memberi perhatian khusus kepada Bagaskara.

" What? Kau serius? Kenapa secepat ini?" Bulan melebarkan kedua matanya menatap Bagaskara tidak percaya.

" Aq sangat serius, Sayang..kau tunggu apa lagi? Dhany sudah mundur. Sekarang tidak ada lagi yang menghalangi niat baik ini. "

" Tapi Bagas..kau bahkan belum pernah bertemu dengan keluarga q. Hubungan kita belum diketahui kedua orang tua q. Dan sekarang tiba-tiba kau mengajakku ke rumah mu untuk bertemu keluarga mu? Ini akan terlihat aneh." Bulan menatap Bagaskara dengan tatapan tidak percaya.

" Baiklah..malam ini aq akan menghadap ke kedua orang tua mu. Aq akan meminta izin mereka untuk menjalin hubungan serius dengan mu." Bagaskara berbicara dengan nada sangat serius. Sedangkan Bulan.. begitu terpana dengan segala yang baru saja ia dengar. Begitu cepat hingga ia merasa belum sempat menarik nafas untuk mengimbangi akan apa yang terjadi.

" Bulan..aq serius. Jangan diam saja seperti patung."

" Bagas..apakah ini tidak terlalu cepat?"

" Apa kau masih meragukan q?" Bagaskara balas bertanya pada Bulan. " Bulan..apa kau tidak merasakan getaran yang aq rasakan? Setiap kali aq mengingatmu..aq kehilangan konsentrasi. Berada jauh dari mu membuat q tidak tenang. Dan semakin lama rasa itu semakin menyiksaku. Baiklah..jika kau masih belum yakin atas keseriusan q pada mu." Bagaskara segera mengambil posisi berlutut pada salah satu kakinya. Dan kemudian ia mengambil sesuatu dari balik jaket nya. Sesuatu yang dibungkus menggunakan kotak kecil kulit berwarna hitam berhias ukiran warna emas di sekelilingnya.

" Bulan..aq tau ini memang terlalu cepat..bahkan mungkin sangat cepat bagi mu. Tetapi percayalah.. Aq bersungguh-sungguh dalam hubungan ini. Aq tidak ingin membuang waktu lebih lama lagi. Aq tau bahwa aq mencintai mu. Dan aq juga tau..saat ini cinta mu masih ragu pada q. Tapi seiring berjalannya waktu..segala keraguan mu akan q patahkan. Aq akan selalu melindungi, membahagiakan, dan mencintai mu..selama hidup q. Menikahlah denganku, Bulan." Bagaskara memegang kotak kecil itu di hadapannya.. Bulan menatap kekedua mata yang kini penuh pengharapan kepada nya. Ini seperti mimpi..Bulan hampir mencubit dirinya sendiri karena merasa semuanya tidak nyata. Ini semua terlalu cepat.

Bagaskara memegang tangan Bulan yang dingin karena gugup.

" Menikahlah dengan q..ini perintah."

Próximo capítulo