webnovel

Gelar baru

Enam bulan mendekati meri, fuad setidaknya sudah bisa menjadi teman bermain junior di kala meri harus tugas maka fuad yang akan menjemput junior dari sekolah. Sesekali fuad pula yang mengantar junior ke sekolah.

Dengan perhatian demikian besar, junior bukannya tidak berterima kasih. Ia hanya masih ingat perlakuan keluarga fuad. Karena itu, junior hanya bersikap seperlunya. Ia hanya perlu memperlihatkan rasa terima kasih nya dan tidak memberi harapan yang lebih jauh lagi.

Sementara itu, saat meri dinas siang dan harus pulang malam maka fuad akan selalu mengantarnya pulang seperti biasa dengan mengendarai motor dan menjadi pengawal. Saat shift malam, fuad akan mengantar meri dari rumah menuju rumah sakit. Pada intinya, fuad tidak ingin melihat wanita pujaannya sendiri di jalan raya saat jarak pandang bahkan berkurang.

Saat siang hari ia tidak akan terlalu khawatir karena yakin meri bisa menjaga dirinya. Hanya di malam hari ia takut, seaman-amannya kota tetap berbahaya bagi wanita untuk berkeliaran sendiri.

Seperti saat ini, meri keluar dari rumah sakit di malam hari karena shift siang dan selesai pukul sepuluh malam.

"kau sudah lama menunggu?" tanya meri dengan ramah.

"lumayan" jawabnya singkat. "langsung pulang?" tanya fuad.

"Mmm, aku tidak ada tujuan lain"

"bisakah kita singgah makan malam?" yang sebenarnya adalah fuad sudah lama menunggu karena tak ingin terlambat. Setelah pulang dari rumah sakitnya, ia segera ke rumah sakit meri dan melupakan makan malamnya.

"baiklah. Jangan terlalu lama, karena junior di rumah kak reni. Aku tidak nyaman mengganggu tidur mereka di tengah malam"

Setelah setuju dengan ucapan meri. Fuad mengikuti mobil meri yang berhenti di hadapan sebuah restoran barat.

"aku ingin makan steak, apa tidak masalah kalau kita makan di sini?" meri meminta pendapat fuad.

"tidak masalah"

Makan malam itu sangat hening tanpa ada pembicaraan berharga. Hanya suara garpu dan sendok yang berbenturan dengan piring yang terdengar di antara mereka.

"dokter ana. Ada yang ingin ku katakan"

Deg

Jantung meri serasa berhenti mendengar nada keseriusan dalam ucapan fuad. Dia tidak berpikir untuk menerima pria lain sebelum memastikan bagaimana perasaan ilham. Meri masih menghitung bahwa masa hukuman ilham belum selesai. Ia masih harus menunggu enam bulan tersisa.

"mengapa kau terlihat tegang? Kau tidak perlu terbebani, aku hanya ingin memastikannya saja. Tak masalah jika kau memang masih belum bisa memulai hubungan yang baru. Tapi ana, aku pria yang tidak mudah menyerah ketika tahu apa yang ku inginkan. Jadi aku masih akan menunggu"

"fuad, aku sebenarnya..."

"tidak perlu memaksakan diri" potong fuad. "pertemanan kita masih bosa berlanjut seperti biasanya jadi jangan bersikap seolah aku orang asing setelah hari ini. Makanlah, junior pasti menunggu kita"

Tak bisa berkata-kata, meri melanjutkan makan malamnya dengan tenang. Dia sangat ingin mengatakan bahwa ia sudah bersuami, tapi entah mengapa hatinya seakan tidak tega untuk mengecewakan harapan pria yang sudah berkorban banyak untuknya.

Setelah makan malam usai, fuad kembali ke rumah meri dan memindahkan junior dari rumah ali seperti biasa. Ia langsung pulang karena malam sudah larut untuk bisa berbicara. Di tambah lagi tidak pantas baginya untuk berdua dengan meri di dalam rumah saat status mereka masih sekedar teman.

Hari demi hari berlalu, bulan berganti begitu pula dengan musim. Musim dingin telah tiba dan kini mereka berada di penghujung musim dingin. Bulan april selalu menjadi bulan terbaik dalam hidup meri.

Tepat pertengahan bulan april, junior menjalani ujian sekolahnya karena kelas akselerasi lebih dulu melakukannya dan bertepatan dengan ujian akhir bagi meri.

Setelah perjuangan dengan delapan kali kegagalan dalam proses penyilangan gen dan empat kali gagal dalam menciptakan metode pengobatan dengan pengendalian gen serta perkembangan sel saraf, kini penelitiannya lolos dari proses uji para dewan penguji.

Kini meri telah menyandang gelar ahli bedah saraf dan akan wisuda pada bulan juni mendatang. Ia merupakan orang pertama yang selesai pada tahap akhir di semester itu, sementara rekan seangkatannya masih belum menunjukkan judul penelitian mereka.

Meri bergerak lebih cepat dan berhasil selesai enam bulan lebih awal. Semua berkat bimbingan profesor anwar serta kerja sama dengan prof eka walaupun melalui sambungan telfon video.

Tak hanya itu, karya ilmiahnya sudah di pastikan lolos untuk festival bulan mei mendatang.

