Kinan telah selesai bersiap dan pergi keluar tanpa sarapan. Genta hanya diam saja melihat adiknya sudah sibuk di pagi hari.
Ia pikir itu kegiatan kinan seperti biasanya jika akan berangkat ke tempat kerjanya.
"Kamu tidak sarapan dulu de???"
Genta menyempatkan bertanya saat kinan sudah di luar sedang mengenakan sepatunya.
"Tidak kak, kamu saja, di lemari ada roti lapis dan selainya, kakak kabari aku jika sudah berangkat".
Kinan menutup gerbang rumahnya dan mendapati mobil adam sudah terparkir tidak jauh dari rumahnya.
Segera ia masuk ke dalam mobil adam setelah memastikan ada orang di dalamnya.
"Ayo cepat jalan!!!!".
Kinan langsung mengintruksikan adam agar segera menjalankan mobilnya.
Di dalam mobil adam terus saja melihat kinan sambil terus menyetir mobilnya, dia tidak fokus dengan jalanan di hadapannya.
Kepalanya terus menengok ke arah kinan yang duduk di sampingnya.
"Fokus pada jalan di depan atau kita berdua akan celaka. Lebih baik kita mulai berbicara masalah kita dari pada kamu terus memandangiku seperti itu".
Kinan terus melihat ke arah ponselnya, berbicara tanpa melihat adam yang sedari tadi memandanginya.
"Apa kamu tidak merindukanku sama sekali??? apa kamu tidak sedikitpun ingin melihatku????".
Adam membuka pembicaraan dengan menanyakan apakah kinan tidak merindukannya karena sudah beberapa hari tidak bertemu.
"Tidak ada yang berbeda bagiku, aku sudah bertahan selama empat tahun lamanya, 3 hari itu bukan sesuatu yang sulit bagiku, berlebihan jika aku mempermasalahkan kita tidak bertemu hanya dalam waktu tiga hari".
Kinan menjawab dengan ketus sambil menyimpan ponselnya ke dalam tas.
"Aku tidak ingin kita saling berhubungan lagi setelah ini. Aku tidak ingin karena hubungan kita ini kamu menjadi anak yang melawan orang tuamu. Aku tidak pernah tahu jika keluargamu benar-benar menentang hubungan kita, bahkan aku tidak tahu ayahmu sangat memandang rendah keluargaku".
Kinan memutuskan hubungan dengan adam tanpa memberikan kesempatan adam untuk mengatakan apa yang sudah dia pikirkan selama beberapa hari ini.
"Aku harap kamu mengerti maksudku, aku tidak ingin ada pembahasan tentang ini dan itu. Hubungan kita memang tidak seharusnya terjalin dari awal, kita sudah terbiasa selama empat tahun terakhir saling menahan rasa dan seharusnya kita bertahan sedikit lagi untuk akhirnya saling melupakan".
Kinan dengan tegas menginginkan perpisahan itu. Adam hanya mendengarkan dengan terus menyetir mobilnya.
Wajahnya terlihat langsung murung. Ketampanannya terselimuti wajah sedih yang tidak bisa ia ungkapkan karena kinan begitu yakin dengan kata-katanya, dan adam mengerti kenapa gadisnya itu sangat menginginkan perpisahan mereka karena ulah keluarga adam yang menghina kinan dan keluarganya habis-habisan, kinan seperti tidak ada harganya di mata keluarga adam.
"Apa kamu tidak ingin tahu apa yang ada dalam pikiranku??? apa yang aku inginkan dari hubungan kita ini???? apa semua keputusan ini hanya kamu yang berhak memutuskannya???".
Adam membalas semua kata-kata kinan dengan banyak pertanyaan yang menandakan bahwa ia tidak terima dengan keputusan sepihak dari kinan.
"Aku pikir ini juga yang kamu inginkan, kamu yang sudah lebih dahulu mengalihkan perhatian dariku, mengalihkan perhatian dari masalah kita, kamu yang seperti menghindar dari penyelesaian masalah ini".
Kinan mulai mengungkit masalah telponnya yang di angkat oleh seorang perempuan di malam hari tepat disaat kinan ingin bicara dengan adam.
