webnovel

Prasangka

Dengan langkah yang agak berat, Bulan memaksakan diri untuk pergi ke kampus. Saat memasuki gerbang timur dia berpapasan dengan teman-teman satu tim kerja surat kabarnya. Teman-teman yang selalu bersenda-gurau di tengah libatan tugas mata kuliah dan deadline peliputan. Teman-teman yang selama ini selalu menariknya untuk kembali berdiri dan berlari dalam setiap keterpurukannya. Teman-teman yang selalu berhasil membuatnya tertawa walaupun beberapa menit sebelumnya yang dia lakukan adalah menangis dan menangis.Teman-teman yang sanggup membuat curhatan kekesalan hati atau luapan emosi yang mampu membuat nya matanya kembali sembab berubah menjadi konferensi pers ala-ala tim nya yang pada akhirnya akan selalu diakhiri dengan Bulan yang tertawa terbahak-bahak. Teman-teman terkasih yang membuat Bulan selalu rindu akan kehangatan berada di tengah-tengah mereka. Yang tidak akan mempedulikan kesalahan-kesalahan kecil menganggu keseruan tingkah mereka. Ya..di tahap ini Bulan merasa sesungguhnya dia beruntung. Seandainya saja hati q tidak terlalu fokus akan seseorang saja..seandainya aq mampu menyeimbangkan kasih q pada teman-teman q..mungkin aq tidak akan sesakit ini.

"Haaaiii..selamat pagi my princessssss..mau ngurusin apa? Sarapan aja yuuuukkk" Cheznut bersemangat menyapa nya.

"Pagii senioorrr.. ayooo lupakan diet demi kamiiii.." " Ayooo seniooor..ini hari bahagia Ben..dia hampir mendapatkan kekasih!" Demian dan Rey berebut menarik perhatian Bulan.

"Hampir mendapatkan..hahahaaa..garis bawahi dengan jelas di sini hampir mendapatkan" Cheznut berseloroh seru menimpali pernyatan Rey.

"Heeeeyyy..mendapatkan kepalamuuuu??? Jangan sembarangan kalau bicara! Aq yakin dia pasti akan menerima q." Ben sangat percaya diri sambil menepuk keras dadanya.

"Lihatlaahh.. betapa mengerikannya dia, Aq yakin Irma ketakutan saat Ben mendekatinya. Keringat dingin Irma pertanda dia stres, Ben..Bukan karena jantungnya berdebar akibat cinta. Malang sekali diaaaaa. Didekati seekor gorila yang sedang jatuh cinta." Cheznut berseloroh lagi. Dan kali ini Ben menerjang Cheznut dan mengacak-acak rambutnya.

Mau tidak mau Bulan tertawa melihat pertengkaran mereka. Dan tidak sampai hati menolak ajakan mereka. Seketika langkahnya ringan. Sepanjang jalan mereka tertawa bersenda gurau hingga tiba di kafetaria kampus sebelah utara.

"Kakak senior, kakak mau pesan apa? Biar aq yang pesankan." Dilia menawarkan diri.

"Omelette dan coklat hangat,Dilia..Trimakasih." Bulan tersenyum pada juniornya yang selalu terlihat ceria. Biasanya Dilia ke mana-mana bersama Chintya..tapi kali ini entah di mana dia.

"Pak Bos masih ada janji dengan bagian pengajaran. Jadi belum bisa gabung." Cheznut terlihat menutup sambungan telepon. "Ah, biarkan saja, sebentar lagi dia pasti lompat ke mari. Di sini ada makanan gratiiisss." Rey berkata sambil cengar-cengir. "Makanan gratis?? Apa ini serius? Ben, tumben kau banyak uang?" Demian membulatkan matanya tak percaya. "Gratis di dalam mimpimu.. Yaaa..Rey, awas kau." Ben mengacungkan tinjunya ke arah Rey. Rey berpura-pura terkena pukulan jarak jauh Ben..Semua tertawa.

Di tengah keseruan mereka, tiba-tiba Chintya berjalan cepat ke arah meja mereka untuk bergabung. Segera menempatkan kursi di dekat Bulan, seraya bicara setengah berbisik.

"Kak..Tadi di perpustakaan aq melihat kak Leo bersama seorang wanita. Wanita itu sangat menempel pada nya. Berani sekali dia mengajak wanita murahan itu ke lingkungan kita. Dia pasti melakukannya dengan sengaja. Dia tau tim kita sering berkumpul di perpustakaan. Pria brengsek, suka cari masalah. Apakah kakak sudah bertemu kak Leo hari ini?" Chintya menatap mata Bulan sambil menahan kesal.

Bulan terdiam sesaat. "Biarlah aq saja yang merasa terganggu dengan kehadiran mereka. Kalian jangan. Walau dia memang sengaja menunjukkan kemesraannya dengan wanita lain, itu bukan urusan q."

"Tapi, Kaak..dia sudah alumni. Ada urusan apa dia di sana? Kalaupun ada sesuatu hal, akan masuk akal jika urusannya adalah dengan dosen atau staf adm kampus. Bukan perpustakaan. Dia pasti memang ingin cari masalah."Chintya geram.

"Lalu kamu mau apa? Kamu mau aq bagaimana? Apa penting untuk ditanggapi? Biarlah mereka asik dengan dunia mereka sendiri. Anggaplah mereka jauh di bawah kita, sehingga walau mereka berciuman di depan kita pun, biarkan saja. Sesukanya mereka, Chintya.. Itu akan menunjukkan bahwa nilai kita lebih tinggi dari pada mereka. Jangan buang-buang energi." Bulan berusaha menenangkan Chintya yang merasa kesal karena melihat Lei dan wanitanya bermesraan di perpustakaan.

Walau Bulan juga merasa janggal atas kehadiran Leo dan kekasih barunya itu, mau tidak mau Bulan pun menjadi berfikir ke arah sana. Apa belum puas mereka berdua menorehkan luka sembilu di dalam hati Bulan? Hingga saat ini mereka dengan sengaja memamerkan kemesraan di tempat Bulan dan tim nya sering berkumpul?

Próximo capítulo