"dokter ana" panggil dokter imran. "selamat atas gelar barumu" ujarnya memberi selamat kepada rekan kerjanya di lembaga penelitian.

"terimakasih, semua juga atas dukungan dokter imran. Aku akan merayakannya dengan makan malam bersama di rumahku besok malam. Bisakah kau datang?" meri mengundang secara pribadi.

Awalnya meri hanya akan makan malam bersama junior dan keluarga ali, tapi mengingat kontribusi keluarga dokter imran maka meri turut mengundang mereka.

" maafkan aku, besok aku harus ke Istanbul karena pemilik proyek desa penyembuhan sudah tiba. Dia akhirnya kembali setelah lama pergi"

"bukankah, dia sedang dalam masalah?" tanya meri mencoba mengingat ucapan fuad saat membicarakan pemilik proyek bernilai puluhan juta dolar itu.

"benar. Darimana kau tahu?" tanya dokter imran. "ah, itu pasti fuad" ujarnya lagi menjawab pertanyaannya sendiri.

Wajah meri bersemu merah mendengar tebakan dokter imran. Apa mungkin hubungannya terlalu dekat hingga ia sangat mudah terlihat.

"kau tidak perlu canggung seperti itu. Fuad akan mewakiliku untuk makan malam itu"

"baiklah"

Perayaan gelar baru meri hanya berupa makan malam di rumahnya, tapi fuad sangat antusian dan menyiapkan hadiah sebagi buah tangan. Setelah berbicara panjang lebar, hanya fuad, ayahnya dan malik yang ikut. Sementara zahra memutuskan tetap berada di rumah.

Dia merasa malu menginjakkan kaki di rumah meri setelah kalimat pedas yang ia lemparkan dan kebenaran yang ia ketahui belakangan. Pada akhirnya kata-kata buruk tak bisa di tarik lagi. Ia juga terlalu malu meminta maaf dan memilih diam.

Di rumahnya, meri di bantu reni memasak hidangan mewah dengan seafood dan daging. Ia merasa tidak kesulitan menyesuaikan selera antara tiga keluarga itu karena mereka satu keyakinan.

Semua tamu yang ia undang telah datang, meri menghidangkan semua masakan di atas meja.

Melihat meri menggunakan celemek dengan kain tipis yang tetap setia menutup wajahnya di tambah peluh tipis yang menghiasi keningnya membuatnya semakin kagum. Wanita tertutup sempurna itu menjadi semakin seksi di hadapannya.

"dokter imran tidak datang?" tanya meri berbasa-basi.

"tidak, saat ini dia di istanbul mengawasi proyek desa penyembuhan" jawab prof anwar.

"pemilik proyek itu kini kembali setelah puas berkeliling dunia" kata fuad. "dia mengelilingi belahan bumi hanya untuk mencari istri. Dia orang kaya yang sangat pemilih. Entah istri seperti apa yang ia cari" lanjutnya lagi.

"bagaimana denganmu? Usiamu sudah 28 tahun, istri seperti apa yang kau cari?" tanya prof anwar menimpali perkataan anaknya.

"yang seperti dokter ana"

Semua mata yang mendengar spontan menjadi bulat sempurna. Bukan hanya meri, keluarga ali bahkan prof anwar sendiri hampir menyemburkan makanan yang mereka kunyah karena terkejut. Jawaban fuad terlalu frontal dan to the point. Jika saat ini hanya makan malam dua keluarga, mungkin momen saat ini bisa di anggap sebagai lamaran.

"ehem... Maksudku, berpendidikan, cerdas dan gadis baik-baik seperti dokter ana" fuad mencoba mengalihkan topik karena tatapan meri seakan menembus jantungnya.

Di tempat lain, ilham berjalan menyisiri jalan setapak dengan rerumputan hijau yang terlihat segar. Suasananya sangat menyenangkan namun sedikit menusuk akibat musim dingin.

"dokter ilham. Bagaimana menurutmu tempat ini?"

"nyaman, seperti saat berada di rumah sendiri" jawabnya sambil menatap bangunan yang terlihat sama.

Dari segi arsitektur, bangunan di hadapannya sangat unik dengan perpaduan antara klasik dan modern. Di beberapa bagian masih mempertahankan penggunaan kayu untuk kesan klasik. Sangat indah dan sejuk di pandang mata.

Sesuai dengan apa yang selama ini di harapkannya dalam bayangan di benaknya.

Hampir sebulan lamanya ilham berada di tempat itu mengistirahatkan diri setelah berputar mencari meri secara pribadi. Dia mencari meri ke tempat di mana meri pernah menginjakkan kakinya hingga ke tempat terasing.

Mulai dari Indonesia, Los Angeles, california, cambridge, omaha, perancis hingga di ujung afrika selatan. Ia hanya belum menemukan petunjuk apapun, tapi ia masih yakin istrinya menunggunya datang. Karena hingga saat ini, meri masoh belum kembali ke paris atau sekedar berkunjung ke penjara cambridge.

Ilham sudah menempatkan bawahannya di tempat yang memungkin meri datangi untuk menunggunya termasuk di apartemen lamanya di cambridge dan di penjara jika saja meri belum mengetahui ia bebas lebih cepat.

Próximo capítulo