webnovel

Ceroboh

Mereka terlihat kaku satu sama lain. Di lantai bawah, Chintya dan Dilla mengamati dengan khawatir. Mereka berusaha untuk menahan godaan melabrak wanita di hadapan Bulan. Mereka tau persis, tidak pernah sebelumnya mereka melihat kakak senior mereka ini dalam kondisi tegang seperti seekor serigala putih yang siap menyerang musuhnya kapanpun juga. Pancaran matanya tajam menusuk disertai senyuman berbahaya. Saat ini yang dapat mereka lakukan adalah memberi ruang untuk Bulan menyelesaikan masalah pribadinya. Walau mereka yakin, Bulan tidak akan memperjuangkan pria sekelas Leo, yang sudah jelas mengkhianati cinta tulusnya. Mereka yakin, Bulan tidak akan sembarangan bertindak.

"Kau..kau tidak berhak menilai q,Bulan!" Julia berkata dengan nada yang mulai meninggi.

"Kau juga tidak berhak menjelaskan masalah mu pada q! Kau ingin aq mendengarkan masalah mu dengan kekasih-kekasih mu, yang salah satunya saat itu masih menjadi kekasih q. Kau berharap aq untuk memakluminya? Dan memahami alasan mengapa kau memutuskan tunangan mu dan berselingkuh dengan kekasih q?! Tapi di sisi lain kau tidak merasa bersalah sama sekali? Kau merasa telah dipermainkan oleh cinta?? Begitu kan? Kau merasa jadi korban?" Bulan melanjutkan argumennya. "Dengar Julia, apakah sempat terlintas di fikiranmu, di mana-mana yang menjadi korban adalah pihak yang tersakiti. Dirugikan. Materiil ataupun imateril. Sedangkan kau? Kau bahagia bukan? Kau berhasil mendapatkan kekasih baru dan mencampakkan yang lama. Kau bangga mampu menindas q?! Jangan bermimpi,Julia. Bahagialah dalam mimpimu yang melampaui batas. Aq berterimakasih karena kau telah membantu q mengenal wujud asli dari hati Leo. Dan aq merasa beruntung melepasnya untuk mu. Aq hanya menyesal, mengapa kau terlalu lama. Karena ulahnya, aq sempat kerepotan saat ujian akhir. Seandainya saja kau lebih terampil menggodanya. Mungkin ini tidak akan mengganggu q sama sekali. Apa kau paham maksud q, Julia?" Bulan membuat nada suaranya datar, namun melukai. Seperti kelibatan pedang tipis yang menembus udara tanpa suara namun mampu menusuk jantungmu dan meninggalkan luka tipis yang sangat dalam.

Julia merasa kerongkongannya tercekat. Merasa dipermalukan oleh seseorang yang dia pikir akan mudah ditundukkan. Seharian tadi dia penuh senyum karena merasa sangat bisa menenggelamkan Bulan dalam karangan indahnya. Dan akan melenggang ringan meninggalkan gadis itu dibelakang tanpa tau harus menyalahkan siapa selain nasib buruk. Dia akan tertawa melihat Bulan makin terpuruk akibat mulut manisnya. Mengelus musuhmu, membelai mata dan telinganya, kemudian secara perlahan mulai menusukkan belati tepat di ulu hati musuhmu. Kemudian membiarkannya mati secara perlahan saat kau tinggalkan dia di belakang.

Namun ternyata musuh yang ia hadapi saat ini di luar jangkauannya. Bahkan dari detail yang ia dengar dari Leo, Bulan adalah seorang kekasih yang manis dan penurut. Dan kini dia memakan semua akibat dari kecerobohannya. Dia tak berdaya atas setiap kalimat yang dilontarkan Bulan. Kata-perkata yang mampu meremas jantung dan mencekik kerongkongannya. Bulan tidak memberikan sejengkal ruangpun untuknya membela diri. Julia tidak tahan lagi!

"Cukup, Bulan! Aq datang mencarimu ke sini dengan niat baik." Julia memekik. Beberapa mahasiswa mulai memperhatikan mereka berdua. Ada yang mulai berbisik-bisik ingin tau.

"Niat baik? Aq melihat mu dari tadi pagi bersama Leo di sini. Tanpa tau malu kalian bermesraan. Oh, maaf kan aq, maksud q Kau terlalu menempel pada Leo. Sungguh tidak punya aturan. Di sini wilayah kampus. Ada aturannya. Seharusnya kalian sewa kamar hotel agar tidak ada yang muntah melihat kelakuan mu dan Leo!" Tiba-tiba Chintya dan Dillia menyeruak masuk melewati beberapa mahasiswa yang memperhatikan mereka.

"Ya, pergilah dari sini. Bawalah Leo bersamamu jauh-jauh. Wanita perebut kekasih orang! Sungguh kalian amat sangat cocok. Kau hanyalah wanita penggoda dan Leo adalah pria hidung belang, akhirnya takdir mempertemukan kalian. Selamaat!" Dilia tidak tahan untuk ikut memberi sapaan hangat pada Julia.

Sempat terkejut dengan kehadiran ke dua juniornya..Namun saat ini Bulan sudah tidak berniat untuk memperpanjang perdebatan.

"Sudahlah, kita turun saja." Bulan merasa risih menjadi tontonan beberapa mahasiswa yang mulai mengira-ngira masalah mereka.

"Q pikir saran dari teman-teman q ini ada benarnya. Cocok untuk mu. Selamat berbahagia, semoga kalian berjodoh." Bulan melangkah diikuti Chintya dan Dillia. Meninggalkan Julia sendiri di meja pojok. Yang tampak seperti kehabisan nafas. Mencengkeram ujung tas nya menahan kemarahan yang dia cari sendiri.

Dia menyesal telah meremehkan Bulan. Dia menyesal tidak mendengarkan perkataan Leo bahwa Bulan tidak senaif yang ia kira. Dia terlalu percaya diri.

Próximo capítulo