"Apa sebenarnya masalahmu???, apa maksud dari kata-katamu barusan??? aku sama sekali tidak paham".
Adam spontan langsung menghentikan mobilnya dan segera memarkirkan mobilnya di pinggir jalan.
"Kenapa kamu menghentikan mobilnya, aku harus ke kantor sekarang sebelum terlambat".
Kemudian kinan marah karena adam menghentikan mobilnya secara tiba-tiba.
Adam tidak mendengarkan kinan lagi kala itu, dia langsung menancap gas dan melaju kencang menuju tol ke luar jakarta.
"Adam apa yang sedang kamu lakukan?? cepat bawa aku kembali ke arah kantorku atau aku akan benar-benar marah padamu".
Kinan melihat ke arah adam dan berteriak karena ingin di antar ke kantornya. Adam seperti tidak memperdulikan apa yang dikatakan oleh kinan, dia tetap melaju tanpa menengok ke arah kinan yang sedang marah padanya.
"Adam aku mohon hentikan mobil ini, kita hanya perlu berbicara disini, kamu tidak perlu membawaku keluar dari jakarta, itu tidak akan merubah kenyataan kalau kita tidak bisa bersama".
Sampai tiba akhirnya di sebuah tempat peristirahatan di dalam tol, adam memarkirkan mobilnya disana dan memulai pembicaraan dengan kinan.
"Apa yang membuatmu berpikir bahwa aku mengalihkan perhatianku darimu dan dari masalah kita??? apa maksud semua kata-katamu itu?".
Kinan hanya diam saja mendengar adam menanyakan soal itu.
"Antar aku pulang sekarang juga!!!!!".
Kinan mengalihkan pembicaraan adam dengan kembali memaksa di antar pulang.
"Aku tidak akan melepaskanmu hari ini, kita harus bicara kinan, kita harus mengambil langkah yang benar demi hubungan kita, jangan mengambil keputusan dengan cara emosi seperti itu".
kinan tetap tidak menggubris kata-kata adam, dia tetap ingin pulang.
Saat kinan akhirnya memutuskan untuk keluar dari mobil adam segera mencegahnya dengan memegang tangan kinan.
"baiklah jika kamu terus berpura-pura tidak tahu,, kita tidak perlu membahas apa yang aku katakan tadi. Sekarang cepat katakan padaku apa yang kamu inginkan dari hubungan kita ini".
Kinan kembali duduk di kursi dan menuruti keinginan adam.
"Aku tetap tidak terima saat kamu katakan bahwa aku bisa mengalihkan perhatianku darimu dan dari masalah kita. Selama beberapa hari ini aku berada di Bandung dan mencari dukungan dari ibuku. Aku meminta ibuku untuk setidaknya mengatakan kepada ayah bahwa aku dan kamu memang tidak bisa di pisahkan. Ayah sudah tidak akan mendengarkanku, orang yang hanya di dengar ayah pada saat seperti ini hanyalah ibu".
"Aku berpikir bahwa sebaiknya kita menikah saja, dan ibuku mendukung itu. Mungkin ayahku akan menyetujuinya setelah kita sudah menikah, tidak ada yang bisa memisahkan suatu pernikahan begitu saja, termasuk ayahku, dia tidak akan sembrono melarangku lagi jika kamu sudah menjadi istriku".
Kinan mendengar semua kata-kata adam dengan sangat jelas, matanya terbuka lebar saat semua yang diucapkan oleh adam terdengar seperti begitu mudah di mulutnya.
PLAAAKKKKKK"""""""";;!!!!????????!!!!!!!!@@@&&&$+$+$+$(#(#)#)#?
Suara tamparan kinan yang begitu keras mendarat di pipi adam saat itu juga.
"Kenapa hal semacam itu bisa keluar dari mulutmu, hal-hal yang kau bilang tadi kenapa begitu sepele saat keluar dari mulutmu, apa itu benar-benar yang kamu pikirkan untuk solusi hubungan kita?".
Adam masih terdiam karena syok menerima tamparan dari kinan. Dia sangat tidak menyangka bahwa kinan akan merespon rencananya dengan semarah itu.
"Apa yang membuatmu sangat marah, bukankah tujuan kita meminta restu orang tua itu untuk menikah pada akhirnya".